DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 18 Agustus 2009

Mekanisme Latihan Kesadaran Dzikir


MEKANISME LATIHAN KESADARAN DZIKIR (1)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Untuk mempermudah pengertian intisari buku yang ditulis Ustadz Abu Sangkan dengan judul "Berguru Kepada Allah", maka bersama ini saya tuliskan tata cara mekanisme latihan kesadaran berdzikir yang kami praktekkan di Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang. Semoga dengan ringkasan ini akan mempermudah pemahaman dan penerapannya bagi anda sekalian. Amin.

Ihsan merupakan inti pokok dari sendi agama Islam, merupakan pusat yang dilihat oleh Allah dari jiwa dan menentukan diterima tidaknya sebuah peribadatan manusia, karena ihsan adalah salah satu rukun dari agama, yaitu Islam, Iman dan Ihsan.

Manusia merupakan makhluk yang sempurna, sehingga diangkat sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini, biarpun sebagian besar orang tidak mengerti banyak tentang sifat sebenarnya dari diri sendiri.

Setelah manusia semakin tinggi tingkat kesadarannya, mulailah ia mempunyai konsep tentang Aku-nya yang lebih tinggi. Ia mulai menggunakan pikirannya dan akalnya, maka ia pindah dari tingkat batin naluri ke tingkat batin mental, ia mulai menggunakan kecerdasannya, ia mulai merasakan bahwa batinnya adalah lebih nyata bagi dirinya daripada badannya, bahkan kadang ia melupakan badannya bila sedang terbenam dalam pemikiran secara serius.

Setelah kesadaran meningkat, yaitu kesadarannya berpindah dari tingkat mental ke tingkat kerohanian, ia menyadari bahwa “Aku” yang sebenarnya adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan dan badan fisiknya, bahwa semua ini dapat digunakan sebagai alat atau instrumennya. Pengetahuan ini bukan merupakan pengertian saja, tetapi merupakan kesadaran yang khas, artinya orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang sebenarnya (sebagai bashirah).

Dalam kajian ini, akan ditunjukkan kepada anda cara mengembangkan atau membangkitkan kesadaran Aku yang fitrah. Ini merupakan amalan pertama yang harus disadari, sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Seperti tujuan melakukan amalan puasa di bulan Ramadhan adalah mencapai fitrah (idul fitri, kembali kepada fitrah yang mempunyai sifat suci seperti bayi, yaitu diri yang sejati atau “Aku”)

Kesadaran ‘Aku” ini merupakan langkah pertama dari jalan menuju keadaan yang disebut sebagai ‘pencerahan’, yang merupakan realisasi hubungan dengan Yang Maha Agung. Latihan tersebut harus dipraktekkan, bukan sekarang saja tetapi diberbagai tahapan perjalanan sampai anda memperoleh pencerahan jiwa.

Ini adalah zikir dengan cara menyelami kesadaran diri yang sebenarnya, dan mengenali hakikat roh yang biasa menyebut dirinya “AKU”. Ibarat kita akan melakukan salat, kita tidak butuh dalil, akan tetapi kita tinggal memasuki keadaan salat yang sebenarnya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At-Tabrani yang artinya: “Barang siapa tiada banyak menyebut Allah, maka sesungguhnya terlepas dia dari imannya. Dan firman Allah dalam surat Al-Ahzab, 33 ayat 41 yang artinya: “……. Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

Metode zikir ini bisa dikatakan sebagai kita bertasawuf tanpa bertarikat. Bertasawuf berarti kita beribadah kepada Allah dengan melibatkan jiwa (Iman/Tasawuf) dan raga (Islam/Fiqih), dan tujuan bertasawuf adalah Allah semata, bukan surga/pahala dan menghindari neraka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik yang artinya: “Barang siapa ber-Fiqih tidak ber-Tasawuf maka ia tergolong Fasik dan barang siapa ber-Tasawuf tanpa ber-Fiqih ia tergolong Zindiq. Apabila dikerjakan keduanya itulah jalan yang benar.”

Untuk itu saya mengajak kepada Ikhwan, marilah kita menuju kepada Allah tanpa perantara yaitu dengan jalan banyak menyebut asma-Nya sebanyak-banyaknya diwaktu kita tidur, duduk dan berdiri. Zikir (ingat) adalah ibadah kepada Allah yang tak berbatas waktu dan ruang. Selamat Berzikir, semoga berhasil mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Dzat Allah.

Memasuki kesadaran zikir Ihsan
Terlebih dulu sucikan diri/jiwa kita dengan berwudlu, kemudian bila mungkin, carilah tempat atau ruangan yang terbebas dari gangguan, agar batin anda merasa aman dan tenang. Duduklah yang enak dan rileks agar anda dapat mengendorkan otot-otot dan membebaskan ketegangan syaraf. Lepaskan ketegangan dan biarkan otot-otot menjadi lemas, sampai terasa tenang dan damai meresapi seluruh tubuh. Istirahatkan badan dan pasrahkan seluruh jiwa raga hanya kepada Allah. Bisa juga dilakukan dalam posisi berdiri dan berjalan.

Ingat bahwa keadaan zikir harus berada di bawah penguasaan kemauan yang keras. Dalam melakukan praktek zikir harus diterapkan pada waktu yang tepat dan atas kemauan sendiri. Sadari bahwa Aku adalah hakiki nya manusia yang tidak pernah tidur - tidak pernah mati – abadi,…selalu sadar tidak pernah mengalami sedih dan takut. Aku sang roh suci (fitrah) yang mampu menembus alam mimpi, alam malakut dan alam uluhiyah.

Sekarang anda memasuki tahapan yang menyebabkan Aku merasa sebagai makhluk mental. Kalau anda memejamkan mata, anda akan merasakan dan bisa membedakan mana Aku yang sebenarnya; disitu ada Aku yang memperhatikan sensasi badan, seperti misal: lapar, haus, sakit, sensasi yang menyenangkan, kesedihan. Anda akan merasakan, ternyata bukan Aku sebenarnya yang lapar, sakit dan sedih, akan tetapi itu adalah sensasi peralatan atau instrumen yang dimiliki oleh sang Aku. Anda sebenarnya di luar atau di atas semua alat-alat tadi. Maka dari itu anda harus melepaskan diri dari yang bukan hakiki, agar tidak diombang-ambingkan oleh peralatan anda sendiri. Sadari Aku adalah yang menguasai perasaan dan pikiran, jadilah tuan atas diri anda. Keluarlah anda seperti anda melepaskan baju, lalu tinggalkan dan anda jangan memikirkan semuanya itu, karena peralatan anda mempunyai batin naluri yang akan bergerak menurut fungsinya. Perhatikan saat akan tidur. Aku anda meninggalkan tubuh anda tanpa harus memikirkan bagaimana nantinya badanku, kenyataan instrumen tubuh bekerja menurut yang dikehendaki oleh nalurinya sendiri.

Sadarkan sang Aku (diri/nafs). Hubungkan dengan Dzat Yang Maha Mutlak; hadirlah dihadapan-Nya sebagaimana kesaksian Aku di alam ‘Azali. Panggilah… penuh santun Ya Allah…Ya Allah… tundukkan jiwa anda dengan hormat; dan datanglah ke hadirat-Nya dengan terus memangil ya Allah…ya Allah; timbulkan rasa cinta yang dalam; hadirlah terus dalam zikir; biarkan sensasi pikiran dan perasaan melayang. Sadarkan dan kembalikan bahwa Aku bukan itu semua… Aku adalah yang menyaksikan semuanya; bersaksilah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat; sampaikan doa salawat untuk Rasulullah dan keluarganya. Teruskan Aku melayang menembus semua alam alam-alam yang menghalangi, biarkan Aku berjalan menuju Yang Maha tak Terhingga; jangan perdulikan kebisingan diluar diri kita; teruskan jangan berhenti sampai ada sambutan (apapun yang terjadi nikmati dan ikuti saja); hingga zikir anda akan berubah dengan sendirinya bukan dari rekayasa pikiran; menjadi laa ilaaha illallah atau subhanallah. Kalau sudah mencapai keadaan seperti ini, zikir anda akan terbawa saat anda bekerja, menyetir mobil dan mengangkat takbir, saat salat saat wudhu dan dalam kehidupan sehari-hari.

Suasana zikir terus membekas dan menyebabkan hati menjadi tenang luar biasa. Zikir bukan lagi sebuah lafadz akan tetapi merupakan suasana ingat dan ihsan. Apabila keadaan zikir anda sudah terasa menyelimuti hati, pikiran, dan badan anda, frekuensi getaran makin lama makin terasa, dan semakin kuat rasa sambung kepada Allah. Hati anda semakin sensitif, mudah menangis, dan kadang tidak bisa ditahan saat anda membaca Al-Quran dan salat, dzikir walaupun anda tidak mengerti artinya.

Ketika anda menghadirkan atau menghubungkan diri anda dengan Allah, tiba-tiba muncul rasa haru, merinding. Badan terasa agak berat dan berguncang seperti ada muatan getaran yang menyelimuti badan. Semakin kuat hubungan anda dengan Allah, maka semakin kuat getaran yang ditimbulkannya. Biarkan getaran itu mengalir, dengan getaran itulah anda tidak lagi terganggu oleh pikiran dan khayalan yang melayang-layang.

Adanya getaran merupakan tanda kesambungan anda dengan Allah. Biasanya anda tidak akan kuat menahan tangis yang tiba-tiba muncul. Kadang anda ditutun salat, duntuntun berzikir, dituntun sujud dan berserah. Biarkan jangan ditolak atau dilawan, pasrahkan saja dengan ikhlas. Anda tidak akan mengalami rasa penat, capek dan jenuh walaupun itu terjadi berjam-jam lamanya. Sekalipun hal itu anda lakukan pada waktu malam hingga pagi, tubuh rasanya tetap segar tidak lemas, bahkan terasa lebih rileks dan nyaman. Semakin anda tekun berkomunikasi dengan Allah semakin halus getarannya (khatr ilham) yang muncul. Anda mungkin menjadi heran tatkala anda agak sulit marah, hati anda lebih terkendali tanpa ada penahanan atau pemaksaan. Hati menjadi lunak dan menimbulkan perangai sangat lembut. Hati terus menerus berzikir, bukan dari keinginan nafsu, tetapi dari rasa Aku yang dalam tiada bisa dibendung. Rasanya seperti ditarik oleh rasa kesambungan yang sangat kuat. Pada kondisi seperti itu pikiran menjadi lemah, tidak lagi liar seperti semula. Emosi teredam dan istirahat, yang ada tinggal rasa getaran iman (kasyaf imani) yang dalam dan muncul tanpa bisa dicegah. Kecerdasan yang muncul bukan dari pikiran, akan tetapi keluar dari kecerdasan spiritual yang luas.

Tutuplah kesadaran zikir ini dengan bersujud, menyerahkan diri kepada Allah dan berdoa sesuai ungkapan syukur kita.

Untuk memudahkan pendalaman kesadaran zikir di atas, sebaiknya mari kita perhatikan mekanisme latihan berikut ini.

(Bersambung)

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Nara Sumber : Ust. Abu Sangkan
Ringkasan : H. Soetadji
Layout dan Penyunting : Fahri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar