DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 04 Agustus 2009

Sikap Manusia Terhadap Islam-1


SIKAP MANUSIA TERHADAP ISLAM (1)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Pada bahasan artikel kali ini saya mengajak para sahabat dan sidang pembaca membahas mengenai perilaku manusia terhadap Islam. Artikel ini terbagi menjadi beberapa sesi, sebagaimana artikel yang pernah saya posting dengan judul “Tafakur, Konsep Islam Menuju Tuhan”

Mengapa artikel ini penting untuk saya sampaikan? Pertama, ini semata-mata sebagai rambu-rambu apakah kita termasuk hamba yang dilaknat Allah atau hamba yang dirahmati Allah. Kedua, untuk me-recall kembali ingatan kita pelajaran yang pernah didapat, meskipun pelajaran tersebut saat itu sebatas pengertian atau definisi. Untuk itu agar para sahabat dan sidang pembaca mantap, memahami dan lebih terbuka pengetahuannya maka uraian ini saya sertai dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Saya tidak bermaksud menggurui, namun ini semata-mata sebatas sharing pengetahuan dan pemahaman.

Demikian sekilas mukadimah dari saya, semoga artikel yang saya sajikan dapat bermanfaat.

I. MANUSIA MUNAFIQIN

Munafik berasal dari kata “nafaqo” yang berarti melahirkan sesuatu yang berlawanan dengan hati nurani. Dalam pengertian syara’, munafik adalah orang yang lahirnya menyatakan beriman, padahal hatinya kufur. Jadi disini antara lahir dan batin tidak sinkron. Lain dibibir lain dihati. Lalu bagaimana kita menilai orang lain atau diri sendiri bahwa jangan-jangan kita atau orang lain termasuk dalam golongan ini atau tidak? Inilah ciri-cirinya

Pertama, Tidak Berpendirian Tetap dan Jelas.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ 4 : 142).

Seringkali ketika manusia menjalan aktivitas ibadah tidak diniatkan secara ikhlas untuk Allah SWT semata tetapi diembel-embeli maksud-maksud tertentu dengan maksud agar dilihat atau nilai orang agar manusia itu dinilai termasuk ahli ibadah. Banyak yang melatar belakangi niat ini, seperti agar pimpinan, teman, tetangga, jamaah pengajian, atau masyarakat umum (dimana manusia tersebut beraktivitas) menilai manusia jenis ini tergolong seorang yang alim, sehingga mereka akan memuji-mujinya (riya’). Memang secara lahir kita dapat menilai demikian namun secara hati, Allah SWT yang tahu. Inilah yang dimaksud Allah dalam ayat diatas bahwa mereka hendak menipu Allah, padahal Allah lebih mengetahui isi hati hamba-hamba-Nya. Padahal seorang ahli ibadah seyogyanya hanya meniatkan ibadahnya kepada Allah. Dia tidak perduli dengan pendapat orang lain, bahkan orang ahli ibadah ini saat menjalankan ibadahnya kadang-kadang sebisa mungkin menghindari dilihat orang lain, karena takut dianggap riya’.

Kedua, Tidak Dapat Dipercaya Sama Sekali.

“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah :”Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasannya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasannya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?. (orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu dan untuk mereka azab yang pedih”. (QS. At-Taubah 9 : 75-79).

Inti point dari ciri orang munafik yang kedua adalah Pertama, suka mengingkari janji, baik dengan Allah maupun manusia. Kedua, orang ini juga sangat sayang terhadap harta, padahal di dalamnya ada hak untuk orang miskin, fakir, dll. Ketiga, sementara kalau melihat orang lain memberikan sedekah, orang munafik akan mencela, padahal dia sendiri tidak bersedekah.

Ketiga, Perkataannya Bohong dan Dusta

“Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (QS. Al-Baqarah 2 : 8-10).

Inti dari point ketiga ini bahwa orang munafik suka berdusta atau bohong baik hubungannya dengan Allah maupun manusia. Dicontohkan di atas bahwa orang munafik mengaku beriman (mengimankan diri sendiri) tetapi Allah mengatakan bahwa orang ini menipu. Kenapa? Orang yang beriman ada tandanya, yaitu ditanamkannya Asma Allah di dalam dadanya oleh Allah SWT, bukan sebatas mengaku-ngaku dirinya sudah beriman (Baca artikel saya dengan judul, “ Sudahkah kita diimankan?”.

Bersambung…..

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri-Penulis

Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar