ANTARA DI-IMAN-KAN ALLAH dan MENG-IMAN-KAN DIRI SENDIRI
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Suatu
ketika datanglah Arab Badui kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang saat
itu tengah berkumpul dengan beberapa sahabat. Setelah mengucapkan salam,
kemudian sahabat dari Arab Badui mengatakan bahwa dirinya telah beriman.
Rasulullah SAW sejenak terdiam dan tidak menjawab. Tak berapa lama turunlah
wahyu dari Allah SWT kepada Muhammad SAW agar mengatakan bahwa sahabat Arab
Badui belum beriman, tapi baru berislam. Peristiwa ini di abadikan dalam Al-Qur’an.
“Orang-orang Arab Badui itu berkata:
"Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi
katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan
jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun
pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat 49:14).
Apa
gerangan yang terjadi dengan sahabat Arab Badui? Mengapa Allah SWT mengatakan
bahwa sahabat tersebut belum dikategorikan beriman? Bagaimanakah sebenarnya
standarisasi beriman menurut pandangan Allah SWT?
Sidang
pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seringkali kita sebagai umat islam jarang
belajar iman kepada Allah SWT. Padahal para nabi/rasul dahulu belajar iman
kepada Allah SWT. Iman bukan-lah bentuk pengakuan diri manusia (meng-iman-kan
diri sendiri), tetapi iman adalah pemberian Allah SWT kepada kita. Oleh sebab itu,
kita yang mengaku umat Rasulullah SAW harus belajar iman dengan meneladani cara
beliau. Iman nabi
dan umat haruslah sama, yang membedakan adalah derajatnya karena Rasul/Nabi
mendapatkan nur nubuwah (cahaya kenabian), sementara umat tidak.
Bagaimana kita mengaku umat Rasulullah SAW, sedangkan apa yang dialami oleh beliau
tetapi tidak kita alami? Jadi benarkah kita sudah termasuk orang yang beriman
menurut penilaian Allah SWT? Atau jangan-jangan kita masih seperti Arab Badui
yang mengaku-aku beriman (padahal meng-iman-kan diri sendiri) tanpa tanda dan
bukti dari Allah SWT? Hanya sidang pembaca sendiri yang dapat menjawabnya dan
saya tidak mau men-justifikasi.
Lalu apakah tanda dan
bukti Rasulullah SAW di-iman-kan oleh Allah SWT? Yaitu ketika beliau sedang bertahanut
di gua Hira’ dan akan mendapat wahyu pertama dari malaikat Jibril (tansil). Apa
yang terjadi saat itu? Ketika beliau disuruh
malaikat Jibril ra untuk mengucapkan: “Iqra bismirabbikalladzikhalq”
(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan) kemudian dari bibir beliau
menyebut Asma Allah. Inilah proses “Iqrar bil lisan”. Pada
saat yang bersamaan qolbu (hati) beliau bergemuruh menyebut Asma Allah SWT
tanpa bisa dihentikan berarti beliau mengalami proses “Ma’rifatullah bil
Qolbi” dan ketika sekujur tubuh bergetar dan menggigil kedinginan
inilah yang dinamakan “Amalan bil Arkan”. Ini proses iman yang
dialami Rasulullah SAW. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an,
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an
yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kita itu
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan
Allah, maka tak ada seorang-pun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar 39 : 23)
Lalu bagaimana cara belajar iman kepada Allah SWT? Sidang pembaca yang dirahmati Allah SWT, saya tidak dapat
menguraikan panjang lebar pada artikel ini karena terbatasnya ruang. Oleh karena
itu saya hanya sekedar menawarkan kepada para sidang pembaca, apabila anda
berminat mengetahui lebih jauh silahkan download E-Book pertama saya yang
berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH (silahkan klik tulisan
berwarna biru disamping untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download). Bagi sidang
pembaca yang ingin menambah wawasan beragama, saya juga telah me-launching E-Book
kedua saya yang berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH (silahkan
klik tulisan warna biru di samping untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download)
Marilah kita tetap ISTIQOMAH
untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar