Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ada fenomena menarik yang terjadi beberapa
tahun belakangan ini di Indonesia berkenaan dengan penentuan datangnya awal bulan
ramadhan, awal syawal (Idul Fitri), dan 10 Dzulhijah
(Idul Adha). Sering sekali terjadi
perdebatan antara kalangan ulama dalam menentukan pergantian sebuah bulan
menurut kalender Islam. Jadi media-media semakin sering menggunakan istilah
diatas yaitu, Hilal, Hisab,
dan Rukyat.
Oleh
sebab itu, artikel ini sengaja saya tulis sebagai tambahan wawasan dan
referensi bagi para pembaca berkenaan dengan datangnya awal Ramadhan 1434
Hijriah yang jatuh di bulan Juli 2013. Artikel ini sejatinya tidak memihak
salah satu kelompok, aliran dan sebuah organisasi tertentu, namun lebih kepada
pemahaman yang saya terima. Jadi posisi
saya independent, tidak diintervensi oleh pihak siapa atau mana pun, dan hanya
berpedoman kepada ilmu pengetahuan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Muhammad
SAW. Demikian pula dengan posisi para pembaca, saya persilahkan meyakini apa
yang harus anda yakini selama ini. Kalau pun anda setuju atau tidak setuju
dengan tulisan saya, maka itu hak anda. Jadi kita tidak perlu
berbantah-bantahan, dan saling menyalahkan. Oke?
Ada baiknya sebelum masuk ke pokok permasalahan, kita bahas makna dan
arti dari Hilal, Hisab dan Rukyat sehingga pemahaman kita akan lebih komplit.
- Pengertian Hilal
Hilal
adalah sabit
bulan baru yang menandai masuknya bulan baru pada sistem kalender Qomariyah
atau Hijriah. Hilal merupakan fenomena tampakan Bulan yang dilihat dari Bumi
setelah ijtimak atau konjungsi. Perbedaan tempat dan waktu di Bumi mempengaruhi
tampakan hilal. Hilal sangat
redup dibandingkan dengan cahaya Matahari atau mega senja. Dengan demikian
hilal ini baru dapat diamati sesaat setelah Matahari terbenam.
Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tampakan hilal. Hal ini menyangkut
kriteria visibilitas hilal.
Kedudukan Bumi, Bulan, dan Matahari memungkinkan tinggi dan azimut Bulan dapat
dihitung saat Matahari terbenam. Demikian halnya dengan beda tinggi dan jarak
sudut antara Bulan dan Matahari. Tidak kalah pentingnya adalah faktor atmosfer
dan kondisi pengamat yang ikut menentukan kualitas tampakan hilal.
- Pengertian Hisab
Secara
harfiyah hisab bermakna ‘perhitungan’. Di dunia Islam istilah ‘hisab’ sering digunakan sebagai metode perhitungan matematik
astronomi untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.
Penentuan
posisi matahari menjadi penting karena umat Islam untuk ibadah shalatnya menggunakan
posisi matahari sebagai patokan waktu sholat. Sedangkan penentuan posisi bulan
untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru
dalam Kalender Hijriyah. Ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan
saat orang mulai berpuasa, awal Syawal saat orang mengakhiri puasa dan
merayakan Idul Fitri, serta awal Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di
Arafah (9 Dzulhijjah) dan hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).
- Pengertian Rukyat
Rukyat
adalah aktivitas
mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama
kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang
atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah
matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah matahari terbenam
(maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya
matahari, serta ukurannya sangat tipis.
Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib)
waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan
ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya. Perlu diketahui bahwa dalam kalender
Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, bukan
saat tengah malam. Sementara penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada
penampakan (visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat
berumur 29 atau 30 hari.
Titik
Tolak Permasalahan
Dalam literatur islam diceritakan bahwa jaman
Rasulullah Muhammad SAW dahulu dalam menentukan rukyat berdasarkan penglihatan
mata telanjang. Ketinggian hilal akan terlihat ketika posisi di atas 2 derajat.
Oleh sebab itu, ketika hilal tidak nampak karena cuaca mendung maka akan
digenapkan menjadi 30 hari sebagaimana bunyi hadits, "Berpuasalah
kalian karena melihat (ru’yah) hilal, dan berbukalah karena melihat hilal. Maka
jika ia tertutup awan bagimu, maka sempurnkanlah bilangan Sya’ban tiga puluh.” (HR Bukhori dan Muslim).
Sementara
dewasa ini metode Rasulullah Muhammad SAW dahulu hingga saat ini masih dipakai
oleh beberapa umat islam untuk menentukan hilal (rukyat). Berdasarkan kesepakatan di kawasan Asia, tinggi hilal adalah 2
derajat. Maka, kemungkinan bulan sudah bisa terlihat. Perbedaan kriteria inilah
yang menyebabkan perbedaan penentuan awal Ramadhan atau Idul Fitri. Selain bisa
dilihat mata, ada kriteria lain, yaitu umur bulan delapan jam dan jarak antara
matahari dan bulan sebesar tiga derajat.
Di sisi lain, ada beberapa
umat islam yang berpegang penuh melalui metode hisab yang berhenti
di-wujudul
hilal. Wujudul hilal adalah
posisi bulan berada di atas 0 (nol) derajat.
(Bersambung….)
Tetap
ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Bagi sidang
pembaca yang ingin menambah wawasan beragama, silahkan download E-Book pertama saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH (silahkan klik tulisan/judul di
samping yang berwarna
biru untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download). saya juga telah
me-launching E-Book kedua saya yang berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. (silahkan
klik tulisan/judul di
samping yang warna
biru untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download).
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar