Kalau boleh saya analogkan dengan dunia olah raga,
maka puasa Ramadhan merupakan ajang pertandingan bagi umat Islam. Seluruh
waktu, tenaga dan pikiran difokuskan pada aktivitas prosesi ibadah, baik puasa Ramadhan
itu sendiri, maupun ibadah wajib dan sunah lainnya seperti memelihara shalat
fardhu 5 (lima) waktu, shalat tarawih, shalat tasbih, tadarus dan mengkhatamkan
Al-Qur’an dalam 1 bulan, iktikaf di masjid pada 10 hari terakhir, dan lain
sebagainya.
Saat ini umat islam bagaikan seorang atlit yang
bertanding mati-matian agar menjadi juara untuk memperebutkan “piala” yang
bernama Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar. Kenapa harus mati-matian? Karena
piala ini hanya diperebutkan hanya satu tahun sekali yaitu pada bulan suci
Ramadhan dan kita belum tentu di tahun depan dapat menemui kembali moment seperti
ini, kecuali diberi karunia panjang umur dan nikmat iman oleh Allah SWT.
Ada sebagian pendapat yang saya kira perlu
diluruskan yang menyatakan bahwa bulan Ramadhan adalah waktunya umat islam
untuk melatih diri dengan memperbanyak amal ibadah. Tetapi menurut pendapat saya
pribadi, bahwa yang namanya berlatih bukanlah pada saat Ramadhan, tetapi 11
bulan di luar bulan suci ini. Ibarat seorang atlit, sebelum melakukan
pertandingan maka dia harus melakukan latihan di luar event itu. Kenapa? Tanpa
melakukan latihan pastilah sang atlit lambat atau cepat akan mudah tersingkir
dari arena pertandingan.
Seyogyanya, umat islam selama 11 bulan berlatih
untuk menyambut bulan Ramadhan. Entah itu dengan ibadah “tambahan” seperti puasa
Senin-Kamis atau puasa Nabi Daud AS, selalu menjaga frekuensi shalat sunah,
memelihara perilaku (ahlak) yang islami serta ibadah lainnya. Dengan catatan, tentunya
tetap menjaga ke-ajeg-an shalat
fardhu 5 (lima) waktu. Dengan persiapan yang matang maka diharapkan di bulan
Ramadhan umat islam tidak akan keteteran dalam melaksanakan prosesi ibadah
tambahan, seperti shalat tarawih, iktikaf dan lain sebagainya.
Dengan berlatih diharapkan pula ketahanan fisik
(badan) dan batin (ruhani) lebih prima dan siap untuk menyongsong datangnya
bulan suci Ramadhan dengan penuh ikhlas dan khusyu’. Karena bagaimanapun juga
setiap prosesi ibadah melibatkan 2 (dua) aspek yaitu batiniyah dan badaniyah
yang harus terus dipelihara dan berjalan secara seimbang. Tanpa adanya
keseimbangan maka dalam menunaikan ibadah pastilah gersang, terutama bila aspek
batiniyah tidak dilibatkan.
Bila masa latihan selama 11 bulan tersebut
dipenuhi, Insya Allah, umat islam mampu melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan
memperoleh piala berupa Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar. Pertanyaannya
sekarang adalah apa makna (hakikat) dari Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar?
Marilah coba kita uraikan satu per satu.
(Bersambung….)
Tetap ISTIQOMAH
untuk meraih ridho Allah SWT!!!
Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli
E-Book saya dengan cara men-download E-Book pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH. Untuk menambah wawasan
beragama anda, silahkan membeli dan membaca juga E-Book Kedua saya yang
berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH (silahkan klik judul E-Book yang berwarna merah untuk
mengetahui syarat dan ketentuannya). Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar