DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Kamis, 04 Juli 2013

PERMASALAHAN SETIAP KALI DATANGNYA BULAN RAMADHAN (1)


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

                Ada fenomena menarik yang terjadi beberapa tahun belakangan ini di Indonesia berkenaan dengan penentuan datangnya awal bulan ramadhan, awal syawal (Idul Fitri), dan 10 Dzulhijah (Idul Adha).  Sering sekali terjadi perdebatan antara kalangan ulama dalam menentukan pergantian sebuah bulan menurut kalender Islam. Jadi media-media semakin sering menggunakan istilah diatas yaitu, Hilal, Hisab, dan Rukyat.
           
Oleh sebab itu, artikel ini sengaja saya tulis sebagai tambahan wawasan dan referensi bagi para pembaca berkenaan dengan datangnya awal Ramadhan 1434 Hijriah yang jatuh di bulan Juli 2013. Artikel ini sejatinya tidak memihak salah satu kelompok, aliran dan sebuah organisasi tertentu, namun lebih kepada pemahaman yang saya terima.  Jadi posisi saya independent, tidak diintervensi oleh pihak siapa atau mana pun, dan hanya berpedoman kepada ilmu pengetahuan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW. Demikian pula dengan posisi para pembaca, saya persilahkan meyakini apa yang harus anda yakini selama ini. Kalau pun anda setuju atau tidak setuju dengan tulisan saya, maka itu hak anda. Jadi kita tidak perlu berbantah-bantahan, dan saling menyalahkan. Oke?
           
Ada baiknya sebelum masuk ke pokok permasalahan, kita bahas makna dan arti dari Hilal, Hisab dan Rukyat sehingga pemahaman kita akan lebih komplit.

  1. Pengertian Hilal
Hilal adalah sabit bulan baru yang menandai masuknya bulan baru pada sistem kalender Qomariyah atau Hijriah. Hilal merupakan fenomena tampakan Bulan yang dilihat dari Bumi setelah ijtimak atau konjungsi. Perbedaan tempat dan waktu di Bumi mempengaruhi tampakan hilal. Hilal sangat redup dibandingkan dengan cahaya Matahari atau mega senja. Dengan demikian hilal ini baru dapat diamati sesaat setelah Matahari terbenam.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tampakan hilal. Hal ini menyangkut kriteria visibilitas hilal. Kedudukan Bumi, Bulan, dan Matahari memungkinkan tinggi dan azimut Bulan dapat dihitung saat Matahari terbenam. Demikian halnya dengan beda tinggi dan jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Tidak kalah pentingnya adalah faktor atmosfer dan kondisi pengamat yang ikut menentukan kualitas tampakan hilal.

  1. Pengertian Hisab
Secara harfiyah hisab bermakna ‘perhitungan’. Di dunia Islam istilah ‘hisab’  sering digunakan sebagai metode perhitungan matematik astronomi untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.

Penentuan posisi matahari menjadi penting karena umat Islam untuk ibadah shalatnya menggunakan posisi matahari sebagai patokan waktu sholat. Sedangkan penentuan posisi bulan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam Kalender Hijriyah. Ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat orang mulai berpuasa, awal Syawal saat orang mengakhiri puasa dan merayakan Idul Fitri, serta awal Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di Arafah (9 Dzulhijjah) dan hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).

  1. Pengertian Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya matahari, serta ukurannya sangat tipis.

Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya. Perlu diketahui bahwa dalam kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, bukan saat tengah malam. Sementara penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada penampakan (visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 atau 30 hari.

Titik Tolak Permasalahan
                     Dalam literatur islam diceritakan bahwa jaman Rasulullah Muhammad SAW dahulu dalam menentukan rukyat berdasarkan penglihatan mata telanjang. Ketinggian hilal akan terlihat ketika posisi di atas 2 derajat. Oleh sebab itu, ketika hilal tidak nampak karena cuaca mendung maka akan digenapkan menjadi 30 hari sebagaimana bunyi hadits,  "Berpuasalah kalian karena melihat (ru’yah) hilal, dan berbukalah karena melihat hilal. Maka jika ia tertutup awan bagimu, maka sempurnkanlah bilangan Sya’ban tiga puluh.” (HR Bukhori dan Muslim).

                     Sementara dewasa ini metode Rasulullah Muhammad SAW dahulu hingga saat ini masih dipakai oleh beberapa umat islam untuk menentukan hilal (rukyat). Berdasarkan kesepakatan di kawasan Asia, tinggi hilal adalah 2 derajat. Maka, kemungkinan bulan sudah bisa terlihat. Perbedaan kriteria inilah yang menyebabkan perbedaan penentuan awal Ramadhan atau Idul Fitri. Selain bisa dilihat mata, ada kriteria lain, yaitu umur bulan delapan jam dan jarak antara matahari dan bulan sebesar tiga derajat. 

                    Di sisi lain, ada beberapa umat islam yang berpegang penuh melalui metode hisab yang berhenti di-wujudul hilal. Wujudul hilal adalah posisi bulan berada di atas 0 (nol) derajat. 

(Bersambung….)

Tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!

Bagi sidang pembaca yang ingin menambah wawasan beragama, silahkan download E-Book pertama saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH (silahkan klik tulisan/judul di samping yang berwarna biru untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download). saya juga telah me-launching E-Book kedua saya yang berjudul  MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. (silahkan klik tulisan/judul di samping yang warna biru untuk mengetahui tata cara dan ketentuan men-download).

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar