PARA KEKASIH KINI HIDUP BAHAGIA DISISI ALLAH
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.
Indonesia kembali berduka! Kemarin hari Rabu, tanggal 2-September-2009, pukul 14.55 WIB propinsi Jawa Barat diguncang gempa dengan kekuatan 7,3 Skala Richer. Tidak ada yang menyangka, bahkan peralatan secanggih satelit maupun alat pengukur gempa seismograf pun tidak dapat memprediksikan sebelumnya. Peralatan ini hanya mampu mencatat ketika gempa berlangsung. Inilah kelemahan manusia yang akan selalu takhluk dengan Qudrat dan Iradat Allah SWT, meskipun manusia telah berupaya semaksimal mungkin dan dibantu peralatan canggih namun tidak ada daya dan upaya pun. Laa Haulawalaa Quwata Illa Billahi..... Inilah rahasia Allah SWT yang manusia tidak mampu untuk memprediksinya.
Bencana adalah rahasia Allah SWT yang telah tertulis di dalam kitab induk Lauh Mahfuzh. Inilah kitab “blue print” tentang apa yang akan terjadi di dunia ini sampai besok hari kiamat. Mulai dari waktu, tempat, hidup, mati, dan kejadian setiap makhluk-Nya di muka bumi ini. Maka Islam menuntut kita selaku pemeluknya agar berserah diri total kepada kehendak Allah SWT tanpa berpikir macam-macam akan rahasia-Nya. Umat Islam hanya dituntut ikhlas untuk menyelaraskan dirinya dengan kehendak-Nya.
”Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu, Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri ” (QS. Al-Hadiid 57 : 22-23).
” Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taghaabun 64 : 11)
”.....Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannnya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati...” (QS.Luqman 31 : 34).
Dengan cara apa, dimana, dan kapan, Allah SWT memanggil hamba-Nya memang misteri. Hanya Allah SWT yang tahu. Namun di dalam Al-Qur’an hanya ada dua cara manusia itu meninggal yaitu mati secara wajar dan terbunuh (oleh orang, kecelakaan, musibah, bencana, sakit, dll).
“Demi jika kamu mati atau terbunuh sesungguhnya kamu hanya kepada Allah dihimpunkan..(QS. Ali Imran 3 : 158).
Bencana alam di Jawa Barat adalah bentuk atau pengejawatahan Allah SWT untuk memanggil hamba-Nya melalui perantaraan bumi, berupa gempa. Sebagaimana langit, bumi pun tunduk patuh atas kehendak-Nya. Inilah bentuk “ibadah” bumi kepada Allah SWT. Mau dibangun terserah Allah, mau dihancurkan terserah Allah, intinya totalitas keberserahandiri, pasrah, ikhlas, hanya ridho Allah SWT yang ingin diraih. Sebagaimana mereka ikhlas ketika penciptaan mereka.
‘Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab,”Kami datang dengan suka hati,” (QS. Fushshilat 41 : 11).
Lalu pelajaran apa yang dapat kita petik dari peristiwa ini:
Pertama, Allah SWT menggerakkan bumi (gempa) dalam rangka untuk memelihara kehidupan manusia dan makhluk-makhluk-Nya beserta alam semesta secara keseluruhan. Kok bisa? Untuk lebih mudahnya kita ambil contoh gunung meletus. Pernahkah anda membayangkan bahwa bumi ini terbentuk dari gas, yang karena proses alam (sunnatullah) kemudian dingin. Itupun sebatas kulit bumi, sedangkan didalamnya masih berupa gas (magma) yang setiap saat siap menghancurkan bumi. Kalau kemudian anda berdo’a supaya gunung tidak meletus, kemudian dikabulkan Allah SWT, maka apa yang terjadi? Lama kelamaan bumi ini akan hancur karena magma terhimpun/tersumbat tidak bisa keluar. Makanya Allah SWT tidak akan mengabulkan permintaan anda supaya gunung tidak meletus.
Berbeda ketika gunung itu meletus mengeluarkan magma, maka bumi akan terpelihara. Karena sebagian magma/gas bumi keluar sehingga terjadi keseimbangan alam. Meskipun gunung meletus ini akan membawa kesengsaraan sebagian makhluk-Nya. Itulah rencana Allah SWT yang kadang-kadang manusia tidak mampu berfikir sejauh itu.
Kedua, Mari berprasangka baik kepada Allah SWT. Inilah bentuk cinta dan kerinduan Allah SWT kepada hamba-Nya yang shalih dan terpilih. Saudara-saudara kita saat itu sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT. Bahkan pada saat tidur pun mereka dirahmati dan mendapat pahala (kejadian gempa jam 14.55 wib). Allah SWT tidak mau menunda-nunda kerinduan-Nya, maka diperintahkanlah bumi untuk bergerak (gempa) dan dengan perantaraan ini maka sebagian kekasih-Nya berpulang kepada Allah SWT. Bukankah dalam suatu hadits Nabi SAW pernah bersabda bahwa manusia yang meninggal karena bencana maka tergolong mati syahid. Apalagi dalam kondisi sedang beribadah kepada Allah SWT.
Selamat jalan para kekasih Allah SWT, semoga ampunan, rahmat dan ridho-Nya selalu menyertaimu. Semoga engkau diberikan kedudukan yang tertinggi disisi-Nya. Innalillahi wa innailahi roji’un....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.
Indonesia kembali berduka! Kemarin hari Rabu, tanggal 2-September-2009, pukul 14.55 WIB propinsi Jawa Barat diguncang gempa dengan kekuatan 7,3 Skala Richer. Tidak ada yang menyangka, bahkan peralatan secanggih satelit maupun alat pengukur gempa seismograf pun tidak dapat memprediksikan sebelumnya. Peralatan ini hanya mampu mencatat ketika gempa berlangsung. Inilah kelemahan manusia yang akan selalu takhluk dengan Qudrat dan Iradat Allah SWT, meskipun manusia telah berupaya semaksimal mungkin dan dibantu peralatan canggih namun tidak ada daya dan upaya pun. Laa Haulawalaa Quwata Illa Billahi..... Inilah rahasia Allah SWT yang manusia tidak mampu untuk memprediksinya.
Bencana adalah rahasia Allah SWT yang telah tertulis di dalam kitab induk Lauh Mahfuzh. Inilah kitab “blue print” tentang apa yang akan terjadi di dunia ini sampai besok hari kiamat. Mulai dari waktu, tempat, hidup, mati, dan kejadian setiap makhluk-Nya di muka bumi ini. Maka Islam menuntut kita selaku pemeluknya agar berserah diri total kepada kehendak Allah SWT tanpa berpikir macam-macam akan rahasia-Nya. Umat Islam hanya dituntut ikhlas untuk menyelaraskan dirinya dengan kehendak-Nya.
”Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu, Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri ” (QS. Al-Hadiid 57 : 22-23).
” Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taghaabun 64 : 11)
”.....Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannnya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati...” (QS.Luqman 31 : 34).
Dengan cara apa, dimana, dan kapan, Allah SWT memanggil hamba-Nya memang misteri. Hanya Allah SWT yang tahu. Namun di dalam Al-Qur’an hanya ada dua cara manusia itu meninggal yaitu mati secara wajar dan terbunuh (oleh orang, kecelakaan, musibah, bencana, sakit, dll).
“Demi jika kamu mati atau terbunuh sesungguhnya kamu hanya kepada Allah dihimpunkan..(QS. Ali Imran 3 : 158).
Bencana alam di Jawa Barat adalah bentuk atau pengejawatahan Allah SWT untuk memanggil hamba-Nya melalui perantaraan bumi, berupa gempa. Sebagaimana langit, bumi pun tunduk patuh atas kehendak-Nya. Inilah bentuk “ibadah” bumi kepada Allah SWT. Mau dibangun terserah Allah, mau dihancurkan terserah Allah, intinya totalitas keberserahandiri, pasrah, ikhlas, hanya ridho Allah SWT yang ingin diraih. Sebagaimana mereka ikhlas ketika penciptaan mereka.
‘Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab,”Kami datang dengan suka hati,” (QS. Fushshilat 41 : 11).
Lalu pelajaran apa yang dapat kita petik dari peristiwa ini:
Pertama, Allah SWT menggerakkan bumi (gempa) dalam rangka untuk memelihara kehidupan manusia dan makhluk-makhluk-Nya beserta alam semesta secara keseluruhan. Kok bisa? Untuk lebih mudahnya kita ambil contoh gunung meletus. Pernahkah anda membayangkan bahwa bumi ini terbentuk dari gas, yang karena proses alam (sunnatullah) kemudian dingin. Itupun sebatas kulit bumi, sedangkan didalamnya masih berupa gas (magma) yang setiap saat siap menghancurkan bumi. Kalau kemudian anda berdo’a supaya gunung tidak meletus, kemudian dikabulkan Allah SWT, maka apa yang terjadi? Lama kelamaan bumi ini akan hancur karena magma terhimpun/tersumbat tidak bisa keluar. Makanya Allah SWT tidak akan mengabulkan permintaan anda supaya gunung tidak meletus.
Berbeda ketika gunung itu meletus mengeluarkan magma, maka bumi akan terpelihara. Karena sebagian magma/gas bumi keluar sehingga terjadi keseimbangan alam. Meskipun gunung meletus ini akan membawa kesengsaraan sebagian makhluk-Nya. Itulah rencana Allah SWT yang kadang-kadang manusia tidak mampu berfikir sejauh itu.
Kedua, Mari berprasangka baik kepada Allah SWT. Inilah bentuk cinta dan kerinduan Allah SWT kepada hamba-Nya yang shalih dan terpilih. Saudara-saudara kita saat itu sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT. Bahkan pada saat tidur pun mereka dirahmati dan mendapat pahala (kejadian gempa jam 14.55 wib). Allah SWT tidak mau menunda-nunda kerinduan-Nya, maka diperintahkanlah bumi untuk bergerak (gempa) dan dengan perantaraan ini maka sebagian kekasih-Nya berpulang kepada Allah SWT. Bukankah dalam suatu hadits Nabi SAW pernah bersabda bahwa manusia yang meninggal karena bencana maka tergolong mati syahid. Apalagi dalam kondisi sedang beribadah kepada Allah SWT.
Selamat jalan para kekasih Allah SWT, semoga ampunan, rahmat dan ridho-Nya selalu menyertaimu. Semoga engkau diberikan kedudukan yang tertinggi disisi-Nya. Innalillahi wa innailahi roji’un....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar