Adapun yang jadi masalah (salah kaprah) sekarang ini
adalah banyak orang mengaku, bangga dan merasa berhak menyandang gelar
(derajat) tersebut. Padahal apa yang diakuinya bukanlah pemberian (karunia) dari
Allah SWT tapi gelar tersebut diperoleh (melekat) menurut penilaian manusia berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu sesuai kesepakatan bersama. Lha kalau demikian yang
terjadi, maka telah terjadi bias mengenai kriteria seseorang yang berhak menjadi
pemegang otoritas agama (waliyullah dan ulama) antara versi Allah
SWT dengan versi manusia. Gimana coba? Apa nggak jadi runyam urusannya? Yang kasihan
umatnya. Lha nggak dilantik dan mendapat SK dari Allah SWT kok mengaku-aku. Apa
jadinya?
Ibarat
bolam lampu, yang bersinar tentu yang dapat menerangi ruangan. Sedangkan bolan yang
mati, ya mana mungkin membuat ruangan menjadi terang. Kalau pemegang otoritas
agama (penerus nabi) telah dianugerahi nur islam dan nur iman dari Allah SWT sebagai
tanda dan bukti sebagai utusan-Nya pastilah dakwahnya dapat memberikan pencerahan
umat. Sebaliknya, pemegang otoritas agama yang berdasarkan kesepakatan manusia
(tanpa nur islam dan nur iman dari Allah SWT) tentulah beda hasilnya, baik saat
maupun setelah memberikan dakwah kepada umatnya. Tidak akan pernah ada
pencerahan atau apa yang disampaikan tidak membekas dihati umat yang
mendengarkannya, akibatnya nilai-nilai agama jauh dari kehidupan dan perilakunya
sehari-hari.
Kalau
demikian realitanya. anda sendirilah yang sekarang harus berhati-hati serta jeli
untuk menilai dan membedakan mana orang yang sebenarnya utusan Allah SWT
sehingga atas ijin-Nya dakwahnya dapat memberikan pencerahan atau seseorang
yang hanya mengaku-aku sebagai utusan (orang pilihan)-Nya (karena tidak ada
tanda dan bukti mendapat nur islam dan nur iman). Jangan sampai anda menyesal
di kemudian hari, karena baik anda maupun mereka yang mengaku-aku utusan-Nya
tidak diampuni dosanya dan tempatnya di neraka. Bahkan SWT Allah mengibaratkan
tidak mungkin diampuni dosa keduanya sebagaimana masuknya unta dalam lubang jarum
(hal yang mustahil terjadi). Coba perhatikan ayat berikut ini,
“Allah
berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin
dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke
dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka
masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di
antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami,
mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan
yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi
kamu tidak mengetahui. Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di
antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak
mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena
perbuatan yang telah kamu lakukan. Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan
tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.
Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan”. (QS. Al-A’raaf
7:38-40).
Itu mengapa Rasulullah SAW prihatin
dan berpesan kepada umatnya agar hati-hati pada mereka yang mengaku-aku alim ulama
tetapi sebenarnya belum mendapat pengajaran dari Allah SWT dan diangkat menjadi
utusan-Nya bagi umat manusia karena tidak mendapat nur islam dan nur iman,
sebagaimana sabda beliau, “Yang aku takuti terhadap umatku ialah
pemimpin-pemimpin (ulama) yang menyesatkan”. (HR. Abu Dawud)
dan “Celaka
atas umatku dari ulama yang buruk”. (HR.
Al Hakim).
(Selesai)
Apa yang saya bahas di atas adalah sedikit cuplikan dari E-Book kedua saya yang berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. (silahkan klik tulisan warna merah di samping untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download). Bagi sidang pembaca yang ingin menambah wawasan beragama, saya juga telah me-launching E-Book pertama saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH. (silahkan klik tulisan warna merah disamping untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download)
Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar