Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Peristiwa II
Peristiwa ini saya alami juga ketika akan menunaikan ibadah shalat Jum’at bersama salah seorang teman. Untuk menuju ke masjid, kami berdua mengendarai sepeda motor dengan posisi saya dibelakang. Selama dalam perjalanan kami berdua hanya diam karena posisi duduk tidak memungkinkan untuk bercakap-cakap.
Saya melihat jam tangan, waktu menunjukan jam 12.15 WIB, berarti shalat Jum’at segera di mulai dan kami tidak mempunyai waktu banyak. Pada saat saya melihat masjid di depan, secara reflek saya langsung mengusulkan berhenti dan lebih baik shalat di masjid tersebut karena waktu sudah mendesak. Namun betapa terkejutnya saya ketika teman tadi langsung menjawab,”Jangan di situ, itu masjid milik organisasi B!”. Pada akhirnya saya terdiam, pasrah dan menyerah kepada teman saya, karena posisinya yang memegang kendaraan. Terserah dia mau shalat di mana yang sesuai dengan keinginannya, yang penting tidak terlambat. Untunglah tidak berapa lama pada akhirnya kami menemukan masjid untuk mendirikan shalat. Namun rasa penasaran akan peristiwa tadi sempat menggelayuti pikiran saya, “Ada apa gerangan?”
Di lain waktu, saat teringat peristiwa tersebut, saya mencoba mencari informasi mengenai teman saya. Selidik punya selidik ternyata dia adalah aktivis dari salah satu organisasi islam di Indonesia, dan baru saya ketahui pula bahwa masjid yang dulu saya usulkan untuk shalat Jum’at adalah milik organisasi islam lain yang menjadi seterunya.
Saya hanya sempat merenung, kok bisa ya sesama saudara seiman ada sentimen organisasi. Bahkan menjurus ke arah perpecahan. Padahal Tuhannya sama, Rasulnya tidak berbeda, dan kitabnya juga Al-Qur’an. Saya hanya geleng-geleng kepala dan merasa sedih melihat kondisi umat islam sekarang ini.
Peristiwa III,
Kejadian yang ketiga ini juga hampir sama namun beda sebabnya. Suatu saat ada salah seorang ustadz bercerita kepada saya. Mungkin karena kegelisahan dan kegundahan hati beliau selama ini. Terlihat jelas dari raut wajahnya ketika bercerita.
Tersebutlah salah seorang yang kaya raya di suatu daerah X. Mungkin sebagai tanda terima kasih kepada Allah SWT atas rejeki yang dilimpahkan kepadanya maka dia mendirikan sebuah masjid. Namun anehnya masjid tersebut hanya boleh digunakan dan diperbolehkan untuk berdakwah harus seijin darinya. Anehnya lagi banyak dari masyarakat sekitar yang ingin mengunakan masjid tersebut untuk berdakwah namun ditolak dengan berbagai alasan yang kadang tidak masuk akal.
Selidik punya selidik, ternyata pendiri dan pemilik masjid tersebut adalah pengikut dari aliran dan golongan islam Y. Maka apabila ada ustadz yang ingin berdakwah, sementara dia bukan dari aliran dan golongan islam Y pasti ditolaknya.
Sebagai seorang muslim, tentu saja saya sedih melihat berbagai peristiwa yang saya alami dan dengar tersebut. Bukankah masjid di bangun berfungsi untuk kemashlahatan umat islam? Mengapa harus dibeda-bedakan? Sungguh sangat ironis, mengapa umat islam mudah terpecah belah dan tidak mengutamakan ukhuwah islamiyah. Mengapa mereka berbangga-bangga dengan golongan, aliran dan organisasi? Mengapa masalah ini sampai masuk dalam wilayah ibadah?
Betapa sedihnya Rasulullah SAW kalau melihat perkembangan umatnya saat ini. Adalah benar ketika Rasulullah SAW pernah bersabda: “Suatu saat umat islam akan berkembang dengan pesat, namun jumlah yang besar ini ibarat buih di lautan”. Ya...saat ini umat islam bertambah banyak, namun dari segi persatuan dan kesatuan sangatlah rapuh, karena mementingkan aliran, dan golongannya masing-masing. Masya Allah. Saya hanya terdiam teringat pesan Nabi SAW tersebut.
Mengapa umat islam yang mengaku beriman kepada Al-Qur’an selalu menganggap remeh peringatan Allah SWT? Tidak takutkah mereka dicap sebagai orang yang munafik? Kalau begini kondisinya, bagaimana kita menyikapinya? Apakah perlu kita tidak usah mendirikan shalat di masjid yang digunakan untuk memecah belah umat dan hanya untuk memuaskan ego masing-masing kelompok, aliran, golongan dan organisasi. Adakah ayat Allah SWT yang memberikan jalan keluar atas kondisi ini?
Bersambung...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih
Peristiwa II
Peristiwa ini saya alami juga ketika akan menunaikan ibadah shalat Jum’at bersama salah seorang teman. Untuk menuju ke masjid, kami berdua mengendarai sepeda motor dengan posisi saya dibelakang. Selama dalam perjalanan kami berdua hanya diam karena posisi duduk tidak memungkinkan untuk bercakap-cakap.
Saya melihat jam tangan, waktu menunjukan jam 12.15 WIB, berarti shalat Jum’at segera di mulai dan kami tidak mempunyai waktu banyak. Pada saat saya melihat masjid di depan, secara reflek saya langsung mengusulkan berhenti dan lebih baik shalat di masjid tersebut karena waktu sudah mendesak. Namun betapa terkejutnya saya ketika teman tadi langsung menjawab,”Jangan di situ, itu masjid milik organisasi B!”. Pada akhirnya saya terdiam, pasrah dan menyerah kepada teman saya, karena posisinya yang memegang kendaraan. Terserah dia mau shalat di mana yang sesuai dengan keinginannya, yang penting tidak terlambat. Untunglah tidak berapa lama pada akhirnya kami menemukan masjid untuk mendirikan shalat. Namun rasa penasaran akan peristiwa tadi sempat menggelayuti pikiran saya, “Ada apa gerangan?”
Di lain waktu, saat teringat peristiwa tersebut, saya mencoba mencari informasi mengenai teman saya. Selidik punya selidik ternyata dia adalah aktivis dari salah satu organisasi islam di Indonesia, dan baru saya ketahui pula bahwa masjid yang dulu saya usulkan untuk shalat Jum’at adalah milik organisasi islam lain yang menjadi seterunya.
Saya hanya sempat merenung, kok bisa ya sesama saudara seiman ada sentimen organisasi. Bahkan menjurus ke arah perpecahan. Padahal Tuhannya sama, Rasulnya tidak berbeda, dan kitabnya juga Al-Qur’an. Saya hanya geleng-geleng kepala dan merasa sedih melihat kondisi umat islam sekarang ini.
Peristiwa III,
Kejadian yang ketiga ini juga hampir sama namun beda sebabnya. Suatu saat ada salah seorang ustadz bercerita kepada saya. Mungkin karena kegelisahan dan kegundahan hati beliau selama ini. Terlihat jelas dari raut wajahnya ketika bercerita.
Tersebutlah salah seorang yang kaya raya di suatu daerah X. Mungkin sebagai tanda terima kasih kepada Allah SWT atas rejeki yang dilimpahkan kepadanya maka dia mendirikan sebuah masjid. Namun anehnya masjid tersebut hanya boleh digunakan dan diperbolehkan untuk berdakwah harus seijin darinya. Anehnya lagi banyak dari masyarakat sekitar yang ingin mengunakan masjid tersebut untuk berdakwah namun ditolak dengan berbagai alasan yang kadang tidak masuk akal.
Selidik punya selidik, ternyata pendiri dan pemilik masjid tersebut adalah pengikut dari aliran dan golongan islam Y. Maka apabila ada ustadz yang ingin berdakwah, sementara dia bukan dari aliran dan golongan islam Y pasti ditolaknya.
***
Sebagai seorang muslim, tentu saja saya sedih melihat berbagai peristiwa yang saya alami dan dengar tersebut. Bukankah masjid di bangun berfungsi untuk kemashlahatan umat islam? Mengapa harus dibeda-bedakan? Sungguh sangat ironis, mengapa umat islam mudah terpecah belah dan tidak mengutamakan ukhuwah islamiyah. Mengapa mereka berbangga-bangga dengan golongan, aliran dan organisasi? Mengapa masalah ini sampai masuk dalam wilayah ibadah?
Betapa sedihnya Rasulullah SAW kalau melihat perkembangan umatnya saat ini. Adalah benar ketika Rasulullah SAW pernah bersabda: “Suatu saat umat islam akan berkembang dengan pesat, namun jumlah yang besar ini ibarat buih di lautan”. Ya...saat ini umat islam bertambah banyak, namun dari segi persatuan dan kesatuan sangatlah rapuh, karena mementingkan aliran, dan golongannya masing-masing. Masya Allah. Saya hanya terdiam teringat pesan Nabi SAW tersebut.
Mengapa umat islam yang mengaku beriman kepada Al-Qur’an selalu menganggap remeh peringatan Allah SWT? Tidak takutkah mereka dicap sebagai orang yang munafik? Kalau begini kondisinya, bagaimana kita menyikapinya? Apakah perlu kita tidak usah mendirikan shalat di masjid yang digunakan untuk memecah belah umat dan hanya untuk memuaskan ego masing-masing kelompok, aliran, golongan dan organisasi. Adakah ayat Allah SWT yang memberikan jalan keluar atas kondisi ini?
Bersambung...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar