DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 21 Agustus 2009

Ramadhan : Prosesi Menggapai Fitrah (1)


RAMADHAN : PROSESI MENGGAPAI FITRAH (1)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan Sidang Pembaca yang dirahmati, dimuliakan dan dicintai Allah SWT.

Marhaban Ya Ramadhan! Inilah bulan penuh rahmat, berkah dan maghfirah.

Tidak terasa waktu cepat berlalu. Sepertinya baru kemarin umat islam menunaikan ibadah puasa ramadhan, namun kini bulan ramadhan 1430 H telah hadir kembali dihadapan kita. Bagi orang yang beriman, inilah bulan yang paling ditunggu-tunggu, bahkan kalau diperbolehkan Allah SWT, mereka berharap dalam satu tahun adalah ramadhan. Mengapa orang beriman berharap demikian? Sebab Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, berkah dan aghfirah.

Namun tidak semua umat islam menyambut gembira datangnya bulan suci ini. Bagi orang yang kadar keimanannya masih rendah, mereka sangat berat dalam menyongsong datangnya bulan ramadhan. Salah satu alasannya adalah dianggap mengganggu produktivitas kerja, karena tidak diperbolehkan makan dan minum di siang hari, sehingga dapat dipastikan kinerja mereka akan turun. Benarkah demikian? Tentunya anggapan ini salah besar, karena mereka belum mengetahui hakikat dari bulan ramadhan itu sendiri.

Rosulullah SAW pernah bersabda: “Seandainya umatku mengetahui keutamaan bulan Ramadhan maka mereka akan menginginkan bulan Ramadhan itu selama setahun penuh”. Misteri apakah dibalik sabda Rosulullah SAW ini? Benarkah ada rahasia yang begitu menakjubkan yang selama ini tidak diketahui semua umatnya sehingga sebagian merasa bahwa puasa di bulan Ramadhan begitu berat untuk ditunaikan? Mari kita kupas setahap demi setahap, semoga artikel ini dapat mewakili rahasia Ramadhan, sehingga umat islam dengan suka cita menyambut bulan yang penuh rahmat, berkah dan maghfirah ini. Amin.

Pengukuhan Iman

Allah SWT memerintahkan berpuasa di bulan Ramadhan kepada hamba-hamba-Nya tentunya memiliki maksud tertentu. Ibadah puasa bukan untuk kepentingan Allah SWT, tetapi demi kepentingan hamba-hamba-Nya. Mari kita cermati ayat Al-Qur’an berikut ini yang membicarakan mengenai perintah puasa Ramadhan,

Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah 2 : 183).

Dari ayat diatas terdapat 3 (tiga) poin penting yaitu orang beriman, puasa dan orang bertakwa. Mari coba kita urai satu persatu hubungan ketiganya.

Iman terletak di dalam hati manusia (hati disini bukan dalam arti fisik/kedokteran). Untuk lebih memperjelas arti hati dapat dianalogkan dengan contoh kasus berikut ini. Apabila sepasang muda mudi sedang kasmaran namun cinta itu bertepuk sebelah tangan. Maka kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah “sakit hatiku karena cintaku ditolak”. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa bukan hati secara fisik yang sakit, namun ada rasa yang membuat hatinya terluka.

Iman bersemayam dalam hati manusia. Hati adalah kata bahasa Indonesia, dan terjemahan bahasa arabnya bernama Qolbu. Hati atau Qolbu memiliki sifat senantiasa bolak-balik, tidak tetap, kadang bersih, kuat iman, bercahaya, lemah lembut. Tetapi suatu saat menjadi kotor, lemah iman, gelap gulita atau buta, keras membatu terhadap kebenaran. Hal ini karena pengaruh malaikat dan syaitan.

Makanya seringkali manusia mengalami kondisi ini. Kadang tingkat keimanannya tinggi, namun di lain waktu tiba-tiba tingkat keimanannya turun. Allah SWT mengetahui kondisi ini, maka untuk meningkatkan kadar keimanan hamba-Nya maka Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk menjalani beberapa prosesi ibadah, salah satunya melalui puasa Ramadhan. Hal ini semata-mata untuk mengukuhkan kadar keimanan mereka, karena Allah SWT tidak butuh ibadah hamba-Nya, tetapi hamba itu sendiri yang butuh beribadah agar dekat dengan Tuhannya.

Ibarat mengisi gelas yang kosong, agar gelas itu penuh maka perlu di isi air. Itu pun dilakukan setahap demi setahap (istiqomah) sehingga lama kelamaan gelas itu akan penuh. Iman itu ibarat gelas kosong, prosesi ibadah identik dengan air. Setiap air ibadah akan menambah isi gelas keimanan. Apabila gelas itu telah penuh maka hamba itu memasuki maqam berikutnya yaitu hamba yang bertakwa (muttaqin). Dengan berpuasa, yang merupakan salah satu prosesi ibadah, maka diharapkan hamba yang telah beriman akan naik maqamnya menjadi hamba yang bertakwa.

Jadi orang beriman (mukmin) adalah seorang hamba yang baru memasuki proses menjalani Islam melalui prosesi ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah SWT. Coba perhatikan ayat berikut ini.

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan ke-islam-an mereka. Katakanlah : ”Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan ke-islam-anmu, sebenarnya Allah, Dia-lah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”. (QS. Al-Hujurat 49 : 17).

Sedangkan orang yang bertakwa adalah seorang hamba Allah SWT yang mengalami ber-Islam, dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :” dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Fath 48 : 26).

Bersambung..

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar