Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Pertanyaannya adalah kalau para penyampai dakwah merasa telah mendapat dan menguasai ilmu agama hanya berdasarkan persangkaannya, sementara Allah SWT belum memahamkan dan menjelaskan kepadanya, mampukah mereka memberikan pencerahan kepada umat? Kalau Nurullah (cahaya Allah) tidak ada, dapatkah syiarnya menyinari jamaahnya? Tidakkah sudah terlihat secara kasat mata, bukan ukhuwah islamiyah yang di dapat tetapi justru perpecahan dan berbangga atas golongannya yang terjadi? Tidaklah mungkin terjadi perpecahan apabila para ustadz memperoleh pemahaman tentang Al-Qur’an dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Lalu mengapa perpecahan terjadi?
Padahal Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, pelita hati dan peringatan kepada umat manusia selama menempuh perjalanan di dunia ini agar selamat sampai tujuan di akhirat kelak. Tetapi manusia malah lebih suka memilih selalu berbantahan serta tidak meyakini, mengikuti dan memahami petunjuk ayat-ayat Allah SWT.
QS. Al-Kahfi 18 : 54,
”Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”.
QS. Al-Isra’ 17 : 89,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya)”.
QS. An-Nahl 16 : 104-105,
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, maka Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka dan untuk mereka siksaan yang pedih. Hanya yang mengadakan dusta, ialah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang yang dusta”.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah mungkin umat islam dapat bersatu dan tidak terpecah belah? Jawabanya adalah mungkin bila Allah menghendaki dan kita betul-betul mengikuti petunjuk-Nya dalam Al-Qur’an. Bila setiap umat islam mendapatkan cahaya iman dari Allah SWT, Insya Allah pemahaman tentang agama islam akan sama, holistik dan utuh sehingga tidak akan terpecah belah. Tidak memandang itu nabi/rasul, wali, ulama maupun umat semua sama. Hanya derajatnya saja yang berbeda. Coba perhatikan dan cermati ayat dibawah ini,
QS. Al-Baqarah 2 : 136-137,
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin) : Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Renungan :
Banyak dari umat islam yang diam-diam berbangga dengan keterpecah-belahan. Mengaku dan merasa paling benar dengan cara mengangkat tinggi-tinggi identitas kelompoknya. Padahal mereka belum mendapat pengetahuan sedikit pun, karena kebenaran ilmu agama (Al-Qur;an) itu datangnya dari Allah SWT. La ‘ilma lana illa ma ‘allamtana, manusia tidak punya ilmu kalau Allah SWT tidak berkenan mengajarkannya.
Kalau satu golongan mengaku bahwa merekalah yang paling benar, mengapa golongan lain juga mengakui hal yang sama? Kalau mereka mengaku bahwa Allah-lah sumber dari segala sumber ilmu tentang islam mengapa pemahaman yang didapat bisa berbeda? Seharusnya pemahaman tersebut tentulah harus sama.
Kalau mereka mengaku berpedoman pada Al-Qur’an, mengapa justru banyak ayat-ayatnya sering dilanggar? Jangan-jangan mereka hanya menuruti dan berpedoman pada hawa nafsunya (kepentingan pribadi/kelompok) saja?
Saya sejenak mengajak kepada sidang pembaca yang budiman, agar merenung dan bertafakur atas beberapa pertanyaan yang saya ajukan diatas.
Cobalah luangkan waktu untuk merenungkan!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih
Pertanyaannya adalah kalau para penyampai dakwah merasa telah mendapat dan menguasai ilmu agama hanya berdasarkan persangkaannya, sementara Allah SWT belum memahamkan dan menjelaskan kepadanya, mampukah mereka memberikan pencerahan kepada umat? Kalau Nurullah (cahaya Allah) tidak ada, dapatkah syiarnya menyinari jamaahnya? Tidakkah sudah terlihat secara kasat mata, bukan ukhuwah islamiyah yang di dapat tetapi justru perpecahan dan berbangga atas golongannya yang terjadi? Tidaklah mungkin terjadi perpecahan apabila para ustadz memperoleh pemahaman tentang Al-Qur’an dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Lalu mengapa perpecahan terjadi?
Padahal Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, pelita hati dan peringatan kepada umat manusia selama menempuh perjalanan di dunia ini agar selamat sampai tujuan di akhirat kelak. Tetapi manusia malah lebih suka memilih selalu berbantahan serta tidak meyakini, mengikuti dan memahami petunjuk ayat-ayat Allah SWT.
QS. Al-Kahfi 18 : 54,
”Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”.
QS. Al-Isra’ 17 : 89,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya)”.
QS. An-Nahl 16 : 104-105,
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, maka Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka dan untuk mereka siksaan yang pedih. Hanya yang mengadakan dusta, ialah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang yang dusta”.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah mungkin umat islam dapat bersatu dan tidak terpecah belah? Jawabanya adalah mungkin bila Allah menghendaki dan kita betul-betul mengikuti petunjuk-Nya dalam Al-Qur’an. Bila setiap umat islam mendapatkan cahaya iman dari Allah SWT, Insya Allah pemahaman tentang agama islam akan sama, holistik dan utuh sehingga tidak akan terpecah belah. Tidak memandang itu nabi/rasul, wali, ulama maupun umat semua sama. Hanya derajatnya saja yang berbeda. Coba perhatikan dan cermati ayat dibawah ini,
QS. Al-Baqarah 2 : 136-137,
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin) : Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Renungan :
Banyak dari umat islam yang diam-diam berbangga dengan keterpecah-belahan. Mengaku dan merasa paling benar dengan cara mengangkat tinggi-tinggi identitas kelompoknya. Padahal mereka belum mendapat pengetahuan sedikit pun, karena kebenaran ilmu agama (Al-Qur;an) itu datangnya dari Allah SWT. La ‘ilma lana illa ma ‘allamtana, manusia tidak punya ilmu kalau Allah SWT tidak berkenan mengajarkannya.
Kalau satu golongan mengaku bahwa merekalah yang paling benar, mengapa golongan lain juga mengakui hal yang sama? Kalau mereka mengaku bahwa Allah-lah sumber dari segala sumber ilmu tentang islam mengapa pemahaman yang didapat bisa berbeda? Seharusnya pemahaman tersebut tentulah harus sama.
Kalau mereka mengaku berpedoman pada Al-Qur’an, mengapa justru banyak ayat-ayatnya sering dilanggar? Jangan-jangan mereka hanya menuruti dan berpedoman pada hawa nafsunya (kepentingan pribadi/kelompok) saja?
Saya sejenak mengajak kepada sidang pembaca yang budiman, agar merenung dan bertafakur atas beberapa pertanyaan yang saya ajukan diatas.
Cobalah luangkan waktu untuk merenungkan!
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar