PARA PENCARI ALLAH SWT (2)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Demikian pula yang dilakukan Nabi Musa AS berjuang untuk “mencari dan menemukan” Allah SWT, dan puncak keimanannya diperoleh ketika Beliau pingsan karena ingin melihat “wajah” Allah SWT.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.’ Tuhan berfirman,’Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagaimana sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.’ Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata,’Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman,” (QS. Al-A’raf 7 : 143).
Begitu pula yang dilakukan Rasulullah SAW, hampir selama 15 tahun Beliau berjuang mencari dan menemukan Allah SWT. Dimana dalam setiap tahunnya, Beliau menyisihkan beberapa hari untuk berkhalwat (menyendiri) di Gua Hira’. Dan puncaknya pada usia 40 tahun, Beliau diperkenalkan oleh Allah SWT bersamaan dengan turunnya surat Iqra’ ayat 1-5 sekaligus Allah SWT melimpahkan nikmat iman yang dimasukkan (diturunkan) ke dalam dada Beliau.
Begitulah sekilas gambaran perjuangan para Nabi/Rasul dalam “menemukan dan mengenal” Allah SWT. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah “Pernahkah kita berjuang untuk menemukan Allah SWT?
Kelihatannya sekarang ini kebanyakan dari kita penginnya instan untuk masuk surga tanpa berjuang terlebih dahulu untuk bertemu dengan Allah SWT. Padahal Dia-lah sang pemilik surga. Kita analogkan ketika anda berkunjung ke rumah seseorang yang belum anda kenal, tiba-tiba anda nyelonong masuk rumahnya. Apa yang terjadi? Anda bisa diusir atau dituduh maling, perampok, dsb.
Budaya instan dapat kita lihat dari fenomena yang ada. Kita lebih asyik begadang tanpa tujuan atau menonton sepak bola tengah malam daripada shalat tahajud, witir dan taubat. Kita lebih mendahulukan menonton sinetron dari pada shalat maghrib dan isya. Bahkan untuk meredakan stress, penat, dan jenuh dengan urusan kerjaan malah kita tidak pengin shalat tetapi ngabuburit atau datang ke diskotik/karaoke. Padahal shalat adalah tempatnya istirahat fisik, pikiran dan jiwa kita. Kalau caranya begini coba anda tanyakan berapakah kadar perjuangan kita untuk bertemu dengan-Nya?
Pun dalam shalat, setelah takbir, anda membaca , ‘Kuhadapkan wajahku kepada “wajah” Allah SWT dengan selurus-lurusnya (tidak syirik)’ (QS. Al-An’am 6 : 79). Tetapi benarkah kita sudah ‘bertemu dan mengenal’-Nya? Jangan-jangan kita membohongi diri sendiri dan Allah SWT? Silahkan anda instropeksi terhadap diri anda sendiri. Karena yang bisa menjawab diri anda. Jangan sampai anda dimasukkan golongan orang tidak beriman karena hakekatnya anda tidak ingin dan mengenal Allah SWT, tetapi mengaku mengenal (beriman), sebagaimana peringatan Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“Kebanyakkan mereka tiada beriman kepada Allah, malahan mereka mempersekutukan-Nya.” (QS. Yusuf 12 : 106).
Padahal maksud Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dan memberikan contoh perjalanan ruhani para utusan-Nya (Nabi dan Rasul) agar umatnya mau meniru mereka dalam berjuang menemukan dan mengenal Allah SWT. Bahkan Allah SWT memperingatkan manusia dalam Al-Qur’an berikut ini :
“Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik, (QS. Al-Ankabut 29 : 69).
Dari ayat tersebut di atas Allah SWT memperingatkan manusia agar mengusahakan dan berjuang untuk “menemukan dan mengenal” Allah SWT. Bahkan Allah SWT akan menghargai perjuangan hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh “menemukan dan mengenal”-Nya dengan menunjukkan jalan-Nya. Karena manusia tidak mempunyai daya dan upaya sedikit pun. Hanya Allah SWT yang mengenal diri-Nya sendiri dan hak Allah SWT untuk memperkenalkan diri-Nya serta menuntun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh untuk mengenal dan bertemu dengan-Nya.
Bersambung...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Demikian pula yang dilakukan Nabi Musa AS berjuang untuk “mencari dan menemukan” Allah SWT, dan puncak keimanannya diperoleh ketika Beliau pingsan karena ingin melihat “wajah” Allah SWT.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.’ Tuhan berfirman,’Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagaimana sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.’ Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata,’Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman,” (QS. Al-A’raf 7 : 143).
Begitu pula yang dilakukan Rasulullah SAW, hampir selama 15 tahun Beliau berjuang mencari dan menemukan Allah SWT. Dimana dalam setiap tahunnya, Beliau menyisihkan beberapa hari untuk berkhalwat (menyendiri) di Gua Hira’. Dan puncaknya pada usia 40 tahun, Beliau diperkenalkan oleh Allah SWT bersamaan dengan turunnya surat Iqra’ ayat 1-5 sekaligus Allah SWT melimpahkan nikmat iman yang dimasukkan (diturunkan) ke dalam dada Beliau.
Begitulah sekilas gambaran perjuangan para Nabi/Rasul dalam “menemukan dan mengenal” Allah SWT. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah “Pernahkah kita berjuang untuk menemukan Allah SWT?
Kelihatannya sekarang ini kebanyakan dari kita penginnya instan untuk masuk surga tanpa berjuang terlebih dahulu untuk bertemu dengan Allah SWT. Padahal Dia-lah sang pemilik surga. Kita analogkan ketika anda berkunjung ke rumah seseorang yang belum anda kenal, tiba-tiba anda nyelonong masuk rumahnya. Apa yang terjadi? Anda bisa diusir atau dituduh maling, perampok, dsb.
Budaya instan dapat kita lihat dari fenomena yang ada. Kita lebih asyik begadang tanpa tujuan atau menonton sepak bola tengah malam daripada shalat tahajud, witir dan taubat. Kita lebih mendahulukan menonton sinetron dari pada shalat maghrib dan isya. Bahkan untuk meredakan stress, penat, dan jenuh dengan urusan kerjaan malah kita tidak pengin shalat tetapi ngabuburit atau datang ke diskotik/karaoke. Padahal shalat adalah tempatnya istirahat fisik, pikiran dan jiwa kita. Kalau caranya begini coba anda tanyakan berapakah kadar perjuangan kita untuk bertemu dengan-Nya?
Pun dalam shalat, setelah takbir, anda membaca , ‘Kuhadapkan wajahku kepada “wajah” Allah SWT dengan selurus-lurusnya (tidak syirik)’ (QS. Al-An’am 6 : 79). Tetapi benarkah kita sudah ‘bertemu dan mengenal’-Nya? Jangan-jangan kita membohongi diri sendiri dan Allah SWT? Silahkan anda instropeksi terhadap diri anda sendiri. Karena yang bisa menjawab diri anda. Jangan sampai anda dimasukkan golongan orang tidak beriman karena hakekatnya anda tidak ingin dan mengenal Allah SWT, tetapi mengaku mengenal (beriman), sebagaimana peringatan Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“Kebanyakkan mereka tiada beriman kepada Allah, malahan mereka mempersekutukan-Nya.” (QS. Yusuf 12 : 106).
Padahal maksud Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dan memberikan contoh perjalanan ruhani para utusan-Nya (Nabi dan Rasul) agar umatnya mau meniru mereka dalam berjuang menemukan dan mengenal Allah SWT. Bahkan Allah SWT memperingatkan manusia dalam Al-Qur’an berikut ini :
“Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik, (QS. Al-Ankabut 29 : 69).
Dari ayat tersebut di atas Allah SWT memperingatkan manusia agar mengusahakan dan berjuang untuk “menemukan dan mengenal” Allah SWT. Bahkan Allah SWT akan menghargai perjuangan hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh “menemukan dan mengenal”-Nya dengan menunjukkan jalan-Nya. Karena manusia tidak mempunyai daya dan upaya sedikit pun. Hanya Allah SWT yang mengenal diri-Nya sendiri dan hak Allah SWT untuk memperkenalkan diri-Nya serta menuntun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh untuk mengenal dan bertemu dengan-Nya.
Bersambung...
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar