Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Lailatul Qadar
Suatu ketika Rasulullah SAW dihadapan para sahabatnya menceritakan
tentang seorang pemuda Bani Israil yang bernama Sam’un yang memiliki kekuatan
fisik dan mampu beribadah sehari semalan selama 1.000 tahun (80 tahun). Pada
waktu siang hari Sam’un berjihad dan malamnya beribadah, tak mengenal lelah.
Kondisi inilah yang menjadikan para sahabat berdecak kagum dan “cemburu” dengan
keutamaan ibadah yang mampu dijalani oleh Sam’un.
Melihat kondisi ini dan atas kemurahan Allah SWT, maka diutuslah
malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu mengenai Lailatul Qadar (QS. Surat Al-Qadr 97: 1-5). Pada ayat
tersebut, Allah SWT menghibur
umat islam, bahwa dalam bulan Ramadhan ada satu malam yang tingkat ibadahnya
sama dengan 1.000 bulan (Lailatul Qadar).
Banyak literatur islam yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar akan
turun pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, ada juga yang mensinyalir malam
ganjil 10 hari terakhir Ramadhan, bahkan ada mengerucutkan pada malam 27
Ramadhan. Bahkan ada literatur yang menyebutkan ciri-ciri turunnya Lailatul
Qadar seperti siang hari tidak panas dan mendung, langit bersih dari awan,
angin bertiup sepoi-sepoi dan masih banyak lagi. Apakah ini benar? Wallahualam bi Shawab.
Adapun sikap kita sebagai orang beriman hendaklah jangan sampai
membeda-bedakan kemuliaan hari satu dengan hari lainnya di bulan suci Ramadhan.
Tetaplah berniat, beribadah dan berfokus hanya semata-mata karena Allah SWT.
Dengan niat yang ikhlas, cinta dan berpasrah diri kepada Allah SWT, Insya Allah,
dengan kemurahan-Nya kita akan mendapatkan Lailatul Qadar. Jadi Lailatul Qadar
adalah “bonus” dari Allah SWT karena semata-mata niat hamba-Nya yang benar
dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Namun sebagai gambaran, seperti yang ditulis oleh Sayyid Qutub dalam
salah satu kitabnya yaitu Tafsir Fi
Dzilalil Qur’an, bahwa malam
Lailatul Qadar bermandikan cahaya Allah, cahaya malaikat dan cahaya ruh hingga
terbit fajar. Inilah yang saya kemukakan sebelumnya bahwa umat islam hendaknya
melibatkan dimensi fisik dan ruhani. Kenapa? Karena tanda Lailatul Qadar
diturunkan dalam bentuk dimensi cahaya (non materi) dan hanya ruhani-lah yang
mampu menyaksikan, karena hakekatnya ruhani juga berdimensi non materi.
Selain surat Al-Qadr 97 : 1-5
yang menerangkan peristiwa Lailatul Qadar, di dalam Al-Qur’an, Allah SWT
menerangkan secara tersirat ciri-ciri hamba-Nya yang mendapat Lailatul Qadar,
yaitu:
“...Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki...,” (QS. An-Nur 24 : 35).
Cahaya itu berarti putih, bersih dan cemerlang. Kondisi
ini dapat tidak hanya bisa dilihat oleh mata batin saja, tetapi dengan mata
telanjang (panca indera). Ini pertanda bahwa Allah
SWT menurunkan rahmat, berkah dan ampunan atas dosa-dosa hamba-Nya. Maka
Ramadhan identik dengan bulan suci yang penuh rahmat, berkah dan ampunan.
Demikian sekilas uraian saya, semoga dengan sisa waktu pada bulan
Ramadhan 1434 H ini, Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat, berkah dan maghfirah-Nya kepada umat islam dan
menerima amal ibadah kita semua. Amin. (3)
Tetap ISTIQOMAH
untuk meraih ridho Allah SWT!!!
Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli
E-Book saya dengan cara men-download E-Book pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH. Untuk menambah wawasan
beragama anda, silahkan membeli dan membaca juga E-Book Kedua saya yang
berjudul : MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH, (silahkan klik judul E-Book yang berwarna merah untuk
mengetahui syarat dan ketentuannya). Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi,
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar