DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Sabtu, 04 Juli 2009

Tafakur, Konsep Islam Jalan Menuju Tuhan (20)


TAFAKUR, KONSEP ISLAM JALAN MENUJU TUHAN (20)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

20. BENARKAH MANUSIA DUPLIKAT TUHAN?

Bahasan soal ittihad dan hulul, tentunya tidak lepas dari Ibnu Arabi. Tokoh sufi besar abad ke-12 ini, menyikapi pengalaman dua senior sejawatnya yakni Abu Jazid dan Al-Halaj, lebih arif. Ia membawa ajaran kesatuan wujud antara makhluk dengan Tuhan itu lebih mudah dipahami. Dalam terminologi tasawuf dikenal dengan istilah Wahdat al-Wujud. Ajaran apakah yang dimaksudkan?

Wahdatul Wujud konsepsi Ibnu Arabi adalah sebuah paham yang menekankan bahwa tidak ada wujud yang sejati kecuali Allah Yang Maha Mutlak. Kemutlakan wujud Allah akan menenggelamkan seluruh wujud selain diri-Nya. Pengertian yang bisa dipahami, segala perwujudan yang ada didunia, termasuk manusia, serta makhluk-makhluk gaib, sesungguhnya hanyalah semu belaka. Yang Nyata dan Mutlak hanyalah Allah semata.

Ajaran Wahdatul al-Wujud, prosesi perjalanannya menuju pada ajaran insan Kamil. Penjabarannya, sebelum adanya segala sesuatu, Tuhan hanya sendirian. Ibaratnya, Tuhan pada awalnya adalah “harta” yang tersembunyi. Kemudian Ia ingin dikenal, lalu menciptakan makhluk, sehingga melalui makhluk-makhluk-Nya Ia dikenal.

Alam sebagai makhluk adalah penampakan diri dari Tuhan (Tajalli). Alam sebagai cermin yang didalamnya terdapat gambar Tuhan. Sebagai bayangan, wujud alam bergantung wujud Tuhan. Itulah ajaran Ibnu Arabi dalam Wahdatul al-Wujud.

Taraqqi
Ajaran wahdatu al-wujud dengan Tajalli Tuhan, lebih jelas dan nyata pada diri seorang ‘Insan al-Kamil’ (manusia sempurna). Tuhan bertajalli secara sempurna dalam diri insan kamil. Bagaimana untuk bisa menjadi insan kamil? Maka seorang sufi harus mengadakan Taraqqi (pendakian) melalui tiga tahapan, yaitu hidayah, tawasut, dan khitam.

Ketiga hal tersebut terdapat pada diri para Nabi dan para Wali. Nabi Muhammad SAW merupakan penampakan insan kami yang paling sempurna (kamil mukamil). Realita membuktikan, bahwa dalam menjalankan tugas sebagai seorang Rasul, beliau sama sekali tidak pernah menyakiti ummatnya. Tidak pernah memohon kepada Allah untuk membinasakan umatnya yang biadab (kafir) seperti yang dilakukan nabi-nabi pendahulunya. Ketika bermandikan darah lantaran terkena lemparan batu, dan malaikat Jibril pun marah kemudian menawarkan kepada Rosululloh SAW agar Jibril diperkenankan untuk membunuh mereka Namun apa jawaban Rosululloh SAW? Beliau melarang Jibril dan justru memohonkan kepada Allah agar diampuni karena yang berbuat demikian tidak mengerti. Rosululloh SAW berpandangan kalaupun mereka saat ini mereka kafir, mungkin anak keturunannya atas rahmat dan hidayah Allah ada yang menjadi muslim. Betapa mulianya akhlak Rosululloh SAW. Bagaimana dengan kita? umatnya yang mengaku-aku mengikuti Sunnah Beliau!.

Insan kamil adalah sebuah tema yang berhubungan dengan pandangan mengenai suatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan. Yang mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu, yakni yang baik dan sempurna. Kesempurnaan itu adalah sifat Tuhan. Jadi, insan kamil punya tugas sebagai penguasa alam, dan mediator yang mendatangkan syafaat.

Manusia Duplikat Tuhan?
Dengan demikian, konsepsi Ibnu Arabi tentang Wahdatul Wujud, insan kamil adalah duplikat Tuhan (nuskhah al-haq). Yaitu nur Muhammad yang merupakan tempat penjelmaan (tajalli) asma’, dan dzat Allah yang paling menyeluruh, yang dipandang sebagai khalifah-Nya dimuka bumi.

Hakikat Nur Muhammad sesungguhnya mempunyai dua dimensi hubungan. Yang pertama dimensi kealaman sebagai asas pertama untuk penciptaan alam, dan kedua dimensi kemanusiaan, yaitu sebagai hakikat manusia.

Dari dimensi kealaman, hakikat Muhammad mengandung pula kenyataan yang diciptakan oleh Allah SWT lewat proses Kun. Proses penjadian lewat Kun ini tidak mengandung makna pencapaian tujuan dari tujuan diciptakannya kenyataan-kenyataan yang ada. Karena semuanya yang ada masih merupakan tempat penampakan (tajalli) dari yang masih kabur. Sebab, belum cukup dapat memantulkan Asma dan Dzat Allah SWT yang di-tajalli-kan atasnya.

Dimensi kemanusiaan, hakikat Muhammad merupakan insan kamil yang dalam dirinya terkandung himpunan realitas. Pada tahap inilah penampakan Dzat Tuhan menjadi sempurna. Disebut insan kamil karena ia merupakan suatu manifestasi kesempurnaan dari Tuhan, dan karena kesadarannya melalui pengalaman sufistiknya, tentang makna pokok dari penyatuan esensialnya dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia sempurna adalah miniatur realitas (Tuhan dan alam). Dalam tubuh manusia terdapat kesamaan-kesamaan yang ditakdirkan antara mikrokosmos dan makrokosmos.

Ada sebuah hadist yang cukup berpengaruh, “Inna Allaha khalaqa Adama ‘Ala shauratih.” (Sesungguhnya Allah swt menjadikan Adam atas bentuk-Nya.”)

Dalam sebuah risalah menguraikan, sebelum Allah menciptakan manusia (Adam), Dia melihat pada Diri-Nya sendiri (tajalli al-Haq linafsihi). Dalam kesendirian-Nya, terjadilah dialog antara Tuhan dengan Diri-Nya sendiri. Suatu dialog yang tidak mengandung kata dan huruf. Yang dilihat Allah hanyalah kemuliaan dan ketinggian Dzat-Nya (syahada sabahati dzatihi fi dzatihi). Dia melihat Dzat-Nya dan Dia cinta pada-Nya sendiri. Maka, Dia pun mengeluarkan yang tiada bentuk (duplikat/copy) dari Diri-Nya. Bentuk atau copy (tiruan) itu adalah Adam dijadikan Tuhan dalam bentuk copy-Nya.

Dengan demikian, konsepsi manusia yang sesungguhnya itu hanyalah satu. Yaitu Nabi Adam AS. Karenanya, keberadaannya langsung memperoleh kemuliaan sebagai penghuni surga. Sedangkan keberadaan manusia didunia yang seseorang sendiri tak mampu menghitung jumlahnya, tidak lain adalah turunan manusia.

(Bersambung)

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

H. Sutadji-Penulis
Fahri-Lay Out dan Penyunting
SC-HSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar