Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Sedikit banyak bagaimana peristiwa
Isra’ Mi’raj terjadi telah saya bahas dalam artikel saya yang berjudul Misteri Isra' Mi'raj (1) namun demikian ada hal yang menarik lainnya
untuk kita bahas dibalik peristiwa Isra’ Mi’raj yang
dialami Rasulullah SAW, salah satunya adalah ketika beliau bertemu dengan
beberapa ruh beberapa nabi
disetiap tingkatan “langit” yang berjumlah 7 (tujuh)
lapis dan tentang kefitrahan. Ada misteri apa
dibalik peristiwa itu? Dalam suatu hadits dijelaskan sebagaimana berikut ini:
Hadist riwayat Malik bin Sha`sha`ah ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda, “Ketika
aku sedang berada di dekat Baitullah antara tidur dan jaga, tiba-tiba aku
mendengar ada yang berkata: Salah satu dari tiga yang berada di antara dua
orang. Lalu aku didatangi dan dibawa pergi. Aku dibawakan bejana dari emas yang
berisi air Zamzam.
Lalu dadaku dibedah hingga ini dan ini. Qatadah berkata: Aku bertanya: Apa yang beliau maksud? Anas menjawab:
Hingga ke bawah perutnya. Hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air Zamzam,
kemudian dikembalikan ke tempatnya dan mengisinya dengan iman dan hikmah. Lalu
aku didatangi binatang putih yang disebut Buraq, lebih tinggi dari khimar dan
kurang dari bighal, ia meletakkan langkahnya pada pandangannya yang paling
jauh. Aku ditunggangkan di atasnya. Lalu kami berangkat hingga ke langit dunia.
(Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: Siapa ini? Jibril
menjawab Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad saw. jawab Jibril.
Ditanya: Apakah ia telah diutus? Ya, jawabnya. Malaikat penjaga itu membukakan
kami dan berkata: Selamat datang padanya. Sungguh, merupakan kedatangan yang
baik. Lalu kami datang kepada Nabi Adam as. (selanjutnya seperti kisah pada
hadis di atas). Anas menjelaskan bahwa Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa as.
dan Nabi Yahya as. di langit kedua, di langit ketiga dengan Nabi Yusuf as. di
langit keempat dengan Nabi Idris as. di langit kelima dengan Nabi Harun as.
Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Kemudian kami berangkat lagi. Hingga tiba
di langit keenam. Aku datang kepada Nabi Musa as. dan mengucap salam kepadanya.
Dia berkata: Selamat datang kepada saudara dan nabi yang baik. Ketika aku
meninggalkannya, ia menangis. Lalu ada yang berseru: Mengapa engkausujud 2 menangis?
Nabi Musa menjawab: Tuhanku, orang muda ini Engkau utus setelahku, tetapi
umatnya yang masuk surga lebih banyak daripada umatku. Kami melanjutkan
perjalanan hingga langit ketujuh. Aku datang kepada Nabi Ibrahim as. Dalam
hadis ini dituturkan, Nabi saw. bercerita bahwa beliau melihat empat sungai.
Dari hilirnya, keluar dua sungai yang jelas dan dua sungai yang samar. Aku
(Rasulullah saw.) bertanya: Hai Jibril, sungai apakah ini? Jibril menjawab: Dua
sungai yang samar adalah dua sungai di surga, sedangkan yang jelas adalah
sungai Nil dan Furat. Selanjutnya aku diangkat ke Baitulmakmur. Aku bertanya:
Hai Jibril, apa ini? Jibril menjawab: Ini adalah Baitulmakmur. Setiap hari,
tujuh puluh ribu malaikat masuk ke dalamnya. Apabila mereka keluar, tidak akan masuk
kembali. Itu adalah akhir mereka masuk. Kemudian aku ditawarkan dua bejana,
yang satu berisi arak dan yang lain berisi susu. Keduanya disodorkan kepadaku. Aku
memilih susu. lalu dikatakan: Tepat! Allah menghendaki engkau (berada pada
fitrah, kebaikan dan keutamaan). Begitu pula umatmu berada pada fitrah. Kemudian diwajibkan atasku salat lima
puluh kali tiap hari. Demikian kisah seterusnya sampai akhir hadits.” (Shahih Muslim No.238)
Dari peristiwa di atas
ada dua hal yang akan saya bahas disini, yaitu : Pertama, Bertemunya Rasulullah Muhammad SAW dalam peristiwa
mi’raj ini menandakan bahwa beliau diberikan derajat Allah SWT sebagai seorang
nabi. Inilah cara Allah SWT “melantik” dan memberikan “Surat Keputusan/SK”
bahwa seseorang ditunjuk sebagai utusan-Nya. Demikian pula para pengganti para
nabi yaitu ulil amri (waliyullah dan alim ulama), mereka pun akan dipertemukan
dengan orang-orang yang memiliki derajat yang sama saat diperjalankan Allah SWT
pada waktu mi’raj sebagai tanda dan bukti bahwa Allah SWT telah “melantik” dan
memberikan “SK” atas dirinya sebagai utusan-Nya (baca juga artikel saya yang
berjudul NGGAK DILANTIK KOK MENGAKU-AKU (1,2,3))
Kedua, Bahwa hakikinya, baik itu Rasulullah Muhammad SAW maupun umatnya dapat
melakukan mi’raj untuk “berjumpa”, berdialog, dan berkomunikasi dengan Allah
SWT melalui shalat. Itu mengapa dalam suatu hadits Rasulullah Muhammad SAW
pernah bersabda, “Ash-Sholatu Mi’rajul
Mu’miniin” (Shalat itu mi’raj-nya orang mukmin). Shalat adalah pertemuan
antara hamba dengan Rabb-nya tanpa perantara siapapun dan dengan apapun. Itu mengapa sepulang dari Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW
diperintahkan Allah SWT untuk mendirikan shalat fardlu 5 (lima) waktu sehari
semalam sebagai sarana perjumpaan antara hamba dengan Khaliq-nya. Melalui shalat yang khusyu’-lah seorang hamba akan dapat
berjumpa dengan Allah SWT sebagaimana bunyi firman-Nya,
“Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang
yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS.
Al-Baqarah 2:45-46).
Ketiga, lalu siapa sebenarnya dari diri kita yang dapat berjumpa
dengan Allah SWT? Tentu saja yang sifatnya immaterial. Apa itu? Amr Tuhan (ruh).
Untuk berjumpa dengan yang immaterial tentu saja sesuatu
yang harus immaterial
juga. Sebenarnya ruh kita pernah berjumpa dan diambil saksinya oleh Allah SWT
sebelum “ditiupkan” ke dalam tubuh kita semasa masih di dalam kandungan ibu di usia 4 (empat) bulan. Namun seiring
dengan kelahiran dan kedewasaan kita, banyak hal yang menyebabkan ruh kita
terkurung (terhijab) oleh nafsu dan jiwa
yang fujur.
“Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (QS. Al-A’raaf 7:172).
Untuk itu diperlukan ke-fitrah-an agar ruh kita berkuasa atas diri ini. Mengapa? Karena tidak mungkin sesuatu yang kotor dapat berjumpa dengan Yang
Maha Suci. Lalu bagaimana caranya
agar kita meraih ke-fitrah-an? Dengan meneladani cara Rasulullah SAW sehingga Allah
SWT berkenan “membersihkan” diri kita
sebagaimana keterangan hadits di atas yang merupakan penjelasan ayat Al-Qur’an,
yaitu Allah SWT membersihkan hati (dada) kita dari nafsu dan jiwa yang fujur
(penyakit hati).
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa
yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh
mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya
tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nur 24:21).
“Dan Kami cabut segala macam dendam (penyakit hati) yang berada di
dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka
berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga)
ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak
memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami,
membawa kebenaran." Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang
diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS.
Al-A’raaf 7:43).
Apa yang dilakukan
Rasulullah Muhammad SAW
untuk meraih ke-fitrah-an? Hal apa yang mesti kita
(umat islam) amalkan? Untuk jawabannya silahkan men-download E-Book (Electronic Book) saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH (silahkan klik kalimat berwarna merah disebelah untuk melihat beberapa syarat dan ketentuan). Bila anda berkenan, silahkan download juga E-Book kedua
saya yang berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH (silahkan klik kalimat berwarna merah disebelah untuk melihat beberapa syarat dan ketentuan). Silahkan
membaca, semoga bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal’alamiin.
Tetap
ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar