DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 13 September 2013

SUDAHKAH ALLAH SWT MENGAMPUNI DOSA KITA?


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
           
            Tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada pula manusia yang tidak pernah melakukan perbuatan yang membuat Allah SWT tidak berkenan. Bahkan seorang nabi pun tidak terbebas dari perbuatan ini. Hanya Allah SWT Yang Maha Suci. Inilah beda antara Tuhan dan makhluk-Nya.

Namun demikian, Allah SWT dengan kasih sayang dan rahmat-Nya yang tidak terbatas, para utusan ini diampuni kekhilafannya. Agar para pembaca tidak memiliki persepsi buruk (su’udzlon) atas tulisan ini, dibawah ini saya nukilkan beberapa peristiwa yang dialami oleh para utusan-Nya (termuat dalam Al-Qur’an) yang membuat Allah SWT tidak berkenan atau menegurnya.

Pertama, Kisah Nabi Yunus, AS. Anda tentu masih ingat ketika sang nabi diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah di daerah yang bernama ‘Asyur, antara sungai Dajlah dan sungai Furod. Hampir tiga puluh tahun lamanya beliau berdakwah dan hanya mendapat pengikut 2 orang. Menghadapi kondisi ini beliau kesal dan marah serta meninggalkan kaum tersebut tanpa seijin Allah SWT, dan nabi Yunus AS mengira tidak akan dihukum oleh Allah SWT. Apa yang terjadi kemudian? Tentu para pembaca sudah tahu cerita ini, Nabi Yunus AS ditelan oleh ikan  Hut, ketika beliau berlayar. Sekian lama beliau dalam perut ikan Hut sehingga beliau lemah dan sakit. Di tengah kondisi ini beliau akhirnya sadar akan kesalahannya, sehingga beliau memohon ampunan dan Allah SWT mengabulkan serta mengampuni kekhilafan beliau. Singkat cerita, pada akhirnya ikan Hut mengeluarkan beliau di tepi pantai dalam keadaan selamat dan beliau kembali lagi berdakwah. Adapun doa beliau untuk mohon ampun kepada Allah SWT sangat terkenal dikalangan umat islam hingga saat ini dan diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya’ 21:87).

Kedua, Kisah Nabi Sulaiman, AS. Inilah salah satu nabi yang banyak mendapat kenikmatan dari Allah SWT berupa kekuasaan, kekayaan, dapat berbicara dengan binatang, dan lain sebagainya. Kondisi yang penuh kenikmatan ini membuat sang Nabi pernah berbuat khilaf yaitu menyombongkan diri dihadapan Allah SWT dengan meminta ijin agar dengan kekuasaan dan kekayaannya diberikan kesempatan memberikan kebutuhan makan kepada seluruh makhluk-Nya. Apa yang terjadi kemudian? Tidak ada sehari beliau memberikan makan atas makhluk yang ada di muka bumi ini, beliau disadarkan bahwa dengan kekayaannya yang dimilikinya, beliau tidak mampu memberikan makan makhluk Allah SWT. Pada akhirnya beliau memohon ampun dan Allah SWT memaafkannya.

Ketiga, Kisah Nabi Musa AS. Tentu pembaca ingat peristiwa antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir.  Sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk belajar spiritual kepada Nabi Khidir. Atas perintah ini Nabi Khidir menyetujuinya namun dengan syarat selama “berguru” Nabi Musa AS tidak boleh memprotes apa-apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir. Meskipun Nabi Musa AS menyetujui persyaratan itu, dalam perjalanan spiritualnya, Nabi Musa AS selalu memprotes apa yang dilakukan nabi Khidir, yaitu ketika Nabi Khidir melubangi kapal nelayan yang ditumpanginya, membunuh anak kecil yang ditemuinya dan menolong menegakkan dinding bangunan rumah yang hampir roboh. Atas apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir, Nabi Musa AS selalu memprotes tindakannya.

Ketidaktahuan nabi Musa AS dalam memahami apa-apa yang dilakukan nabi Khidir karena Nabi Musa AS saat itu masih menggunakan “bahasa pikir” sehingga tidak mampu “membaca” hikmah atau tabir dibalik peristiwa itu semua.

Kemudian nabi Khidir menerangkan kepada nabi Musa AS bahwa kapal nelayan yang dilubangi semata-mata untuk menghindari kapal tersebut yang akan dirampas oleh raja yang zalim, mengingat kapal itu milik orang-orang miskin yang bekerja di laut untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Adapun anak kecil yang dibunuh karena kedua orang tuanya adalah orang mukmin yang taat, namun di saat nanti anak itu tumbuh dewasa akan mendorong kedua orang tuanya dalam kesesatan dan kekafiran. Sementara dinding rumah yang ditegakkan semata-mata untuk melindungi anak yatim piatu selaku pemiliknya, karena di bawah dinding itu tersimpan harta benda simpanan bagi mereka peninggalan dari orang tuanya (QS. Al-Kahfi 18 : 66-82). Atas apa yang dilakukannya, akhirnya Nabi Musa AS memohon maaf kepada Nabi Khidir dan Allah SWT.

Keempat, Kisah Nabi Muhammad, SAW. Rasulullah SAW pernah mendapat teguran dari Allah SWT yaitu ketika beliau tidak mengindahkan seseorang yang miskin dan buta ingin masuk dan belajar islam disaat beliau sedang menerima para pembesar (penguasa) quraisy dan beliau berharap para penguasa ini masuk islam. Atas kesalahannya ini beliau kemudian memohon ampun dan Allah SWT menerima permohonan itu. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an,

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),  sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya” (QS. Abasa 80: 1-11).

            Dari beberapa kisah di atas dapatlah dijelaskan, bahwa seorang nabi pun pernah berbuat salah, kemudian mereka minta maaf dan Allah SWT mengampuninya. Kalau para utusan-Nya saja berbuat demikian, apalagi kita selaku umatnya dan tidak pernah hidup bersama dengan mereka. Sudah berapa banyakkah dosa kepada Allah SWT yang pernah kita perbuat? Mungkin sudah tidak dapat dihitung jumlahnya

            Yang menjadi masalah sekarang adalah kita hampir setiap hari sudah memohon ampun kepada Allah SWT, baik dalam shalat, do’a, dzikir, dan berbagai kesempatan lainnya. Sudahkah Allah SWT menjawabnya dan memaaafkan kesalahan kita layaknya para nabi dahulu yang memohon ampun  dan Allah SWT segera menjawabnya dengan memberikan tanda dan bukti bahwa kesalahan (dosa) mereka telah diampuni? Lalu tanda dan bukti apa bahwa dosa anda diampuni Allah SWT? Kalau anda merasa bahwa dosa anda pasti diampuni Allah SWT lalu mengapa anda takut mati detik ini juga (tidak ikhlas, tidak siap dan tidak ridha) ketika Allah SWT menghendaki karena anda merasa banyak dosa dan takut masuk neraka? Bukankah perilaku ini menunjukkan bahwa  anda sejatinya belum atau tidak yakin bahwa dosa anda telah diampuni Allah SWT karena belum diberikan tanda dan buktinya?

Lalu apa tanda dan bukti bahwa dosa kita telah diampuni? Secara terang dan jelas, Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman bahwa salah satu tanda dan bukti orang-orang yang beriman diampuni dosanya, mereka akan mendapat ganti dengan kenikmatan-kenikmatan berupa ridha-Nya di dunia ini sebagaimana nabi-nabi, ulil amri, para waliyullah, dll. Coba perhatikan ayat berikut ini,

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Ankabuut 29:7).

            Ayat di atas menerangkan bahwa tanda dan bukti seseorang yang telah diampuni dosanya maka langkah perbuatannya (apa-apa yang dilakukannya) di kemudian hari di dunia ini telah mendapat ridha dari Allah SWT sehingga banyak nikmat yang akan diperoleh. Ini tiket (tanda dan bukti) untuk menikmati surga-Nya. Lalu bagaimana untuk mengenal tanda dan bukti bahwa dosa kita telah diampuni? Bagaimana agar Allah SWT berkenan melimpahkan ampunan, karunia, hidayah, rahmat dan ridha-Nya kepada kita? Saya tidak dapat menjelaskan panjang lebar di sini karena terbatasnya ruang dan waktu. Jika pembaca berkenan silahkan membeli E-Book saya dengan cara mendownload di bawah ini.

            Semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi para pembaca. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).

Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar