DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 05 Juni 2009

Menyelami Sifat (Kekurangan) Manusia


MENYELAMI SIFAT (KEKURANGAN) MANUSIA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dimuliakan dan dicintai Allah SWT.

Secara universal, makhluk yang bernama manusia memiliki sifat dasar (berupa kekurangan) yang sama. Yang membedakan adalah seberapa tingkat atau derajat sifat kekurangan antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Sejak lahir manusia minimal membawa 9 sifat kekurangan (atau boleh dibilang kelemahan). Apa saja itu? Mari kita buka Al-Qur’an Nur Karim;

Pertama, Tergesa-gesa.

Sifat tergesa-gesa disini bukan berarti manusia tersebut sigap, tangkas atau cekatan. Manusia umumnya bila dihadapkan pada suatu masalah sering mengambil keputusan yang dilapisi dengan rasa emosional (entah sedikit atau banyak). Pikiran jadi tidak jernih. Hati jauh dari ketenangan. Sehingga apa yang diputuskan dengan hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal dan kadang-kadang gagal total.

”..Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”. (QS. 17 : 11)

Nabi Muhammad SAW sendiri menyontohkan, apabila Beliau menghadapi suatu masalah maka beliau shalat 2 (dua) rakaat diluar shalat fardhu untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT sehingga keputusan yang Beliau ambil selalu tepat dan hasilnya memuaskan. Shalat ini juga menjadikan pikiran Beliau jernih dan hatinya tenang. Dalam hati yang tenang maka petunjuk Allah SWT akan mudah kita fahami.

Kedua, Suka Membantah.

Dengan perangkat otak (rasio/pikir) yang diberikan Allah SWT kepada manusia, kadang-kadang manusia suka memper-tuhan-kan buah pikirnya. Sehingga sesuatu atau kejadian yang tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan (ego) maka manusia akan suka membantah. Tidak hanya sesama manusia, bahkan perintah Tuhan-pun sering dibantah karena tidak sesuai dengan jalan pikirannya/egonya/keinginannya.

”Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah..” (QS. 18 : 54)

Ketiga, Melampaui Batas

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : ”Begitulah orang-orang yang melampaui batas memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS. 10 : 12)

Seringkali manusia menilai sesuatu kejadian dari sudut pandang dirinya. Padahal manusia diciptakan serba dan penuh keterbatasan. Apabila dia memandang suatu peristiwa atau kejadian sesuai dengan seleranya maka dia akan memandangnya baik, padahal dari sisi Allah SWT justru belum tentu baik. Demikian pula dengan sebaliknya bila suatu kejadian atau peristiwa tidak sesuai dengan seleranya atau keinginannya maka akan dipandangnya jelek atau tidak baik, padahal dari sisi Allah SWT belum tentu buruk.

Keempat, Kikir

Selain sifat serakah manusia memiliki sifat kikir. Materi atau harta benda yang dia kumpulkan diklaim bahwa itu hasil dari kerja keras bekerja dan menjadi hak penuh miliknya. Padahal diantara materi itu terdapat hak fakir miskin. Bahkan karena sifat kikirnya mungkin apabila Allah SWT tidak mewajibkan zakat atau perintah sodaqoh, infaq, dll kemungkinan besar manusia belum tentu mengeluarkan bagian harta bendanya.

Orang yang kikir (harta benda dianggap miliknya) bila suatu saat ada sebagian harta bendanya yang hilang atau rusak/cacat maka perasaan sedih akan menderanya, bahkan kadang-kadang mengakibatkan stres. Padahal harta benda itulah titipan Allah SWT kepada manusia, dan kalau manusia sadar tentunya dengan keikhlasan hati akan mendistribusikan sebagian hartanya sesuai tuntunan agama untuk orang yang memerlukan. Dan bila suatu saat ”Sang Pemilik” mengambil harta milik manusia (yang kikir) secara paksa maka biasanya berdampak pada mental/psikis karena ketidakrelaannya.

”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir”. (QS. 70 : 19).

Kelima, Keluh Kesah.

Inilah jeleknya manusia, bila dia diberikan rahmat berupa rezeki yang melimpah, atau jabatan yang tinggi maka sifat sombongnya muncul. Namun bila semua itu hilang atau manusia serba kekurangan maka sifat keluh kesahnya yang keluar.

”Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”. (QS. 70 : 20).

Keenam, Ingkar; Tak Mau bersyukur

Apabila manusia diberikan rezeki atau sesuatu yang menggembirakan hatinya maka dengan ujub dia mengatakan, ”Inilah hasil jerih payahku bekerja, baik siang maupun malam”. Dia tidak sadar bahwa rejeki atau sesuatu yang membuat gembira hatinya adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.

”Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterimakasih kepada Tuhannya”. (QS. 100 : 6).

Ketujuh, Melihat Dirinya Serba Cukup.

Manusia merasa bahwa dirinya merasa serba cukup (materi maupun amalnya). Padahal baik materi maupun amalnya tidak mampu menolong dirinya ketika nanti di hari hisab dipadang mahsyar. Coba anda hitung dalam sehari dalam aktivitas anda, berapa waktu anda untuk kebaikan (termasuk ingat-Dzikir kepada Allah SWT) dan waktu melakukan kesalahan (baik besar maupun kecil dan disengaja maupun tidak). Kalaupun manusia masuk syurga semata-mata karena rahmat dan ridho dari Allah SWT.

”...karena dia melihat dirinya serba cukup”. (QS. 96 : 7)

Kedelapan, Bersusah Payah

”Sesungguhnya Kami menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (QS. 90 : 4).

Ketika manusia dilahirkan (bayi) rasa ketergantungan kepada orang tua masih tinggi sehingga tidak merasa bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (makan, minum, pakaian, perlindungan, dll), namun ketika beranjak dewasa dia baru menyadari bahwa perjuangan mencari sesuap nasi diperlukan pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, dan materi). Jika dihadapkan dengan kepentingan yang lebih besar yaitu keselamatan dunia akhirat tentunya jalan yang ditempuh semakin penuh rintangan, tidak hanya godaan yang kasat mata tetapi juga yang tidak kasat mata (keindahan dunia beserta isinya dan syaitan).

Kesembilan, Lemah.

Kesadaran manusia biasanya tertutup ketika merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang terkuat (otak dan otot) dibanding makhluk Tuhan yang lain. Padahal ketika manusia sakit dan terkapar tak berdaya yang hanya disebabkan virus atau bakteri, kadang manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan secara mental atau batiniyah manusia juga lemah (marah, ghibah, iri, dengki, dll). Apakah ini yang disebut dengan makhluk terkuat?

”...dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. 4 : 28)

Demikian sumbangsih saya. Terima kasih, semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Fahri
SC-HSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar