DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 24 Juni 2009

Sombong Berbuah Kosong


SOMBONG BERBUAH KOSONG

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Para sahabat dan sidang pembaca yang dimuliakan, dirahmati dan dicintai Allah SWT.

Pada medio awal tahun 2000-an, di Indonesia ditandai dengan tingkat kesadaran umat muslim untuk mempelajari dan memperdalam kajian agama islam, khususnya mengenai spiritual. Ilmu yang yang biasanya diajarkan di pondok-pondok pesantren kinipun mulai go public.

Berbagai aliran tarekat mulai tidak malu-malu lagi memperkenalkan dirinya, meskipun aliran tarekat ini sudah cukup lama eksis. Bahkan majelis ini juga membentuk cabang-cabang atau halaqah-halaqah di hampir setiap kota di Indonesia. Selain itu disetiap forum-forum pengajian (muhasabah, dzikir bersama, dll) yang rutin diselenggarakan hampir selalu dipenuhi umat islam. Syukur Alhamdulillah, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia dan berkahnya kepada bumi tercinta Indonesia pada khususnya dan umat islam diseluruh dunia pada umumnya.

Selain aliran tarekat, muncul juga pelatihan-pelatihan seperti ESQ, Terapi Shalat Tahajud dan Pelatihan Shalat Khusyu’. Namun yang namanya merintis kebaikkan (fastabiqul khairat) tidaklah mudah. Sebagian masyarakat ada yang menyambut dengan positif, ada pula yang menanggapi dengan setengah sinis. Dan lucunya lagi, nada sinis itu berasal dari kalangan umat islam sendiri. Astaghfirullah!.

Pernah suatu ketika istri saya menghadiri sebuah majelis pengajian, dia terkaget-kaget ketika sang pembicara berbicara dan menyindir mengenai pelatihan shalat khusyu’. Sang pembicara dengan sombongnya berkata,”Shalat khusyu’ kok dipelajari, khusyu’ itu pemberian dari Allah SWT”. Dia benar namun juga salah. Kok bisa? Benar karena memang khusyu’ adalah semata pemberian (hidayah) dari Allah SWT kepada hamba-hambanya, salah karena yang namanya ibadah (termasuk shalat) juga harus dibarengi dengan ilmu. Tanpa ilmu maka kita akan tersesat.

“Janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong..(QS. Al-Isra’ 17 : 37).

Memang sih, rata-rata dari kita sewaktu kecil atau bagi mereka yang baru saja menjadi mualaf, shalatlah yang pertama-tama kali diajarkan setelah membaca syahadat (iqrar bi lisan). Namun rata-rata yang diajarkan masih sebatas syarat, rukun, wajib, sunnah, tata cara dan sah-nya shalat. Padahal shalat itu tidak hanya melibatkan aktivitas fisik, tetapi juga ruhani. Inilah yang sangat jarang sekali diajarkan.

Makanya tidaklah mengherankan meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama islam dan rata-rata menjalankan ibadah shalat tetapi negara kita ini termasuk memiliki peringkat tertinggi dalam hal melakukan tindakan korupsi. Astaghfirullah. Padahal yang namanya shalat itu seharusnya berdampak untuk berpantang melakukan perbuatan keji dan mungkar.

“...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut 29 : 45).

Salahkah ayat diatas? Kalau salah beranikah anda mengabaikannya? Kalau begitu apanya yang salah? Mungkinkah cara kita shalat sehingga tidak berdampak pada perilaku kita? Boleh jadi mungkin.

Mungkin ada anggapan bahwa cara shalat kita sudah benar seperti apa yang pernah diajarkan dahulu, sehingga tidak perlu lagi mendalami hakikat shalat itu sendiri. Padahal Allah SWT tidak menyukai orang yang sombong (mengaku bisa shalat) dalam menyembahnya.

“Sesungguhnya orang yang sombong terhadap menyembahku, nanti mereka akan masuk ke dalam neraka serta terhina. (QS. Al-Mukmin 40 : 60).

Padahal Rosululloh SAW selalu mengingatkan bahwa umatnya harus belajar mencari ilmu sejak dari ayunan (kanak-kanak) sampai ke liang kubur (meninggal). Dan pada masa Rosululloh-pun para sahabat diajarkan cara melakukan shalat yang benar. Ada salah satu kisah perihal bagaimana Rosululloh SAW mengajarkan mengenai shalat.

Pada suatu ketika, seusai menjalankan shalat di Masjid Nabawi, Madinah, Rosululloh SAW bersilaturahmi dan memberikan tausiyah kepada para sahabatnya. Tidak berapa lama masuklah seorang pria ke masjid dan menjalankan shalat dengan cepat. Ketika pria itu selesai shalat, maka dia menghampiri Rosululloh SAW dan para sahabat. Namun Rosululloh SAW menyuruh pria itu untuk kembali shalat. Dan perintah untuk mengulangi shalat ini tidak hanya satu kali tetapi sampai tiga kali.

Karena bingung pada akhirnya pria itu meminta Rosululloh SAW untuk mengajari shalat. Dan Rosulullloh SAW berkata, “Sahabatku. Jika engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Al-Qur’an yang engkau pandang paling mudah. Lalu, ruku’lah dengan tenang (thuma’ninah/sabar), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak (i’tidal) dengan tenang (thuma’ninah). Selepas itu, sujudlah dengan tenang (thuma’ninah), kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang (thuma’ninah). Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu”.

Jadi belajar shalatpun harus dipelajari terus menerus, karena kita semakin tahu hakikat shalat, kita ini justru merasa bodoh untuk menunaikan ibadah shalat dengan sempurna. Dan puncaknya adalah kita membutuhkan Allah SWT untuk menuntun shalat kita dan kita hanya mampu berserah diri kepada Allah SWT untuk membenarkan, menyempurnakan dan merahmati shalat kita. Karena segala daya dan upaya hanya milik Allah SWT semata.

“Dan kita diperintahkan agar menyerahkan diri kepada Tuhan Semesta Alam...(QS. Al-An’am 6 : 71).

Saya mengajak kepada para sahabat untuk selalu merasa bodoh di hadapan Allah SWT (Al-‘Alim) yang mempunyai segala ilmu. Namun bila ada nekat membawa kesombongan (merasa bisa dalam setiap ibadah) maka ibarat buah secara kulitnya memang kelihatan sempurna (fisik) tetapi isinya kosong tidak bermanfaat (ruhani).

Demikian sedikit sumbangsih saya, semoga bermanfaat. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri SC-HSS
www.akubersujud.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar