DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 04 Agustus 2009

Sikap Manusia Terhadap Islam-2


SIKAP MANUSIA TERHADAP ISLAM (2)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Adapun ciri orang munafiqin selanjutnya adalah :

Keempat, Sumpah dan Janjinya Tidak Ditepati.

“Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah; bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran dan telah menjadi kafir sesudah islam, ….” (QS. At-Taubah 9 : 74).

Inti dari point keempat ini adalah orang munafik suka mengobral janji, bahkan untuk membuat atau meyakinkan orang lain agar percaya, sering pula janji-janji yang ditebarkan dibumbui dengan hal-hal yang bombastis, tak jarang pula membawa-bawa ayat-ayat Al-Qur’an. Padahal sumpah atau janji itu tak lain untuk memenuhi kepentingan pribadi dan nafsunya. Bila orang lain percaya kepada janji-janjinya, biasanya setelah terpenuhi keinginan/nafsunya, janji yang dulu pernah ditawarkan akan dibungkus dan dibuang ke bak sampah alias tidak dipenuhi. Ini tidak terjadi satu dua kali saja, selama orang munafik mempunyai kepentingan pribadi maka akan bersumpah dan mengobral janji manis.

Kelima, Amal Ibadahnya Riya’/Ingin Dipuji

“(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata:” Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman) : “Barangsiapa yang tawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Anfal 8 : 49).

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ 4 : 142).

Untuk penjelasan ayat diatas, saya rasa para sahabat dan sidang pembaca cukup memahami apa yang dimaksud ayat diatas mengenai ciri-ciri orang munafik.

Keenam, Suka Bergaul Dengan Orang Yang Memusuhi Islam

“Jika kedua bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingdari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertawakallah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi) karena disisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin maka Allah lebih tahu kemashlatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa’ 4 : 130-135).

Inti dari point keenam ini adalah sebagai orang yang beriman bila dijadikan saksi maka harus bertindak adil dan jujur sesuai apa yang diketahuinya, tanpa mengurangi atau menambahi. Dalam bersaksi tidak memandang apakah itu kerabat, orang kaya atau miskin, yang berpangkat atau tidak maka orang beriman akan mengatakan yang sesungguhnya terjadi/jujur. Bahkan orang beriman tidak usah takut kekurangan karena membela orang yang miskin (karena kebenaran) dan tidak membela orang yang kaya (karena salah), karena Allah mengingatkan bahwa apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah, jangan takut kekurangan harta (rejeki).

Berbeda dengan orang munafik, dia bersaksi berdasarkan untung rugi untuk dirinya sendiri terutama demi kenikmatan dunia. Tidak peduli orang yang di bela itu musuh Islam (misal orang kaya dan punya kedudukan itu salah), maka selama persaksiannya menguntungkan baginya maka dia akan bersaksi palsu, dengan harapan orang yang dibela akan memberikan imbalan berupa materi atau kedudukan.

Ketujuh, Selalu Curiga Terhadap Kegiatan Islam

“Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengerathui bahwasannya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahanam-lah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar”. (QS. At-taubah 9 : 63).

Point ketujuh ini adalah bahwa apabila kaum mukmin melakukan perintah Allah dan Rasul-Nya maka akan dicela oleh orang munafik, sementara itu orang munafik sendiri tidak mau melaksanakan tetapi justru menjelek-jelekkan. Ayat ini sebenarnya turun berkenaan dengan perang Tabuk, dimana orang munafik tidak mau ikut berperang, namun menganggap dirinya orang beriman. Padahal mereka beriman hanya sebatas lahiriahnya saja, namun hatinya/batiniahnya tidak beriman. Dan Allah SWT akan membalas mereka (orang munafik) dengan neraka Jahanam.

Tentunya untuk kondisi saat ini pengertian ayat tersebut dapat dijabarkan secara luas. Misalnya ada saudara kita (orang mukmin) yang mengadakan kegiatan demi syiar agama Islam (Katakanlah seperti memperingati hari-hari bersejarah Islam). Bagi orang munafik, hal ini tidak menjadikannya senang dan mendukung, justru kecurigaan dan rasa tidak senang yang ditampakkan.

Bersambung…..

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar