Mahalnya Tiket Masuk Neraka
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Agar para sahabat dan pembaca budiman tidak jenuh mengenai pembahasan masalah “Dakwah Salah Kaprah” maka ijinkanlah saya berinisiatif mengambil waktu jeda tersebut untuk membahas permasalahan lain yang sedang hangat-hangatnya di sekitar kita yang membuat kita semua prihatin dan miris.
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita-berita yang menghiasi media masa, baik elektronik maupun cetak perihal banyaknya nyawa melayang dengan sia-sia yang diakibatkan oleh pesta minuman keras oplosan. Beritanya susul menyusul, dan korbannya baik dalam jumlah kecil sampai puluhan. Coba perhatikan beberapa cuplikan berita tersebut dibawah ini.
1.Bulan September 2009, miras oplosan menelan korban 37 orang di Indramayu.
2.Bulan April 2010, di Pati, Jawa Tengah, korban miras oplosan meminta korban 6 orang meninggal dan 3 orang dalam kondisi kritis.
3.Bulan April 2010, di Boyolali, Jawa Tengah, korban miras oplosan sebanyak 4 orang meninggal dunia.
4.Bulan April 2010, Salatiga, Jawa Tengah, korban miras oplosan menelan korban nyawa melayang sebanyak 21 orang.
5.Bulan Mei 2010, di Cirebon, korban miras oplosan sebanyak 17 nyawa melayang dengan sia-sia.
6.Dan masih banyak korban lain yang berjatuhan dalam skala kecil.
Apa gerangan yang sedang terjadi dengan masyarakat kita? Dihinggapi sakit jiwakah mereka? Sedemikian parahkan penyakit sosio-kultural yang mendera saudara-saudara kita? Seriuskah pemerintah memberantas minuman keras yang menyebabkan penyakit sosial? Lalu kemanakah fungsi agama selama ini? Salahkah mereka dalam beragama? Dimanakah peran para pendakwah yang “mendidik” rohani mereka? Salahkah para pendakwah dalam mengurai dan menjelaskan tentang agama sehingga yang didapat umat hanya kegersangan jiwa dan doktrin belaka, bukan suatu kesadaran spiritual? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengelilingi dan berputar-putar di kepala saya, sehingga bibir ini terdiam tak mampu berkata-kata.
Esok paginya saya baru teringat salah satu joke meski bernada satire dari beberapa sahabat muda saya yang baru saja tergabung dalam komunitas Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang (SC-HSS). Meskipun sahabat tersebut masih tergolong muda (kuliah dan kebanyakan anak kost), namun memiliki pengamatan yang jeli terhadap apa yang terjadi di masyarakat dan kegelisahan umat.
Pada suatu malam sebelum acara pengajian dimulai, salah seorang sahabat muda saya membuat pernyataan yang cukup menarik dan diutarakan sambil tersenyum-senyum,”Heran ya, jaman sekarang mau masuk neraka aja tiketnya begitu mahal, jangan-jangan malah harus pesan kavling dulu!”
Kami semua yang kebetulan hadir mendadak sontak tertarik dengan pernyataannya. Dengan diliputi rasa penasaran, salah seorang dari kami mencoba mengajukan pertanyaan,”Maksudnya bagaimana?”
“Coba lihat, dengar dan perhatikan berita yang menghiasi di koran dan TV akhir-akhir ini, banyak saudara-saudara kita yang meninggal dunia karena menenggak miras oplosan!, sebuah pengorbanan yang sia-sia dan tak masuk akal sehat!”
“Lho apa hubungannya dengan pernyataan sebelumnya? Bahwa masuk neraka itu mahal?”
“Ya ada. Menurut informasi yang saya dengar dari mereka yang suka mengkonsumsi miras bahwa mereka “sedikit kecewa” karena harga miras sekarang naik lagi, sehingga terpaksa harus merogoh kocek lebih untuk memenuhi kegemarannya dengan cara memotong “anggaran” dari jatah konsumsi lainnya. Seperti kita ketahui, bukankah miras itu haram? Apalagi kalau sampai meninggal dunia dalam kondisi mengkonsumsinya! Sudah harganya naik (mahal), di akhir perjalanan hidupnya su’ul khotimah, masuk neraka lagi. Itu makanya mau masuk neraka saja begitu mahal!”
Kami yang mendengar jadi tersenyum setelah mendengarkan uraiannya. Tidak berapa lama gantian sahabat muda satunya juga melempar pernyataan sejenis,”Itu masih mendingan, lha sekarang untuk menyembah berhala-berhala saja mahalnya bukan main!”
Bersambung...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih
Agar para sahabat dan pembaca budiman tidak jenuh mengenai pembahasan masalah “Dakwah Salah Kaprah” maka ijinkanlah saya berinisiatif mengambil waktu jeda tersebut untuk membahas permasalahan lain yang sedang hangat-hangatnya di sekitar kita yang membuat kita semua prihatin dan miris.
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita-berita yang menghiasi media masa, baik elektronik maupun cetak perihal banyaknya nyawa melayang dengan sia-sia yang diakibatkan oleh pesta minuman keras oplosan. Beritanya susul menyusul, dan korbannya baik dalam jumlah kecil sampai puluhan. Coba perhatikan beberapa cuplikan berita tersebut dibawah ini.
1.Bulan September 2009, miras oplosan menelan korban 37 orang di Indramayu.
2.Bulan April 2010, di Pati, Jawa Tengah, korban miras oplosan meminta korban 6 orang meninggal dan 3 orang dalam kondisi kritis.
3.Bulan April 2010, di Boyolali, Jawa Tengah, korban miras oplosan sebanyak 4 orang meninggal dunia.
4.Bulan April 2010, Salatiga, Jawa Tengah, korban miras oplosan menelan korban nyawa melayang sebanyak 21 orang.
5.Bulan Mei 2010, di Cirebon, korban miras oplosan sebanyak 17 nyawa melayang dengan sia-sia.
6.Dan masih banyak korban lain yang berjatuhan dalam skala kecil.
Apa gerangan yang sedang terjadi dengan masyarakat kita? Dihinggapi sakit jiwakah mereka? Sedemikian parahkan penyakit sosio-kultural yang mendera saudara-saudara kita? Seriuskah pemerintah memberantas minuman keras yang menyebabkan penyakit sosial? Lalu kemanakah fungsi agama selama ini? Salahkah mereka dalam beragama? Dimanakah peran para pendakwah yang “mendidik” rohani mereka? Salahkah para pendakwah dalam mengurai dan menjelaskan tentang agama sehingga yang didapat umat hanya kegersangan jiwa dan doktrin belaka, bukan suatu kesadaran spiritual? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengelilingi dan berputar-putar di kepala saya, sehingga bibir ini terdiam tak mampu berkata-kata.
Esok paginya saya baru teringat salah satu joke meski bernada satire dari beberapa sahabat muda saya yang baru saja tergabung dalam komunitas Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang (SC-HSS). Meskipun sahabat tersebut masih tergolong muda (kuliah dan kebanyakan anak kost), namun memiliki pengamatan yang jeli terhadap apa yang terjadi di masyarakat dan kegelisahan umat.
Pada suatu malam sebelum acara pengajian dimulai, salah seorang sahabat muda saya membuat pernyataan yang cukup menarik dan diutarakan sambil tersenyum-senyum,”Heran ya, jaman sekarang mau masuk neraka aja tiketnya begitu mahal, jangan-jangan malah harus pesan kavling dulu!”
Kami semua yang kebetulan hadir mendadak sontak tertarik dengan pernyataannya. Dengan diliputi rasa penasaran, salah seorang dari kami mencoba mengajukan pertanyaan,”Maksudnya bagaimana?”
“Coba lihat, dengar dan perhatikan berita yang menghiasi di koran dan TV akhir-akhir ini, banyak saudara-saudara kita yang meninggal dunia karena menenggak miras oplosan!, sebuah pengorbanan yang sia-sia dan tak masuk akal sehat!”
“Lho apa hubungannya dengan pernyataan sebelumnya? Bahwa masuk neraka itu mahal?”
“Ya ada. Menurut informasi yang saya dengar dari mereka yang suka mengkonsumsi miras bahwa mereka “sedikit kecewa” karena harga miras sekarang naik lagi, sehingga terpaksa harus merogoh kocek lebih untuk memenuhi kegemarannya dengan cara memotong “anggaran” dari jatah konsumsi lainnya. Seperti kita ketahui, bukankah miras itu haram? Apalagi kalau sampai meninggal dunia dalam kondisi mengkonsumsinya! Sudah harganya naik (mahal), di akhir perjalanan hidupnya su’ul khotimah, masuk neraka lagi. Itu makanya mau masuk neraka saja begitu mahal!”
Kami yang mendengar jadi tersenyum setelah mendengarkan uraiannya. Tidak berapa lama gantian sahabat muda satunya juga melempar pernyataan sejenis,”Itu masih mendingan, lha sekarang untuk menyembah berhala-berhala saja mahalnya bukan main!”
Bersambung...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-SCHSS
Pondok Cinta Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar