DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 26 Agustus 2009

Perilaku Kafir (1)


PERILAKU KAFIR (1)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.

Kata kafir sebenarnya di ambil dari bahasa Inggris yaitu cover (tertutup/terhijab). Kafir dalam arti sempit adalah tertutupnya kesadaran manusia akan keberadaan Allah SWT. Untuk itu orang yang tidak ber-Islam berarti tertutupnya kesadaran atas keberadaan Allah SWT.

Secara lebih luas arti kafir tidak hanya sebatas kesadarannya tertutup atas keberadaan Allah SWT, tetapi juga terhijab akan petunjuk (rahmat) Allah SWT. Bila petunjuk dari Allah SWT jauh darinya, sungguh betapa meruginya manusia tersebut. Hal ini semata-mata karena perilaku manusia itu sendiri. Sebenarnya manusia tersebut tahu, tapi tidak mau menjalankan petunjuk Allah SWT, dimana petunjuk tersebut dikalahkan dengan sesuatu yang kadang-kadang sifatnya remeh. Dan manusia seperti ini benar-benar telah tertipu dalam mengarungi perjalanan hidupnya yang sifatnya sementara.

Perilaku apa yang menyebabkan manusia terhijab dari petunjuk (rahmat) Allah SWT? Paling tidak ada 3 (tiga) hal. Mari kita buka peta kita yaitu Al-Qur’an Nur Karim,

Satu, Lebih Mengutamakan Kehidupan Dunia Daripada Kehidupan Akhirat.

"Allah-lah yang memiliki apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi-bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim 14 : 2-3).

Banyak dari manusia yang terjerumus, terlena dan hanyut akan gemerlap dunia. Kehidupan dunia dianggap segala-galanya, bahkan kadang-kadang hanya untuk menjaga image dihadapan saudara, tetangga, teman, relasi atau anak buah, mereka rakus akan gemerlap dunia. Masya Allah!

Seringkali kekayaan (materi) dan kekuasaan (jabatan) dijadikan tolok ukur kesuksesan. Sebenarnya ini tidak masalah kalau cara mendapatkannya dan menjalankannya dengan cara islami dan halal. Tapi kalau kekayaan dan kekuasaan yang didapat dengan cara mendzalimi orang lain (terutama sesama saudara muslim), benar-benar hatinya buta dan membatu. Apalagi untuk memenuhi nafsunya segala cara dihalalkan, siapa yang menghalangi akan disingkirkan baik dengan cara halus maupun terang-terangan. Astaghfirullah!

Ciri manusia jenis ini bila diberikan nasehat tidak pernah diperhatikan, apalagi yang memberi nasehat adalah orang yang levelnya lebih rendah (anak buah, tingkat pendidikan, status sosialnya, dll). Padahal orang yang lebih rendah kedudukannya bukan berarti nasehatnya selalu salah. Nabi SAW pernah bersabda, “Janganlah engkau melihat seseorang dari kedudukannya, tetapi lihat dan dengarlah apa yang dikatakannya!” (terjemahan bebas tanpa mengurangi makna). Selama yang dikatakan itu benar, kita wajib menerima dan menjalankannya.

Ciri manusia gila dunia ini biasanya sombong, merasa paling pintar, berkuasa dan menganggap remeh manusia lain. Dia hanya akan berlagak takhluk dengan seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan di atasnya. Namun ini dilakukan semata-mata untuk melanggengkan posisi dia, atau suatu saat memanfaatkan kelemahan mereka untuk tujuan pribadi. Teori hidup yang dipakai adalah loncatan katak. Tangan atas untuk merangkul atasan (orang yang kedudukan baik jabatan atau materi lebih tinggi), kaki bawah untuk menginjak bawahan (orang yang lemah). Na’udzubillahi min dzalik!

Lucunya lagi, type manusia jenis ini bila ada larangan dari Allah SWT yang “dianggap” menghalangi ambisi dan nafsunya, maka manusia jenis ini tidak mempedulikan (menerabas) larangan tersebut. Bahkan untuk mempermudah dan memperlicin misinya, kadang agama dipakai sebagai “topeng”. Banyak kok manusia “bertopeng” jenis ini disekitar kita, dan parahnya lagi manusia yang berada dalam lingkaran atau komunitas tersebut tahu dan membiarkannya manusia jenis ini, demi dan atas nama keselamatan (rejeki, kedudukan, hubungan, dll). Ini berarti secara tidak langsung mereka mendukung perilakunya yang sesat. Lalu apa bedanya? Padahal Allah SWT memperingatkan kita sesama muslim harus saling nasehat menasehati (QS. Al-Asr 103 : 3. Sepertinya kita lebih takut kepada manusia daripada Allah SWT. Na'udzubillahi min dzalik!

Marilah kita meluangkan waktu barang sejenak untuk mencoba instropeksi ke dalam (mumpung bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat, berkah dan maghfirah), apakah dalam perilaku kita sehari-hari pernah atau bahkan akrab dengan Surat Ibrahim ayat 2-3 diatas? Jangan sampai nanti kita menyesal dikemudian hari saat kematian datang tiba-tiba, dimana kita sudah tidak mampu lagi memperbaiki diri dan beramal shalih.

(bersambung)

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar