DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 28 Agustus 2009

"Sang Koki"


"SANG KOKI"

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.

Anda tentunya tahu apa itu profesi Koki, yaitu seorang juru masak, yang menghidangkan menu bagi tamu maupun pengunjung. Koki hanya pembeda kata (sebutan) antara juru masak yang berasal dari tataran hotel berbintang atau restoran, namun hakekatnya sama dengan juru masak pedagang kaki lima. Mungkin yang sedikit membedakan adalah pendidikan koki ditempuh melalui jalur formal (institusi/lembaga), sementara koki PKL biasanya keahliannya diperoleh secara turun temurun atau otodidak. Tapi pembeda ini pun dianggap tidak masalah, asalkan menu yang disajikan memenuhi selera tamu, pengunjung maupun pembeli. Dan yang terpenting adalah rasa puas.

Bagi seorang juru masak diperlukan keahlian khusus, insting, kemampuan meramu bahan baku makanan, taste, dll. Bukan asal dicampur, tapi perlu ketelitian, kejelian dan ketekunan, misal berapa ons bahan yang diperlukan, berapa sendok makan untuk bumbu ini, berapa jam atau menit untuk dimasak atau dioven, mana yang terlebih dahulu disiapkan dan mana yang terakhir harus dicampurkan, dll. Agak sedikit rumit dan perlu ketekunan, namun hasil yang dicapai biasanya maksimal.

Lalu apa hubungan sistem kerja juru masak (koki) dengan artikel yang akan kita bahas? Ya tentu saja ada, meskipun sebatas analog.

Manusia dapat bermanfaat di dunia dan akhirat atau tidak, dapat dianalogkan hasil masakan kita selama di dunia. Apakah hasil masakan tersebut bermanfaat dan berguna ataukah masakan tersebut justru tidak disukai, atau bahkan dimuntahkan dan dibuang ke tempat sampah. Tergantung manusia itu sendiri memposisikan diri terhadap Tuhan dan makhluk-Nya.

Dalam artikel ini saya khusus membahas mengenai cara kita memposisikan diri kita dihadapan Allah SWT, sehingga “hasil masakan” tersebut membuat Allah SWT ridha kepada kita.

Lalu "bahan baku" apa saja yang di perlukan? Marilah kita kupas satu per satu:

Pertama, Istiqomah. Dalam menjalankan perintah Allah SWT diperlukan komitmen, ketekunan dan kesungguhan dalam kondisi apapun. Tidak akan goyah karena pengaruh atau tekanan siapapun, apapun dan bagaimanapun. Agama bukanlah untuk bersendau gurau dan main-main. Barangsiapa dapat beristiqomah, Insya Allah, Allah SWT akan memperjalankan hidup kita menuju ke arahnya. Banyak pelajaran dan pemahaman yang di dapat dari Allah SWT. Sehingga jalan kita dalam menempuh hidup ini akan selalu lurus karena bimbingan, petunjuk dan perlindungan-Nya. Bahkan anda akan diperkenalkan dengan Allah SWT oleh Allah SWT sendiri. Karena manusia tidak mempunyai daya upaya sedikitpun. Janganlah setengah-setengah dalam menuju Allah SWT, pasti anda gagal. Diperlukan totalitas.

Kedua, Ikhlas. Sebagai abdi Allah SWT (Abdullah) modal yang kedua anda harus ikhlas setotal-totalnya dengan apa yang dikehendaki Allah SWT kepada kita. Jangan pernah memiliki prasangka buruk kepada Allah SWT. Suka dan duka, senang dan susah, bahagia dan menderita adalah sama. Ini hanya permainan rasa yang berada hati/dada. Mintalah kepada Allah SWT untuk dituntun berjalan di atas rasa. Cukup hanya Allah-lah yang hanya tertinggal dan mengisi ruang di dalam dada/hati kita.

“Dan siapakah yang baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan…(QS. An-Nisa’ 4 : 125).

Ketiga, Tawakal. Orang yang tawakal kepada Allah SWT adalah yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT. Tidak ada keraguan sedikitpun, karena Allah SWT Maha Mengetahui kebutuhan hidup makhluk-Nya. Allah SWT tidak pernah tidur, Allah SWT selalu sibuk mengurus makhluk-makhluk-Nya. Intinya, manusia boleh berusaha, namun Allah-lah yang menentukan hasilnya. Sehingga sebagai orang yang bertawakal, pasti tidak ada rasa kekhawatiran, stress, cemas dan berduka cita.

Dan tawakallah kepada Allah! Cukuplah Allah menjadi wakilmu (tempat menyerahkan segala urusanmu)..."(QS Al-Ahzab 33 : 3).

Keempat, Sabar. Sungguh manusia tidak akan mampu sabar. Selama ini ada kesalahan dalam menerjemahkan arti sabar. Kita mengira bahwa manusia mampu bersabar. Sesabar-sabarnya kita maka masing-masing manusia memiliki titik kulminasi dan suatu saat pasti akan meledak. Bahkan Rasulullah SAW-pun disabarkan oleh Allah SWT. Hanya Allah-lah yang mampu menyabarkan kita. Untuk itu saya menghimbau agar kita selalu meminta kesabaran dari Allah SWT. Anda akan merasakan heran bila anda nantinya setahap demi setahap akan merasa sabar. Inilah karunia Allah SWT.

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah…(QS. An-Nahl 16 : 127)

Istiqomah, Ikhlas, Tawakal dan Sabar adalah bahan-bahan dasar (pondasi) dalam menegakkan Baitullah.

Bila dianalogkan, Baitullah adalah "masakan", maka Istiqomah adalah "ketekunan dalam membuat masakan", Ikhlas adalah "bahan baku dasar", Tawakal adalah "bumbunya" dan Sabar adalah "proses agar masakan matang". Sedangkan "sang koki" adalah Allah SWT yang meramu semuanya dalam diri kita. Karena sebenarnya manusia tidak mampu melakukan ke empat point tersebut kecuali dengan izin, rahmat, berkah dan karunia dari Allah SWT. Oleh karena itu mintalah selalu kepada Allah SWT agar selalu di-istiqomah-kan, di-ikhlas-kan, di-tawakal-kan dan di-sabar-kan. Insya Allah, pada akhirnya kita benar-benar menjadi abdi yang diridhai-Nya.

Demikian sedikit sumbangsih dari saya, semoga bermanfaat. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar