Misteri Kematian, Tanda dan Ilmunya
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Misteri Kematian
Pada hari Jum’at, tanggal 26-April-2013 kemarin, umat
muslim di Indonesia dikejutkan oleh berita mengenai wafatnya Ustadz Jefrey
Al-Buchori (atau biasa dipanggil Ustadz UJE). Beliau wafat disebabkan oleh
kecelakaan tunggal, yaitu sepeda motor yang beliau kendarai menabrak pohon
palem. Kemudian beliau di bawa ke Rumah Sakit, namun Allah SWT berkehendak
lain, beliau dipanggil pulang ke Rahmatullah. Semoga Allah SWT mengampuni
dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya. Amin. Dan keluarga yang ditinggal
semoga diberikan kekuatan, kesabaran, ketabahan dan keikhlasan. Amin.
Seperti yang diberitakan di media cetak maupun elektronik
bahwa sebelum kecelakaan terjadi, 2 (dua) hari sebelumnya beliau berpesan kepada Ustadz Solmed agar
meneruskan misi dakwahnya dan beliau memberikan peci kepada Ustadz Solmed.
Ternyata beliau telah mendapat firasat akan datangnya kematian. Di hari beliau
kecelakaan, sebenarnya kondisi fisik beliau kurang fit, sehingga sang istri sempat melarang beliau keluar mengendarai sepeda motornya, namun beliau tetap keluar
untuk menemui para sahabatnya untuk sekedar bersilaturahim dan minum kopi
bersama di kawasan Kemang, Jakarta.
Waktu, tempat dan bagaimana cara kematian seseorang
memang sudah menjadi takdir (ketentuan) dari Allah SWT. Manusia tidak dapat menolaknya,
meskipun manusia berusaha untuk menahannya. Demikian pula yang terjadi dengan
Ustadz UJE, meskipun telah mendapat firasat sebelumnya dan istrinya melarang
untuk keluar rumah karena badannya kurang fit, namun toh beliau tidak dapat
menolak kehendak Allah SWT tentang waktu, tempat dan bagaimana kematian datang menjemput.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan demikian.
“Kemudian setelah kamu
berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang
meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri
mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu
(hak campur tangan) dalam urusan ini?." Katakanlah: "Sesungguhnya
urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati
mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata:
"Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan
ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga)
ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam
hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati” (QS. Ali Imran 3: 154).
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan bahwa pada
hakikatnya manusia meninggal melalui 2 (dua) cara yaitu mati dan dibunuh. Mati
disini maknanya adalah seseorang meninggal dengan cara wajar tanpa sebab
sesuatu karena memang takdir kematiannya telah datang. Adapun makna dibunuh
bahwa kematian seseorang disebabkan oleh sesuatu (melalui sesuatu), entah itu
dibunuh dalam arti sebenarnya (perang, tindak kriminal, dll), dibunuh oleh penyakit, dibunuh oleh
kecelakaan, dibunuh oleh keracunan, dan lain sebagainya.
“Muhammad itu tidak
lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul. Apakah Jika dia wafat atau
dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik
ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imran 3 :
144).
Dalam kurun hampir dua bulan ini, saya sendiri pun
mengalami peristiwa yang datang di luar logika nalar saya. Ada tetangga, teman,
dan keluarga yang dipanggil kembali ke Rahmattullah. Semoga mereka semua
diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadanya. Amin. Dan keluarga yang
ditinggalkannya diberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran dan keikhlasan oleh
Allah SWT. Amin.
Manusia hakikatnya tidak berkehendak (minta) untuk dilahirkan dan manusia
juga tidak kuasa menolak datangnya kematian. Hidup dan mati adalah proses yang
harus dijalani oleh manusia, dan semua ini atas kehendak Allah SWT. Seperti
kita ketahui bersama bahwa ada 4 (empat) alam yang harus dilalui manusia
sebelum kembali kepada Allah SWT, yaitu Alam Kandungan, Alam Dunia (yang saat
ini sedang kita jalani), Alam Barzah (di dahului dengan kematian) dan Alam
Akhirat. Jadi mau tidak mau, ikhlas maupun terpaksa, manusia harus melalui ke–empat
alam ini. Datangnya kematian juga tidak memandang usia, ada yang masih bayi,
anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Semua sudah diskenariokan oleh Allah SWT,
dan manusia tidak dapat menolaknya (hanya bisa menerima).
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami
kamu dikembalikan” (QS. Al-Ankabuut 29: 57).
“Kami telah menentukan
kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat
dikalahkan” (QS. Waqiah 56:60).
“Dan Allah sekali-kali
tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengenal apa yang kamu kerjakan” (QS. Munaafiquun 63: 11).
Mengaku Ahli Ibadah Mengapa Takut
Mati?
Kematian bagi sebagian orang memang dianggap sesuatu yang
“menyeramkan”, padahal ini proses alami yang harus dijalani. Bahkan yang lebih
ironis lagi, kematian tidak hanya ditakuti oleh mereka yang banyak dosanya (kondisi ini
wajar), tetapi juga mereka yang terkadang mengaku ahli ibadah. Saya hanya ingin sedikit bertanya
kepada para pembaca, “Sudahkah anda siap menjemput datangnya
kematian? Kalau seandainya besok atau nanti malam anda mati sudah siapkah?”.
Kalau anda tidak siap, pasti ada alasannya. Apakah alasan itu diantaranya anda
masih banyak dosa dan pahala yang anda kumpulkan belum cukup untuk menebus
akhirat? Apakah alasan anda bahwa anak-anak anda masih kecil dan butuh anda
untuk membiayainya? Atau apakah siapa yang nanti mengelola usaha saya yang
sudah maju sedemikian pesatnya? Dan mungkin banyak alasan-alasan lain yang
irrasional. Padahal secara jelas Allah SWT berfirman, datangnya kematian sudah
ditentukan dan tidak bisa dimajukan atau dimundurkan. Siap tidak siap, ikhlas
atau terpaksa kematian akan datang menjemput.
Kalau anda mengaku merasa
ahli ibadah karena telah menjalankan ibadah shalat fardlu 5 (lima) waktu tanpa
terlewatkan dan shalat sunnah (dhuha, tahajud, hajat, dll), setiap tahunnya
berpuasa ramadhan, mengeluarkan zakat fitrah, sudah naik haji (bagi mereka yang
telah menjalankannya), sudah menyantuni anak yatim piatu, fakir miskin, dan
lain sebagainya, lalu mengapa anda takut mati? Kalau anda yakin ibadah anda
diterima Allah SWT dan Allah SWT mengampuni dosa-dosa anda mengapa anda takut
mati? Kalau anda yakin bahwa anda menjalankan ke-islam-an dengan benar, telah
beriman dan bertakwa mengapa anda tidak minta disegerakan datangnya kematian?
Bukankah kematian sebagai proses untuk kembali kepada Allah SWT? Atau
jangan-jangan anda tidak yakin dengan ibadah anda apakah diterima atau tidak
oleh Allah SWT? Jadi bagaimana ini? Katanya anda telah mendapat petunjuk dan
hidayah, lha kok takut mati!!! Jangan–jangan selama ini apa yang
anda kerjakan hanya sebatas merasa (berprasangka), padahal merasa (prasangka)
jauh dari kebenaran.
“Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus
untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu),
jika kamu memang benar. Dan
sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena
kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha
Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya”. (QS. Al-Baqarah 2:94-95)
Ayat di atas sebenarnya menginformasikan, bahwa Allah SWT
menanyakan sekaligus menguji kita tentang ke-islam-an, ke-iman-an dan
ke-takwa-an kita. Apakah memang benar bahwa islam, iman, dan takwa yang kita
jalani sudah benar? Apakah kita benar-benar telah mendapat hidayah, petunjuk,
rahmat dan ridha-Nya? Atau jangan-jangan semua itu (amal ibadahnya) hanya
sebatas merasa. Saat kita ber-syahadat, mendirikan shalat, menjalankan puasa
ramadhan, memberikan zakat fitrah, dan menunaikan haji (bagi yang mampu) adalah
sebagai tanda telah menjalankan perintah Allah SWT. Namun demikian itu belum
cukup karena belum ada bukti (kebenaran) dari Allah SWT. Apa bukti syahadat,
shalat, puasa, zakat dan haji anda dibenarkan Allah SWT? Apa bukti bahwa anda
mendapat hidayat, petunjuk, rahmat dan ridha-Nya? Kalau boleh saya analogkan,
ibarat anda menempati sebuah rumah dan anda mengaku bahwa ini rumah anda (baru
sebatas tanda), namun kemudian anda ditanya mengenai buktinya (sertifikat atas
nama anda) bahwa memang itu rumah anda, kalau anda tidak bisa menunjukkan
sertifikat atas nama (atau nama istri/suami/anak) berarti rumah itu bukan milik
anda, jadi posisi sebenarnya mungkin anda hanya menyewa, mengontrak, disuruh
menempati, dll.
Berbeda dengan kondisi
orang yang memang telah diberikan tanda dan bukti bahwa dia telah di-islam-kan,
di-iman-kan, di-takwa-kan, diberi hidayah, petunjuh, rahmat dan ridho dari
Allah SWT semua ada buktinya dan ini dialaminya sehingga ibadahnya sudah
dibenarkan (haqqul yaqin) oleh Allah SWT.
Makanya tidak heran, manusia seperti ini tidak akan takut akan datangnya
kematian, justru hamba ini memohon kepada Allah SWT agar segera memanggilnya
karena rasa cinta dan rindunya untuk segera bertemu dengan kekasihnya yaitu
Allah SWT.
“Dan orang-orang yang mau menerima
petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan
ketaqwaannya. Maka tidaklah yang
mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (kematian), (yaitu) kedatangannya
kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang
tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu
apabila Kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad 47:17-18)
Nb : Kematian adalah kiamat kecil (sughra/personal) dan hari kiamat
adalah kematian besar (kubra/massal)
Tanda dan Ilmu Kematian
Sebelum saya menutup artikel ini, saya ingin berbagi ilmu
dan tanda-tanda seseorang akan dipanggil Allah SWT.
Pertama, Secara ilmu
pengetahuan (medis), tanda fisik seseorang yang akan meninggal dunia adalah
kuping (bagian) bawah akan menutup. Jadi ketika anda melihat saudara, teman,
keluarga maupun orang lain yang sedang terbarisng sakit, namun telingga bagian
bawah sudah mulai menutup maka itu sebagai tanda bahwa orang tersebut usianya tidak lama lagi. Dengan
demikian anda yang masih hidup mempunyai kesempatan menuntun agar mereka banyak
berdzikir, bersyahadat, dll.
Kedua, manusia yang telah
dikarunia Allah SWT kembali fitrah (ar-ruh berkuasa atas tubuh ini), maka anda
dapat berdialog dengan ar-ruh mereka yang sedang sakit. Misalnya handai taulan
anda sakit dalam kondisi tidak sadar diri, maka komunikasi secara verbal tidak
mungkin dilakukan. Oleh karena itu, medianya adalah ar-ruh. Anda dapat
menyalami ar-ruh si sakit dan berdialog apakah dia akan sembuh atau tidak,
karena ar-ruh (amr Tuhan) tahu posisi dan kondisi dirinya. Bila ar-ruh si sakit
memberi tanda akan meninggal maka tuntunlah (ingatkanlah) dia bahwa tujuannya
adalah kembali ke Allah SWT, sehingga di kampung akhirat-insya
Allah-ditempatkan ditempat yang mulia/terpuji. Itu mengapa Rasulullah SAW, dan para Waliyullah tahu tentang kedatangan kematian seseorang atas ijin Allah SWT.
Ketiga, Anda maupun mereka yang masih hidup, dan tanda akan datangnya
kematian maka akan didatangi malaikat Izroil. Biasanya malaikat ini “mengintai”
gerak-gerik kita dan posisinya hanya diam (tidak dapat diajak bicara). Inilah
tanda bahwa Allah SWT Maha Rahman dan Rahim, dengan memberikan anda “sedikit”
waktu untuk bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya serta mempersiapkan diri
untuk ikhlas menerima datangnya kematian. Sedangkan manusia yang tidak tahu
bahwa itu malaikat Izroil, maka dirinya akan merasa gelisah, bingung,
ketakutan, dll (terkena azab) karena dirinya merasa diintai oleh seseorang yang
tidak dikenalnya, sementara orang lain tidak melihatnya.
“Kami tidak menurunkan malaikat
(izroil) melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika
itu diberi tangguh (kematian)” (QS. Al-Hijr 15: 8)
Semoga artikel ini berguna dan bermanfaat.
Untuk menambah wawasan beragama anda silahkan download E-Book (Electronic Book) pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan E-Book kedua yang berjudul: MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH
Marilah kita tetap ISTIQOMAH
untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan FC
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim