DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 19 Mei 2010

Dakwah Salah Kaprah (22)


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

(7)
DAKWAH UNTUK MEMECAH BELAH

Kisah ini adalah kejadian yang dialami oleh sahabat saya yang bekerja pada suatu lembaga pembiayaan dengan basic islam (syariah). Maksud hati ingin lebih nyaman dalam bekerja di tempat yang baru dan hijrah dari tempat kerjanya yang lama, justru ketidak-nyamanan yang di dapat. Memang kadang maksud baik seseorang belum tentu didukung oleh lingkungannya.

Dia menceritakan bahwa tempat kerjanya sekarang hampir 100% memeluk agama islam. Hal inilah yang dia syukuri dan dicari selama ini. Dengan keyakinan yang sama maka dia berharap dapat lebih nyaman dan khusyu’ dalam bekerja dan beribadah. Namun yang terjadi tidaklah demikian. Bentuk yang indah bila dilihat dari luar, ternyata belum tentu isinya enak untuk dinikmati.

Meski semua memeluk agama islam, ternyata kantor tersebut dihuni oleh beberapa kelompok islam dengan berbagai macam latar belakang aliran, golongan maupun organisasi. Kondisi ini menjadikan pemicu conflict of interest dalam perusahaan tersebut.

Kalau para karyawan mau bercermin pada profesionalisme, seharusnya mereka sadar bahwa untuk sementara mereka harus menanggalkan baju-baju itu ketika bekerja. Karena suatu perusahaan membutuhkan tim yang kuat dengan satu visi dan misi, untuk mencapai tujuan bersama.

Kenyataannya lain, mereka masih mengenakan “baju-baju” tersebut dan mengesampingkan profesionalisme. Maka apa yang akan terjadi bila budaya kerja kantor seperti itu? Sudah dapat ditebak, terpecahlah karyawannya menurut aliran, golongan dan organisasi masing-masing.

Menyadari kondisi tersebut, pimpinan berusaha menyatukan pola pikir karyawannya dengan mengadakan forum dakwah dan diskusi setiap Jum’at sore setelah jam kerja kantor. Dengan maksud untuk meredam konflik. Adapun pembicaranya dari karyawan sendiri yang dianggap mumpuni dan supaya adil dilakukan secara bergiliran.

Maksud hati pimpinan ingin mencari persamaan dan menanggalkan perbedaan-perbedaan yang ada tetapi keterpecah-belahanlah yang di dapat.

Ketika seorang karyawan dari aliran, golongan atau organisasi A mendapat giliran menyampaikan materi dakwah, maka aliran B, C, D dan E sudah siap-siap membantai dengan pertanyaan dan pernyataan yang menyalahkan sang pembicara, karena tidak sesuai dengan “baju” yang dikenakannya. Demikian pula bila si B yang mengisi tausyiah, maka giliran kelompok A, C, D dan E juga melakukan hal yang sama. Meminjam istilah ilmu sosiologi, blunder ini ibarat lingkaran setan yang tak berujung dan bertepi. Jalan keluar sudah tertutup, karena kuatnya ego masing-masing. Sehingga fungsi dakwah yang sebetulnya berusaha menyatukan umat justru menjadi bumerang. Senjata makan tuan.

Bersambung...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar