DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Kamis, 10 September 2009

Meraih "Piala" Ramadhan (2)

MERAIH "PIALA" RAMADHAN (2)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Para sahabat dan sidang pembaca, mari kita lanjutkan pembahasan kita dengan sub topik Nuzulul Qur'an.

Nuzulul Qur’an

Sebelum memasuki uraian pembahasan apa itu Nuzulul Qur’an, mari kita simak ayat Al-Qur’an berikut ini :

“(Beberapa hari yang telah ditentukan itu) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...,(QS. Al-Baqarah 2 : 185).

Setiap tanggal 17 Ramadhan, umat islam memperingati peristiwa Nuzulul Qur’an sebagai bentuk penghormatan atas firman Allah SWT yang diturunkan (diwahyukan) pertama kali pada paruh kedua bulan Ramadhan, 14 abad yang lalu, melalui Rasulullah SAW saat berkhalwat di Gua Hira. Sebuah peringatan yang sebenarnya memiliki arti yang sangat dalam, salah satunya yaitu sebagai bahan intropeksi diri bagi umat islam dalam men-tadabbur-i (merenungkannya) kalam Illahi. Tetapi sungguh disayangkan, banyak dari kalangan umat islam sendiri tidak mau mengambil momentum ini sekaligus menggali lebih jauh makna (hakikat) dari peringatan Nuzulul Qur’an.

Banyak dari umat islam sendiri yang menganggap bahwa peristiwa ini hanya sebatas seremonial saja. Sungguh disayangkan. Padahal tidaklah demikian. Banyak sekali hikmah yang terkandung di dalamnya, seperti mengapa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan? Apa hubungan Al-Qur’an dengan angka 17? Ternyata dibalik peristiwa ini semua berkaitan erat dengan jumlah rakaat shalat fardhu yang ditunaikan dalam sehari semalam. Shalat Isya’ terdiri dari 4 rakaat, Subuh 2 rakaat, Dhuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat dan Maghrib 3 rakaat, sehingga kalau dijumlah secara keseluruhan sebanyak 17 rakaat.

Peringatan Nuzulul Qur’an sebenarnya juga memiliki makna untuk mengingatkan kembali perilaku (sikap) umat islam dalam “membumikan” Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an bukan saja firman Illahi dan mu’jizat yang diberikan kepada Rasulullah SAW, tetapi esensinya adalah pedoman hidup umat islam sampai hari kiamat, karena Al-Qur’an tidak akan pernah usang sampai akhir zaman. Pemahaman ayat-ayatnya selalu memiliki makna yang up to date sesuai perkembangan jaman. Tanpa berpedoman dengan Al-Qur’an maka dapat dipastikan perilaku kita sehari-hari akan jauh dari kebenaran.

Memang kalau melihat perkembangan akhir-akhir ini dan minat mempelajari kitab suci ini cukup menggembirakan, seperti banyak didirikan TPQ, metode atau cara belajar membaca Al-Qur’an dengan waktu singkat atau Al-Qur’an dikemas dalam bentuk media elektronik agar mudah dipelajari, dan yang tak kalah pentingnya adalah masih diadakannya lomba MTQ secara periodik. Namun ini belumlah cukup karena Al-Qur’an tidak hanya dipelajari dan dibaca. Justru yang terpenting adalah memahami maknanya dan mengaplikasikan dalam perilaku (ahlak) kehidupan sehari-hari. Sehingga umat islam betul-betul menjadi umat yang rahmatan lil ‘alamin.

Yang lebih memprihatinkan lagi banyak kalangan dari umat islam sendiri jarang menyentuh Al-Qur’an, apalagi membuka, membaca dan mempelajari isinya. Kitab suci ini hanya sebagai penghias lemari buku saja dan sebagai penunjuk identitas agama yang dianutnya. Hal ini disebabkan umat islam kurang harmoni dalam me-manage waktu antara kebutuhan dunia dan akhirat. Bahkan saat ini banyak yang tenggelam dalam aktivitas duniawi. Maka tidak mengherankan bila dewasa ini banyak terjadi dekadensi moral, terutama di kalangan kawula muda.

Sedikit uraian diatas sebenarnya syarat bila umat islam ingin meraih Nuzulul Qur’an, yaitu menjaga ke-ajeg-an shalat fardhu (diisyaratkan dengan tanggal 17 Ramadhan) serta bersedia mengaplikasikan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Insya Allah, bagi yang mampu menjalankannya akan mendapatkan karunia Nuzulul Qur’an berupa pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini,

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Fatir 35 : 32).

“Dialah yang mengajarkan Al-Qur’an.”(QS. Ar-Rahman 55 : 2).

Cara Allah SWT mengajarkan pemahaman Al-Qur’an memang terkadang unik. Dimana uniknya? Kadang pemahaman langsung diturunkan ke hati/dada hamba-Nya, kadang anda diperjalankan dahulu baru kemudian dipahamkan ayat-Nya, dll. Kondisi ini juga dialami Rasulullah SAW, dimana Allah SWT menurunkan pemahaman Al-Qur’an secara bertahap. Tidak sekaligus.

”Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya”. (Al-Qiyamah 75 : 16-19).

”Allah menganugerahkan al-Hikmah (Kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Surat Al-Baqarah 2 : 269).

”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. (Al-Baqarah 2 : 147)

Yang perlu menjadi catatan disini adalah beda maknanya antara anda tahu (belajar sendiri, entah itu dari ustadz, buku, dll) dan paham (diajarkan oleh Allah SWT). Tahu sifatnya sementara sehingga kadang manusia akan lupa karena tahu adalah hasil dari olah pikir/otak. Sedangkan paham sifatnya kekal karena hasil pengajaran Allah SWT yang ditanamkan dalam hati hamba-Nya dan sang hamba mengalami peristiwa ayat tersebut. Proses ajar mengajar ini berlangsung terus menerus sampai ajal menjemput. Sang hamba juga akan dipelihara dan dijaga oleh Allah SWT selama masa hidup-Nya. Inilah makna sebenarnya dari Nuzulul Qur’an.

Bersambung...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri
Shalat Center-Halaqah Sampangan Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar