DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Tampilkan postingan dengan label hadist. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hadist. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 November 2013

TETRALOGY E-BOOK TERBITAN PONDOK AR-RAHMAN AR-RAHIM SEMARANG


                                


RESENSI E-BOOK (ELECTRONIC BOOK)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sebagai seorang muslim wajib hukumnya beriman kepada Allah SWT, selain iman kepada Malaikat, Nabi, Kitabullah, Hari Kiamat dan Takdir. Inilah harga mati agar iman kita sempurna. Tetapi ironisnya kebanyakan dari kita tidak mengenal Allah SWT dengan sebenar-benarnya, sehingga dalam beribadah pun seringkali tidak khusyu’. Bahkan tak jarang karena ketidaktahuan kita, muncul pendapat bahwa kita hanya dapat berjumpa Allah SWT saat di akhirat kelak. Benarkah statement (pernyataan) ini? Kalau umat islam hanya dapat berjumpa Allah SWT di akhirat kelak, lalu ketika anda mendirikan shalat berjumpa dan menyembah siapa? Lalu bagaimana dengan pernyataan Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah hadits-nya, “Ash Sholatu Mi’rajul Mu’minin” (Shalat adalah mi’raj-nya orang-orang mukmin). Shalat adalah perjumpaan antara hamba dan Sang Khaliq tanpa perantara siapa dan dengan apapun, sehingga sang hamba dapat berdialog, berkomunikasi dan berkeluh kesah atas permasalahan yang sedang dihadapinya. Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW setiap kali ada permasalahan yang dihadapi, beliau mendirikan shalat sunnah untuk mendapatkan petunjuk (solusi) atas masalah yang sedang beliau hadapi.

Kalau demikian halnya mengapa kita sebagai seorang mukmin tidak yakin dengan sabda Rasulullah SAW tersebut? Ketika ketidak-yakinan bahwa seorang hamba tidak dapat berjumpa dengan Allah SWT saat di dunia ini maka mengakibatkan kita sering berbuat kemungkaran, karena tingkah laku (akhlaq) kita tidak dijaga langsung oleh Allah SWT. Itu mengapa dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabuut 29:45). Kalau demikian halnya, yang salah cara kita shalat atau ayat tersebut? Tentu saja firman Allah SWT benar, jadi cara kita beribadah kitalah yang perlu dikoreksi. Adakah yang belum sempurna dalam ibadah kita? Mungkinkah kita dapat meraih pahala dan berharap masuk surga?

Tetralogy E-BOOK terbitan Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim, Semarang ini mencoba menguraikan tahap demi setahap bagaimana kita meneladani spiritual Rasulullah SAW dan nabi-nabi lainnya sehingga kita dapat mengenal Allah SWT dengan sebenar-benarnya (ma’rifatullah), khusyu’ ibadahnya, dan lain sebagainya. Semoga bermanfaat.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

LALU BAGAIMANA CARA MEN-DOWNLOAD E-BOOK INI?

1.  Pastikan bahwa PC/Laptop/Notebook/Ipad (milik pribadi atau di Warnet) anda ada program ADOBE READER dan WINRAR (biasanya program ini telah tersedia, namun tidak ada salahnya anda mengecek terlebih dahulu untuk memastikannya. Kalau belum ada silahkan mendownload secara gratis di internet).  Jika anda tetap men-download E-Book ini, namun tidak ada kedua program tersebut maka anda tidak dapat membuka dan membacanya, kondisi ini di luar tanggung jawab saya. Melalui kedua program ini anda dapat membuka dan membaca E-Book tersebut. Selain itu anda juga dapat mencopy dan mencetak.

2. Ke-empat E-Book ini ada  PASSWORD-nya sehingga anda tidak dapat membuka tanpa ada pemberitahuan PASSWORD dari saya. Anda hanya bisa men-download saja namun tidak dapat membuka dan membacanya sehingga akan sia-sia.

3.   Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada anda. Untuk mendapatkan PASSWORD tersebut silahkan anda mentransfer uang donasi.  Uang donasi ini sebagian saya sisihkan dan digunakan untuk kepentingan umat yaitu memberi bantuan saudara-saudara kita yang tengah tertimpa musibah, menyantuni anak yatim piatu dan fakir miskin, pembangunan TPQ-PAUD, serta kegiatan sosial keagamaan lainnya.

4.      Anda dapat men-transfer via internet banking atau jika anda menyetor ke bank melalui slip setoran, maka jangan lupa cantumkan nama anda, jumlah donasi dan isi keterangan judul pembelian E-Book ini, hal ini untuk mempermudah pengecekan saya di rekening mengenai sudah masuk atau belumnya uang donasi  tersebut. Adapun besarnya uang donasi (HARGA SATU E-BOOK) sebesar Rp. 50.000,- (Lima Puluh Ribu Rupiah) dan saya pun sangat berterima kasih bila anda berkenan memberikan donasi lebih, karena sebagian donasi untuk kegiatan sosial keagamaan.

Uang donasi dapat ditransfer ke :

- Bank BCA, KCP Kedungmundu, Semarang
- No. Rekening    : 8915006104
- Atas Nama         : Iwan Fahri Cahyadi
     
ATAU

- Bank BNI, KC UNDIP, Semarang
- No. Rekening      : 0096371734
- Atas Nama          : Iwan Fahri Cahyadi

5.   Setelah anda men-transfer uang donasi tersebut, silahkan anda SMS ke nomer HP : 0858-7651-6899 disertai nama anda,  besarnya uang donasi, nama bank tempat anda mentransfer dan Judul E-Book yang anda beli. Setelah saya cek dan dipastikan donasi sudah masuk, maka saya segera  akan mengirim PASSWORD ke Handphone anda. Saya juga mohon dengan rendah hati agar PASSWORD tersebut jangan disebar-luaskan kepada mereka yang tidak berhak, mengingat dana donasi ini sebagian saya sisihkan untuk kegiatan sosial keagamaan.

6.   Dilarang memperbanyak, memperjual-belikan dan mengutip isi buku ini tanpa seijin saya, karena ini melanggar HAK CIPTA dan melanggar UNDANG-UNDANG.

Demikian saya sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmmatullahi wabarakaatuh

SILAHKAN DOWNLOAD E-BOOK DISINI

  1. E-Book PERTAMA : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html      (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  4. E-Book KEEMPAT, : “MEREKONSTRUKSI KESALAH-KAPRAHAN MENG-IMAN-I TAKDIR” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/10/e-book-ke-empat-merekonstruksi-kesalah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya). 

Selasa, 29 Oktober 2013

ASHSHOLATU KHOIRUM MINAN NAUM (2)


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

b. Berjumpa dan kembali ke Allah SWT dalam kondisi sadar

Manusia yang sadar sepenuhnya maka gelombang otaknya dalam posisi Beta. Gelombang beta ini sendiri dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Beta rendah (12-15 Hz), Beta (16-20 Hz) dan Beta tinggi (21-40 Hz). Gelombang beta inilah yang digunakan manusia untuk berpikir, beraktivitas, berinteraksi dan menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk mendirikan shalat.

Mengapa shalat lebih baik daripada tidur? Paling tidak ada dua hal yang mendasarinya. Pertama, Tidur adalah aktivitas dimana kita mengistirahatkan seluruh anggota badan, agar keesokkan hari dapat beraktivitas kembali. Bagaimana dengan sholat? Sebenarnya tidak berbeda jauh, karena sholat sendiri adalah mengistirahatkan kita, baik dari segi fisik maupun jiwa. Perhatikan hadist berikut ini, Yaa Bilal, arihna bi shalaah.” Demikian kata Rasulullah kepada Bilal, muadzin pertama umat Muslim. Ucapan itu diriwayatkan dalam hadits Abu Daud dan Ahmad, artinya: ‘Wahai Bilal, Istirahatkan kami dengan solat.’ Rasulullah mengistirahatkan diri dengan sholatnya. Hidangan mewah ini yang merupakan peninggi bangunan jiwa seperti yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam hadits no 2616 yang demikian, Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah solat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.  Hadits ini berkedudukan shahih. Rasulullah SAW juga menggambarkan sholat sebagai kesejukan dan kesenangan hatinya seperti yang terdapat dalam hadits riwayat Ahmad, An Nasa’i dari Anas bin Malik ra berikut: “Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain (sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati) bagiku pada (waktu aku melaksanakan) sholat.

Jadi shalat hakikatnya juga istirahat, bahkan tidak hanya fisik tapi jiwa dan fikiran kita. Jadi apa bedanya antara shalat dan tidur ditinjau dari sisi istirahat? Sama saja, bahkan shalat mempunyai kelebihan dari segi istirahat. Mengapa demikian? Karena shalat justru didirikan dengan dekonsentrasi (rileks), sehingga tubuh ini menjadi lentur, darah mengalir dengan lancer karena ada gerakan, dan lain sebagainya.

Kedua, Sholat adalah perjalanan ruhani, pertemuan seorang hamba dengan Allah SWT tanpa perantara siapa dan dengan apapun. Semua didirikan secara sadar, sehingga ada dialog, komunikasi, berkeluh kesah atas masalah yang sedang dihadapi untuk mendapatkan solusi, dan lain sebagainya. Tentu kondisi ini jauh berbeda derajatnya dengan tidur, dimana perjumpaan hamba dengan sang Khaliq-nya dalam kondisi tidar sadar. Kalau kondisi tidak sadar hanya melibatkan jiwa, akal dan piker (otak), maka kondisi sadar dilakukan dengan melibatkan lima potensi manusia yaitu ketersambungan antara jiwa, akal, otak, hati dan ar-ruh sebagai satu kesatuan sistem, sehingga ar-ruh berkuasa atas tubuh ini. Itu mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ash-sholatu mi’rajul mu’minin” (Sholat adalah mi’raj-nya orang mukmin).

Dari dua keterangan di atas jelaslah sudah, mengapa shalat lebih baik daripada tidur.   



Artikel di atas adalah cuplikan salah satu pokok bahasan dalam E-Book saya yang berjudul, “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULLAH”.

SELESAI

Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli E-Book saya dengan cara men-download. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html      (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  4. E-Book KEEMPAT saya yang berjudul : “MEREKONSTRUKSI KESALAH-KAPRAHAN MENG-IMAN-I TAKDIR" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/10/e-book-ke-empat-merekonstruksi-kesalah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).


Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Senin, 21 Oktober 2013

ASHSHOLATU KHOIRUM MINAN NAUM (1)


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

            Tidak seperti panggilan sholat (adzan) di waktu dhuhur, ashar, maghrib dan isya’, pada sholat subuh ada tambahan panggilan yang begitu indah yaitu Ashsholatu Khoirum Minan Naum (Sholat lebih baik dari pada tidur). Pertanyaannya, “Mengapa sholat lebih baik daripada tidur? Bukankah tidur lebih enak, menyehatkan badan, dan memulihkan tenaga untuk beraktivitas di pagi harinya? Mengapa justru kita disuruh bangun untuk mendirikan sholat? Misteri apa dibalik panggilan bahwa sholat lebih baik daripada tidur?”

            Sebenarnya antara tidur dan sholat mempunyai inti yang sama yaitu ma’rifatullah atau lebih tepatnya berjumpa Allah (Mulaqu Rabbihim) dan kembali kepada Allah (Illaihi Roji’uun), namun memiliki derajat yang berbeda. Apa yang membedakannnya? Antara sadar dan tidak sadar. Kok?

            Agar lebih mudah memahaminya, kita ambil contoh saja apa yang pernah dialami oleh beberapa nabi yang tertulis dalam Al-Qur’an sehingga kita benar-benar yakin.

a.      Berjumpa dan kembali ke Allah SWT dalam kondisi tidak sadar
Manusia dalam kondisi tidur (tidak sadar diri) dan pada saat itu pula bermimpi sebenarnya terjadi di ruang lain yang "tidak berbentuk", unsur jiwa (ruh jasmani) yang tidak berbentuk adalah sebagai pemeran utama. Sementara ruh ruhani kembali atau “dipegang” oleh Allah SWT. Pada kondisi tidur maka gelombang otak berada dalam posisi Theta (4-8 Hz) yang dihasilkan oleh pikiran bawar sadar (subconscious mind). Theta akan muncul saat bermimpi dan saat terjadinya REM (Rapid Eye Movement). Secara jelas Allah SWT dalam Al-Qur’an menerangkan bahwa orang yang tidur identik dengan belajar mati (menuju kematian/Illaihi Roji’uun) karena kesadarannya tidak ada.

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang pada demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.(QS. Az-Zumar 39:42)

Tidur bukanlah aktivitas yang main-main. Di dalamnya mengandung pelajaran yang berharga dan bisa jadi penentu mati kita khusnul chotimah (berakhir baik) atau su’ul chotimah (berakhir buruk). Coba anda perhatikan arti dan makna doa sebelum dan sesudah tidur di bawah ini. Ternyata pada saat tidur manusia sedang berangkat menuju “kematian”!.

Ketika kita akan berangkat tidur, kita memanjatkan doa, “Bismika Allahumma Ahya Wa Amut” (Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan mati - HR. Bukhari dan Muslim) dan ketika bangun tidur berdoa, "Alhamdu lillahil-ladzi ahyaanaa ba'da maa amaatana wailaihin-nusyuur" (Segala Puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mati/tidur kami, dan kepada-Nya kami kembali - HR. Bukhari).

Jadi “ber-ma’rifatullah”-nya anda dalam tidur tergantung niat yang menyertai anda tidur. Maka tidak heran, banyak dari kita yang tidur lupa berdo’a sehingga sering bermimpi buruk.

Ketika kita berdoa secara benar, maka insya Allah mimpi dalam tidur kita adalah bentuk pengajaran dari Allah SWT sebagaimana Allah SWT juga mengajarkan kepada para nabi/rasulnya melalui mimpi, diantaranya yang pernah dialami nabi Ibrahim AS ketika mendapat perintah untuk menyembelih (meng-qurban-kan) putranya, Ismail AS. Perintah ini untuk menguji apakah nabi Ibrahim AS mematuhi perintah-Nya dan tidak ragu-ragu menunaikannya. Dan sebagaimana kita ketahui bersama perintah itu dijalankan oleh sang nabi, namun sebelum ujung pedang menyentuh leher Ismail AS, melalui malaikat, Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar(QS. Ash-Shaaffaat 37: 102-107)

Perihal mimpi juga pernah dialami oleh nabi Yusuf AS ketika masih kecil. Dalam mimpi tersebut beliau melihat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya. Beliau kemudian menceritakan tabir mimpi itu kepada ayahnya, nabi Ya’qub AS. Sang ayah kemudian menjelaskan bahwa saat dewasa nanti Yusuf kecil akan diangkat menjadi Nabiyullah. Atas mimpi tersebut, nabi Yusuf AS dilarang menceritakan kepada saudara kandungnya karena akan memicu kebencian dan iri dengki (QS. Yusuf 12:4).

Mimpi yang berupa wahyu ini dapat terjadi ketika seseorang telah mampu mendirikan jalan agama (dinn) yaitu tersambungnya jiwa dengan akal. Demikian pula dengan pingsan (tidak sadarkan diri) sebagaimana yang dialami oleh nabi Musa AS.

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS. Al-A’raaf 7:143)

Baik apa yang dialami Nabi Ibrahim AS, Nabi Yusuf AS dan Nabi Musa AS adalah berma’rifatullah. Mereka “berjumpa dan kembali” ke Allah SWT dan mendapat pengajaran berupa wahyu. Inilah contoh bahwa dalam ketidaksadaran pun manusia dapat berma’rifatullah, asal didahului dengan niat dan berdoa yang benar (bukan membaca doa!!! Karena membaca doa dan berdoa beda maknanya)

BERSAMBUNG….

Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli E-Book saya dengan cara men-download. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html      (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).

Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Kamis, 26 September 2013

MAKNA SPIRITUAL IBADAH HAJI (2-SELESAI)


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dalam artikel ini, saya tidak membahas tentang syariat berhaji karena pembaca pasti banyak yang sudah paham. Saya lebih berfokus membahas dari tinjauan aspek spiritual (batiniyah/filosofis) dibalik makna ritual tersebut.
·       
      Ihram
Ihram adalah prosesi ritual ibadah haji dengan ditandai pemakaian kain putih 2 (dua) lembar tanpa boleh ada jahitan. Secara simbolik kain putih menandakan bahwa itulah kain kafan yang akan dikenakan saat meninggal dunia kelak. Jadi ingatlah mati, tinggalkan keramaian dunia  yang penuh fatamorgana, fokuskan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Ihram merupakan lambang bersihnya hati dari seorang Muslim dari segala sesuatu, disitulah Baitullah yang sesungguhnya yang bersih dari sifat Musyrik.  Dikenakannya kain bagi seluruh jamaah haji tanpa kecuali juga menandakan tidak ada perbedaan duniawi ketika menghadap Allah SWT. Harta, tahta, dan status sosial semuanya tidak berguna di hadapan-Nya, hanya ketakwaan-lah yang menjadi tolok ukur derajat di hadapan Allah SWT.  Ihram juga sebagai prosesi melepaskan ikatan nafsu untuk mencapai ruhani yang tinggi. Ar-ruh berkuasa atas an-nafs. Meluruskan niat hanya beribadah, kagum dan terpesona hanya kepada Allah SWT. Tidak kepada yang selain-Nya.
·       
        Thawaf
Prosesi mengitari ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali putaran mempunyai makna bahwa Allah SWT adalah Tuhan alam semesta. Dia-lah pusat segala-galanya bagi makhluk-makhluknya untuk meminta pertolongan, tempat bergantung dan mohon perlindungan. Tidak ada kekuatan suatu apapun yang dapat menandingi-Nya. Berputar mengelilingi Ka’bah juga menandakan agar manusia senantiasa tunduk dan patuh atas kehendak-Nya, sebagaimana bumi yang berotasi dan berevolusi, bulan mengelilingi bumi, planet-planet yang berjalan di atas garis edarnya. Semua menerima apa-apa yang telah digariskan Tuhannya. Dengan ketunduk-patuhan ini agar kehendak diri manusia senantiasa selaras dengan kehendak Allah SWT. Inilah yang dinamakan pasrah secara totalitas (berserah diri) sehingga menghasilkan keharmonisan jiwa.
·       
      Sa’i
Prosesi lari-lari kecil dari bukit shafa ke marwa sebanyak 7 kali ini untuk mengingatkan perjuangan ibunda Siti Hajar ketika mencari air untuk minum anaknya, nabi Ismail AS ketika masih bayi. Manusia boleh berikhtiar dan berencana dalam mengusahakan sesuatu, tetapi rencana Allah SWT yang pasti terjadi. Sa’i mengajarkan kesadaran berketuhanan dan bergantung secara totalitas kepada Allah SWT sebagai Penguasa Tunggal apa-apa yang ada di langit dan bumi. Dengan bergantung hanya kepada-Nya akan menghasilkan jalan keluar dari segala kesulitan atau masalah hidup baik di dunia maupun akhirat.
·      
      Wukuf di Arafah
Inilah puncak ibadah haji. Tidak boleh jamaah haji meninggalkan prosesi ibadah ini meskipun sedang sakit. Haji adalah arafah (Al-Hajju Arafah). Di tempat inilah Allah SWT akan menilai diterima (mabrur) tidaknya ibadah haji sang hamba, “Al-Hajju Arafah, Man Jaa Lailata Jam’in Qabla Tulu’il Fajri Faqad Adraka” (HR. Ahmad).
Kesadaran wukuf merupakan puncak tertinggi dalam berspiritual haji, yaitu menyadari dan menyaksikan adanya Allah SWT Yang Maha Meliputi Segala Sesuatu. Prosesi yang dilakukan adalah berdiam diri dan tenang dalam keadaan ma'rifatullah sambil berdzikir. Arafah bermakna penyaksian diri, man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu (Manusia yang mengenal dirinya maka akan mengenai Tuhannya). Sekali lagi, haji adalah yaitu Arafa, tanpa Arafa berarti hajinya tidak syah alias Umrah (haji kecil). Pertanyaannya, ketika seorang abdi melaksanakan haji dan sedang Wukuf di padang Arafa (padang penyaksian) apa yang mereka saksikan pada waktu itu? Sudahkah mereka menyaksikan dirinya dihadirkan oleh Tuhan di padang Arafa-Nya? Haji itu peristiwa seorang abdi yang dipanggil  Tuhannya untuk menjadi tamu-Nya  di tanah suci-Nya dengan berbekal ilmu dan amal shalihnya. Bagi yang diterima hajinya, pada waktu wukuf mereka dapat menyaksikan (Arafa) dirinya dihadirkan Allah SWT dipadang-Nya yang luas tak berbatas. Mereka itu orang-orang diperjalankan Allah SWT bisa mengenal Tuhannya dengan jalan mengenali dirinya sendiri. Sebagaimana makna doa orang berhaji adalah: “Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah”. Mereka benar-benar hamba yang dipanggil Tuhannya bukan dituntun nafsunya untuk mendatangi Baitullah/Masjidil Haram.
·       
      Lempar Jumrah
Prosesi selanjutnya adalah melempar jumrah ke 3 (tiga) tugu dengan batu kerikil masing-masing tugu (aqabah, ula, wustha) sebanyak 7 (tujuh) buah. Prosesi ini dilatarbelakangi oleh peristiwa nabi Ibrahim AS  saat mengusir iblis dengan batu ketika mencoba menggodanya untuk memenuhi perintah Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Makna lempar jumrah oleh para jamaah haji bukanlah melempari iblis dengan batu sebagaimana Nabi Ibrahim AS dahulu lakukan. Logikanya bagaimana mungkin iblis yang tidak kasat dilempari batu, mungkin malah tidak mengenai sasaran. Adapun makna yang sebenarnya adalah manusia diperintah Allah SWT untuk membuang nafsu fujur dan sifat syaitan yang ada dalam dirinya. Bukankah sifat syaitan bersemayam di hati dan mengalir dalam darah manusia? “Sesungguhnya syaitan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah” (HR. Muslim)

            Demikian sekilas pembahasan mengenai makna spiritual haji, semoga para kerabat dan sahabat yang menunaikan ibadah haji tahun ini mendapat limpahan nikmat dari Allah SWT menjadi haji yang mabrur. Amin.

            Artikel di atas adalah petikan dari e-book saya yang ketiga yang berjudul “Menyibak Takwil Rakaat Shalat Fardhu”. Apabila pembaca berminat, silahkan membeli (donasi untuk kepentingan social keagamaan) dengan cara mendownload. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html  (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).

Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Senin, 23 September 2013

MAKNA SPIRITUAL IBADAH HAJI (1)


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Beberapa hari belakangan ini saya mendapat undangan untuk menghadiri walimatussyafar (syukuran haji), baik dari kerabat, sahabat dan handai taulan yang akan berangkat menunaikan ibadah haji di tahun 1434 H ini. Dilatar belakangi peristiwa ini, maka artikel kali ini akan membahas tentang haji, khususnya dari sisi (makna) spiritualnya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Amin.

Prosesi ibadah haji adalah sebagai bentuk penghargaan atas ketaatan dan ketunduk-patuhan keluarga nabi Ibrahim AS kepada perintah Allah SWT. Seperti kita ketahui, Thawaf sebagai ritual atas pembangunan ka’bah oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, Sai adalah bentuk ritual atas Ibunda Hajar dan Ismail AS ketika ditinggal di padang tandus oleh Ibrahim AS atas perintah Allah SWT, Wukuf adalah ritualnya nabi Ibrahim AS saat mencari siapa Tuhannya dengan berjalan kaki bersama kaumnya, kemudian mendapat wahyu untuk menghadapkan wajahnya kepada wajah pencipta langit dan bumi, Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (QS. Al-An’aam 6 :79), melempar Jumrah adalah bentuk ritual atas peristiwa Ibrahim AS ketika akan menyembelih Ismail AS atas perintah Allah SWT dan saat itu mendapat godaan iblis hingga keraguan menyelimuti hatinya agar jangan melaksanakan perintah Allah SWT tersebut.

Haji adalah ibadah puncak rukun islam yang kelima bagi orang beriman yang diwajibkan atas mereka yang mampu secara materi (fisik), psikis (mental) dan spiritual. Kesempatan berhaji adalah peluang untuk mempraktekan rukun islam sebagai satu kesatuan (rangkaian) sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Shalat sebagai sarana pengangkut niat hamba yang ingin berjumpa Allah SWT (Mulaqu Rabbihim) dan ingin kembali kepada-Nya (Illaihi Roji’uun) dalam ibadahnya. Syahadat sebagai ‘roket’ pendorong shalat dengan keinginan (niat) hamba dapat menyaksikan Dzat Allah di dalam otaknya, seperti yang dilakukan oleh nabi Musa AS di bukit Tursina. Puasa sebagai ‘roket’ pendorong shalat dengan menyambungkan hati dengan otak hanya ingin berjumpa Allah SWT di dalam hati. Zakat sebagai ‘roket’ pendorong shalat dengan ikhlas tidak takut kepada neraka dan tidak berharap surga, hanya ingin berjumpa Allah SWT semata. Mengapa ? Karena surga dan neraka adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT.

Demikian pula dengan ibadah haji terutama saat wukuf di Padang Arafah. Spiritual wukuf (berdiam diri/Thuma’ninah/Sabar) juga sebagai ‘roket’ pendorong shalat agar semua perangkat agama (jiwa dengan akal tersambung), tiga kecerdasan islam (IQ, EQ, SQ) pasti akan tersambung secara sempurna. Lima perangkat tersebut merupakan roket yang paling besar tenaganya dibanding dengan lainnya. Dengan tersambungnya lima perangkat islam sebagai agama fitrah (ruh berkuasa atas diri ini) maka dapat dijadikan sarana membuktikan man arafa nafsahu waqad arafa rabbahu. Sehingga secara fisik ia hadir di padang arafah (syariat), namun secara hakikat ia dihadirkan Allah SWT di padang arafah-Nya yang luas tak berbatas. Peristiwa seperti itu diterangkan Allah SWT sebagai haji Mabrur. Orang-orang yang mendapat gelar haji mabrur adalah mereka dalam shalatnya tidak ada bedanya ketika dihadapan Ka’bah saat berhaji atau ketika telah pulang ke negaranya dan shalat di rumahnya sendiri/masjid/musholla. Mereka sudah menikmati suasana kemana kamu menghadap disitulah wajah Allah SWT.

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” .(QS. Al-Baqarah 2 :115).

Dengan demikian ibadah haji adalah sebuah moment pencerahan diri. Sebuah laku ibadah puncak untuk menyingkap tirai dinding kalbu, menembus kegelapan untuk menggapai cahaya al-haq yang terpancar dari nur Illahi. Nur Ilahi memancar dan merambat pada empat tatanan; Intelektual (subyektifitas berfikir) IQ/Intelectual Quotient, Spritual (kejernihan jiwa, kebersihan hati, keikhlasan & al-ihsan serta kepekaan rohani terhadap atmosfir Rububiyyah dan Uluhiyyah) SQ/Spiritual Quotient, Mental (kesabaran, keseimbangan, elastisitas dan rileksitas) dan Moral (integritas pribadi, intensitas sosial, dedikasi jama‘ah dan kesantunan kemanusiaan) EQ/Emotional Quotient.
(Bersambung…)

Artikel di atas adalah petikan dari e-book saya yang ketiga yang berjudul “Menyibak Takwil Rakaat Shalat Fardhu”. Apabila pembaca berminat, silahkan membeli (donasi untuk kepentingan social keagamaan) dengan cara mendownload. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).

Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Jumat, 13 September 2013

SUDAHKAH ALLAH SWT MENGAMPUNI DOSA KITA?


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
           
            Tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada pula manusia yang tidak pernah melakukan perbuatan yang membuat Allah SWT tidak berkenan. Bahkan seorang nabi pun tidak terbebas dari perbuatan ini. Hanya Allah SWT Yang Maha Suci. Inilah beda antara Tuhan dan makhluk-Nya.

Namun demikian, Allah SWT dengan kasih sayang dan rahmat-Nya yang tidak terbatas, para utusan ini diampuni kekhilafannya. Agar para pembaca tidak memiliki persepsi buruk (su’udzlon) atas tulisan ini, dibawah ini saya nukilkan beberapa peristiwa yang dialami oleh para utusan-Nya (termuat dalam Al-Qur’an) yang membuat Allah SWT tidak berkenan atau menegurnya.

Pertama, Kisah Nabi Yunus, AS. Anda tentu masih ingat ketika sang nabi diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah di daerah yang bernama ‘Asyur, antara sungai Dajlah dan sungai Furod. Hampir tiga puluh tahun lamanya beliau berdakwah dan hanya mendapat pengikut 2 orang. Menghadapi kondisi ini beliau kesal dan marah serta meninggalkan kaum tersebut tanpa seijin Allah SWT, dan nabi Yunus AS mengira tidak akan dihukum oleh Allah SWT. Apa yang terjadi kemudian? Tentu para pembaca sudah tahu cerita ini, Nabi Yunus AS ditelan oleh ikan  Hut, ketika beliau berlayar. Sekian lama beliau dalam perut ikan Hut sehingga beliau lemah dan sakit. Di tengah kondisi ini beliau akhirnya sadar akan kesalahannya, sehingga beliau memohon ampunan dan Allah SWT mengabulkan serta mengampuni kekhilafan beliau. Singkat cerita, pada akhirnya ikan Hut mengeluarkan beliau di tepi pantai dalam keadaan selamat dan beliau kembali lagi berdakwah. Adapun doa beliau untuk mohon ampun kepada Allah SWT sangat terkenal dikalangan umat islam hingga saat ini dan diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya’ 21:87).

Kedua, Kisah Nabi Sulaiman, AS. Inilah salah satu nabi yang banyak mendapat kenikmatan dari Allah SWT berupa kekuasaan, kekayaan, dapat berbicara dengan binatang, dan lain sebagainya. Kondisi yang penuh kenikmatan ini membuat sang Nabi pernah berbuat khilaf yaitu menyombongkan diri dihadapan Allah SWT dengan meminta ijin agar dengan kekuasaan dan kekayaannya diberikan kesempatan memberikan kebutuhan makan kepada seluruh makhluk-Nya. Apa yang terjadi kemudian? Tidak ada sehari beliau memberikan makan atas makhluk yang ada di muka bumi ini, beliau disadarkan bahwa dengan kekayaannya yang dimilikinya, beliau tidak mampu memberikan makan makhluk Allah SWT. Pada akhirnya beliau memohon ampun dan Allah SWT memaafkannya.

Ketiga, Kisah Nabi Musa AS. Tentu pembaca ingat peristiwa antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir.  Sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk belajar spiritual kepada Nabi Khidir. Atas perintah ini Nabi Khidir menyetujuinya namun dengan syarat selama “berguru” Nabi Musa AS tidak boleh memprotes apa-apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir. Meskipun Nabi Musa AS menyetujui persyaratan itu, dalam perjalanan spiritualnya, Nabi Musa AS selalu memprotes apa yang dilakukan nabi Khidir, yaitu ketika Nabi Khidir melubangi kapal nelayan yang ditumpanginya, membunuh anak kecil yang ditemuinya dan menolong menegakkan dinding bangunan rumah yang hampir roboh. Atas apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir, Nabi Musa AS selalu memprotes tindakannya.

Ketidaktahuan nabi Musa AS dalam memahami apa-apa yang dilakukan nabi Khidir karena Nabi Musa AS saat itu masih menggunakan “bahasa pikir” sehingga tidak mampu “membaca” hikmah atau tabir dibalik peristiwa itu semua.

Kemudian nabi Khidir menerangkan kepada nabi Musa AS bahwa kapal nelayan yang dilubangi semata-mata untuk menghindari kapal tersebut yang akan dirampas oleh raja yang zalim, mengingat kapal itu milik orang-orang miskin yang bekerja di laut untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Adapun anak kecil yang dibunuh karena kedua orang tuanya adalah orang mukmin yang taat, namun di saat nanti anak itu tumbuh dewasa akan mendorong kedua orang tuanya dalam kesesatan dan kekafiran. Sementara dinding rumah yang ditegakkan semata-mata untuk melindungi anak yatim piatu selaku pemiliknya, karena di bawah dinding itu tersimpan harta benda simpanan bagi mereka peninggalan dari orang tuanya (QS. Al-Kahfi 18 : 66-82). Atas apa yang dilakukannya, akhirnya Nabi Musa AS memohon maaf kepada Nabi Khidir dan Allah SWT.

Keempat, Kisah Nabi Muhammad, SAW. Rasulullah SAW pernah mendapat teguran dari Allah SWT yaitu ketika beliau tidak mengindahkan seseorang yang miskin dan buta ingin masuk dan belajar islam disaat beliau sedang menerima para pembesar (penguasa) quraisy dan beliau berharap para penguasa ini masuk islam. Atas kesalahannya ini beliau kemudian memohon ampun dan Allah SWT menerima permohonan itu. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an,

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),  sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya” (QS. Abasa 80: 1-11).

            Dari beberapa kisah di atas dapatlah dijelaskan, bahwa seorang nabi pun pernah berbuat salah, kemudian mereka minta maaf dan Allah SWT mengampuninya. Kalau para utusan-Nya saja berbuat demikian, apalagi kita selaku umatnya dan tidak pernah hidup bersama dengan mereka. Sudah berapa banyakkah dosa kepada Allah SWT yang pernah kita perbuat? Mungkin sudah tidak dapat dihitung jumlahnya

            Yang menjadi masalah sekarang adalah kita hampir setiap hari sudah memohon ampun kepada Allah SWT, baik dalam shalat, do’a, dzikir, dan berbagai kesempatan lainnya. Sudahkah Allah SWT menjawabnya dan memaaafkan kesalahan kita layaknya para nabi dahulu yang memohon ampun  dan Allah SWT segera menjawabnya dengan memberikan tanda dan bukti bahwa kesalahan (dosa) mereka telah diampuni? Lalu tanda dan bukti apa bahwa dosa anda diampuni Allah SWT? Kalau anda merasa bahwa dosa anda pasti diampuni Allah SWT lalu mengapa anda takut mati detik ini juga (tidak ikhlas, tidak siap dan tidak ridha) ketika Allah SWT menghendaki karena anda merasa banyak dosa dan takut masuk neraka? Bukankah perilaku ini menunjukkan bahwa  anda sejatinya belum atau tidak yakin bahwa dosa anda telah diampuni Allah SWT karena belum diberikan tanda dan buktinya?

Lalu apa tanda dan bukti bahwa dosa kita telah diampuni? Secara terang dan jelas, Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman bahwa salah satu tanda dan bukti orang-orang yang beriman diampuni dosanya, mereka akan mendapat ganti dengan kenikmatan-kenikmatan berupa ridha-Nya di dunia ini sebagaimana nabi-nabi, ulil amri, para waliyullah, dll. Coba perhatikan ayat berikut ini,

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Ankabuut 29:7).

            Ayat di atas menerangkan bahwa tanda dan bukti seseorang yang telah diampuni dosanya maka langkah perbuatannya (apa-apa yang dilakukannya) di kemudian hari di dunia ini telah mendapat ridha dari Allah SWT sehingga banyak nikmat yang akan diperoleh. Ini tiket (tanda dan bukti) untuk menikmati surga-Nya. Lalu bagaimana untuk mengenal tanda dan bukti bahwa dosa kita telah diampuni? Bagaimana agar Allah SWT berkenan melimpahkan ampunan, karunia, hidayah, rahmat dan ridha-Nya kepada kita? Saya tidak dapat menjelaskan panjang lebar di sini karena terbatasnya ruang dan waktu. Jika pembaca berkenan silahkan membeli E-Book saya dengan cara mendownload di bawah ini.

            Semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi para pembaca. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).

Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang