DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Kamis, 18 Juni 2009

Dzikrullah


DZIKRULLAH

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dimuliakan, dan dicintai Allah SWT.

Ketika anda terbangun dari tidur atau siuman dari pingsan, maka dapat dikatakan anda tersadar atau telah sadar. Kata sadar secara bahasa dapat diartikan bahwa kondisi manusia (semula) dalam pengaruh otak bawah sadar, kemudian beralih dibawah pengaruh otak sadar.

Menurut pendapat saya secara pribadi, kata-kata sadar untuk mengungkap kondisi diatas kuranglah tepat. Karena sadar dari sudut pandang agama memiliki makna yang lebih dalam. Saya berpendapat bahwa orang yang terbangun dari tidur dan siuman dari pingsan lebih tepat memakai kata terjaga.

Kenapa? Karena manusia yang terjaga masih didominasi atau masih memiliki tingkat kealpaan atau kelalaian untuk mengenal diri sendiri secara utuh. Sedangkan kesadaran memiliki makna lebih mendalam yaitu manusia atau hamba Allah SWT yang senantiasa selalu sadar siapa sebenarnya dirinya, mengerti betul untuk apa mereka hidup dunia dan ke mana tujuan akhir hidupnya, paham benar langkah-langkah selaku khalifatullah apa yang harus dilakukan demi tercapainya habluminallah dan habluminannas, dan yang terakhir senantiasa tersadar akan siapa sebenarnya Tuhannya (Dzikrullah).

Allah SWT dalam Al-Qur’an selalu memberikan peringatan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu tersadar dan mengingatnya disetiap saat dan disetiap waktu. Proses ketersambungan (shilatun) ini harus dipelihara terus menerus, selain sebagai ”antisipasi” kalau sewaktu-waktu kita meninggal (dalam kondisi husnul chotimah-insya Allah) juga sebagai kontrol diri dalam berperilaku yang selalu dibawah bimbingan-Nya. Karena apabila manusia lupa (tidak tersadar) dari mengingat-Nya maka Allah SWT juga akan melupakan sang hamba tersebut.

”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. Al-Hasyr 59 : 19).

Untuk menjaga tingkat kesadaran tersebut Allah SWT memberikan fasilitas yaitu dengan sholat, minimal bagi umat islam wajib menjalankan sholat fardlu dalam kondisi apapun juga (dalam perjalanan, sakit, perang, tidak ada aktivitas, bekerja, dll), kecuali dalam beberapa hal, misal bagi wanita yang berhalangan (haid). Ini menunjukkan betapa pentingnya Dzikrullah.

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah Sholat untuk mengingat Aku”. (QS. Taha 20 : 14).

”...dan sesungguhnya mengingat Allah (Sholat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut 29 : 45).


Namun demikian Allah SWT juga mengingatkan bahwa yang namanya sholat harus dilakukan semata-mata karena Allah SWT, tidak karena sesuatu yang lain (riya’). Jadi manusia beribadat tergantung dengan niat (kesungguhannya) dan keikhlasannya. Dengan modal ini insya Allah ibadat kita akan diterima, disempurnakan, dituntun dan dirahmati Allah SWT.

”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. An-Nisa 4 : 142).

Selain dalam sholat, Allah SWT juga selalu mengingatkan hamba-hambanya untuk selalu dan senantiasa mengingat-Nya dalam setiap aktivitas di luar sholat. Hal ini dimaksudkan agar kesadaran hamba-Nya selalu terjaga, sehingga apa bila ingin berbuat sesuatu yang melanggar aturan Allah SWT maka perbuatan itu tidak jadi dilakukan.

”Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman”. (QS. An-Nisa 4 : 103).

”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (QS. Al-Baqarah 2 : 152).


Lalu bagaimana dzikir apa yang harus dilakukan? Simple aja, cukup sebutlah nama Allah SWT disetiap tarikan dan hembusan nafas kita. Lafal ini sekaligus telah mewakili Allah SWT seutuh (asma-Nya, sifat-Nya, af’al-Nya dan dzat-Nya). Ini memang perlu dilatih (riyadhah) dan istiqomah. Kita juga tidak perlu membawa tasbih (alat penghitung bacaan, baik manual maupun digital), cukuplah hati kita sebagai alatnya dan tidak perlu membatasi jumlah dzikir (sebanyak-banyaknya).

”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raf 7 : 205).

Sungguh efek dzikrullah sangatlah besar bagi kita, salah satunya hati menjadi tenteram dan tenang. Dengan hati yang tenteram dan tenang ini maka ilham atau petunjuk dari Allah SWT akan mudah kita cerna dan pahami, terutama dalam memutuskan suatu perkara yang sedang kita hadapi.

”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram, dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13 : 28).

Demikian sumbangsih saya, semoga bermanfaat. Amin Ya Rabbal’alamin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri
SC-HSS
www.akubersujud.blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar