DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 08 Juni 2010

Dakwah Salah Kaprah (34)


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hati adalah salah satu perangkat yang memiliki potensi besar bagi setiap manusia. Potensi ini dapat digunakan secara optimal. Namun semua ini tergantung dari bagaimana manusia tersebut mampu memanfaatkan, memberdayakan dan mengelolanya untuk hal yang positif.

Di dalam hati setiap manusia, merupakan medan pertempuran yang sesungguhnya. Di salah satu rongga hati diisi oleh sifat fujur dan disisi lain bersemayam sifat takwa. Tinggal manusia akan memilih yang mana. Sifat syaitan (nafsu) atau sifat Tuhan.

QS. Asy-Syams 91:8,
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan (fujur) dan ketakwaannya”.

Fujur dan takwa bersifat abstrak dan tidak terjangkau oleh panca indera manusia dan alat ukur apapun, namun dapat dirasakan. Sifat fujur akan bersemayam bila si pemilik hati memberi ruang bagi syaitan dan menuruti hawa nafsunya untuk berkuasa atas dirinya. Sementara, sifat takwa akan bersemayam bila manusia membuka bilik itu hanya untuk Allah SWT semata, sebagai mana bunyi sebuah hadist:

”Langit dan bumi tidak akan mampu menampung Dzat-Ku, namun Aku akan bersemayam di hati hamba-hamba-Ku yang beriman”,(diterjemahkan secara bebas tanpa mengurangi esensi hadist tersebut).

Dua sifat ini tidak mungkin memiliki kadar yang sama atau seimbang. Tidak mungkin bersanding. Tidak akan berwarna abu-abu. Pasti hitam atau putih. Hanya salah satu yang berkuasa. Suatu saat sifat takwa yang menang, dan disaat lain sifat fujur yang berkuasa.

QS. Al-Ahzab 33 : 4,
“Allah sekali-kali tidak menjadikan seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan isteri-isterimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukan jalan (yang benar).

Manusia pemilik hati itulah yang mampu mengukur sifat mana yang tengah berkuasa atas dirinya. Oleh karena itu, qalbu (bahasa arab) bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti bolak balik. Makanya iman seseorang terkadang naik, di saat lain turun.

QS. Al-An’aam 6 : 110,
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat”.

Agar iman tetap terjaga maka perlu 4 amunisi berupa ikhlas, sabar, tawakal dan istiqomah kepada perintah Allah SWT, sehingga membuat iman selalu “on” terus. Apabila iman telah kokoh, maka Allah SWT akan meningkatkan menjadi takwa (muttaqin). Karena seorang hamba yang takwa sudah tidak lagi dipengaruhi oleh hal-hal yang memiliki sifat non Ilahiyah.

Mengenai pengertian iman dan takwa dapat dianalogkan ibarat jerigen yang diisi air (terdiri sabar, ikhlas, tawakal dan istiqomah). Apabila isi jerigen tersebut belum penuh dengan air maka bila diguncang-guncangkan, air didalamnya akan ikut terguncang dan suaranya terdengar, yang berarti masih ada ruang kosong (iman belum penuh). Sedangkan bila isi jerigen penuh dengan air maka bila diguncangkan, isinya tidak ikut terguncang dan tidak ada suara air yang bergejolak. Inilah yang dimaksud takwa.

Oleh karena itu, didalam Al-Qur’an Al-Karim, Allah SWT selalu memperingatkan dan berpesan kepada hamba-hamba-Nya, agar selalu membersihkan hatinya.

QS. Al-A’laa 87 : 14
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”.

Kata membersihkan inilah kadang menjebak manusia, yang pada akhirnya melibatkan pikir untuk mensikapi ketentuan Allah SWT dimaksud. Padahal secara logika manusia itu tidak mengetahui hati itu letaknya dimana dan dengan apa ia harus membersihkan pun tidak mengerti. Sesungguhnya yang dimaksud dengan membersihkan menurut Allah SWT biarkanlah segala sesuatu berjalan apa adanya sesuai dengan kehendak Allah SWT, jangan kamu libatkan pikir untuk memahami tentang hidayah Allah SWT itu. Karena hanya Allah-lah yang mampu dan berhak membersihkan hati hamba-hamba-Nya.

QS. An-Nuur 24 : 21,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Bersambung...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS

Pondok Cinta Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar