DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 12 Juni 2013

MASYARAKAT MADANI (ANTARA PLURALITAS DAN PLURALISME)-2



Assalamu’alaikum Wr. Wb. 
   

Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Madani?
            Menurut Dr. Ahmad Sathori, dalam rangka menuju masyarakat madani, Rasulullah mencanangkan empat sendi. Pertama, akidah Islam sebagai titik tolak menuju tersebarnya Islam ke seluruh dunia. Kedua, masyarakat Islam sebagai titik tolak menuju terciptanya masyarakat terbaik dan moderat. Ketiga, perundang-undangan Islam sebagai awal perubahan menuju kehidupan sejahtera masa kini dan mendatang. Keempat, kekuatan Islam sebagai titik tolak menuju perdamaian internasional.

            Sendi kedua, yakni masyarakat Islam, merupakan sendi terpenting dalam melakukan perubahan. Akidah, bila tidak ada masyarakat yang mengamalkannya, akan menjadi barang mati. Masyarakat inilah yang dibangun Rasulullah sejak di Mekah dan diteruskan di Madinah.

          Rasulullah saw telah meletakkan tiga hal yang menjadi tonggak pembentukan masyarakat baru di Yatsrib, yaitu:
  1. Memperkokoh hubungan kaum muslim dengan Tuhannya dengan membangun masjid
  2. Memperkokoh hubungan intern umat Islam dengan mempersaudarakan kaum pendatang Muhajirin dari Mekah dengan penduduk asli Madinah, yaitu kaum Anshor
  3. Mengatur hubungan umat Islam dengan orang-orang diluar Islam, baik yang ada di dalam maupun di sekitar kota dengan cara mengadakan perjanjian perdamaian.
           Melalui tiga hal di atas, Rasulullah saw. berhasil membangun masyarakat ideal. Masyarakat ini terwujud dalam suatu negara, yang beliau beri nama Madinah, artinya “kota” atau “tempat peradaban”.

           Mengapa masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah saw. dan bukan yang lainnya? Sebab, Rasulullah mengetahui bahwa imanlah sesungguhnya inti kekuatan dari masyarakat madani yang hendak dibangun. Maka, masjid adalah sarana yang tepat untuk memelihara iman agar tetap kokoh dan mantap. Selain itu, masjid ini juga diharapkan menjadi tempat pembinaan umat secara keseluruhan. Dari masjid inilah lahir masyarakat baru yang dikenal dengan nama masyarakat madinah, yang menjadi acuan bagi peristilahan masyarakat madani saat ini.

           Hal kedua yang Rasulullah saw. lakukan adalah melaksanakan strategi ‘ta-akhi bainal muhaajiriina wal anshaar (persaudaraan antara Muhajirin dan Anshor) yang dimaksudkan untuk menguatkan kesatuan dan persatuan di kalangan kaum muslim. Tujuan lain dari hal ini adalah untuk menguatkan hubungan antara pendatang dan penduduk asli, memusnahkan fanatisme kesukuan ala jahiliyah, dan menumbuhkan semangat pengabdian yang ditujukan hanya untuk Islam. Karena secara historis, orang-orang Anshar yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khajraz pernah saling bermusuhan. Darah yang belum kering, dendam yang belum padam, sirna dihapus oleh jiwa baru persaudaraan Islam.

           Adapun hal ketiga tertuang dalam Piagam Madinah, yang telah dijelaskan dalam beberapa paragraf sebelum ini. Sendi ketiga adalah meletakkan dasar-dasar tasyri’ (perundang-undangan) Islam, untuk membentuk masyarakat dan mengatur hubungan antaranggota masyarakat. Tasyri’ Islam yang diletakkan di Madinah telah mencapai derajat kesempurnaan dan bisa memenuhi kebutuhan umat manusia sampai kapan pun. Bila diterapkan secara utuh di masyarakat akan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan.

            Sendi keempat adalah kekuatan Islam. Ketika dakwah memasuki fase madani, dan mulai membangun masyarakat Islami, tidak boleh tidak ia harus memiliki kekuatan. Dengan kekuatan ini umat Islam akan mampu menyebarkan prinsip-prinsip ajaran ke setiap tempat dan sekaligus bisa melindungi diri dari serangan musuh-musuh. Bahkan, bisa mempertahankan kelompok mustadh’afin (lemah) dari tindakan kaum kuffar.

Karakteristik Masyarakat Madani
  1. Masyarakat yang beriman dan berakhlaq
  2. Persatuan dan kesatuan umat, tidak fanatis terhadap ikatan-ikatan kesukuan
  3. Tegaknya hak-hak asasi manusia dan tidak adanya kesewenang-wenangan
  4. Egaliterisme, anti-feodalistik, anti-otoriterisme, ruang publik yang luas, dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kekuasaan
  5. Masyarakat yang memiliki hukum dan taat hukum, tidak barbarian, dan tegaknya supremasi hukum
  6. Masyarakat yang inklusif, toleran dalam perbedaan, dan kemampuan untuk bekerjasama dalam menggapai tujuan bersama yang dicita-citakan
  7. Keadilan sosial bagi seluruh umat
Indonesia dan Masyarakat Madani
            Menurut Ryaas Rasyid masyarakat madani di Indonesia baru berada dalam proses pertumbuhan, bahkan masih berupa embrio. "Still in the making," katanya. Dikatakan sedang tumbuh, menurut Ryaas, karena masyarakat madani bangkit berdasarkan banyak faktor pendukung. Faktor pertama adalah adanya perbaikan di sektor ekonomi, yakni semakin tinggi pendapatan masyarakat yang menyebabkan mereka tidak tergantung kepada pemerintah, bahkan secara logika justru pemerintah yang tergantung kepada masyarakat karena harus membayar pajak untuk mendukung kegiatan pemerintahan. Faktor kedua, tumbuhnya intelektualitas. Semakin intelek suatu masyarakat, maka secara umum semakin memiliki komitmen untuk independen. Sedangkan faktor ketiga, terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistik menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.

            Tetapi, menurut pengamat politik asal Australia Dr Daniel Lev, yang menjadi pangkal persoalan sejak dulu bukanlah masyarakat, tetapi negara itu sendiri. Pemerintahlah yang selama puluhan tahun mengembangkan sistem pemerintahan yang mengasingkan diri dari masyarakatnya, sehingga tidak dapat dikendalikan langsung oleh mereka. Jika demikian, menurut Ryaas, masyarakat harus memperjuangkan hak-hak mereka pada penguasa. "Karena tidak ada di dunia ini pemerintah atau penguasa yang secara sukarela menyerahkan kekuasaannya. Masyarakat sendirilah yang harus memperjuangkannya," kata Ryaas.

Bersambung….

Untuk menambah wawasan beragama sidang pembaca, silahkan download e-book saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH . Semoga bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.

Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar