Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Nuzulul Qur’an
Sebelum memasuki uraian pembahasan apa itu Nuzulul Qur’an, mari kita
simak ayat Al-Qur’an berikut ini :
“(Beberapa hari yang
telah ditentukan itu) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...,(QS.
Al-Baqarah 2 : 185).
Setiap tanggal 17 Ramadhan, umat islam memperingati peristiwa Nuzulul
Qur’an sebagai bentuk penghormatan atas firman Allah SWT yang diturunkan
(diwahyukan) pertama kali pada paruh kedua bulan Ramadhan, 14 abad yang lalu,
melalui Rasulullah SAW saat berkhalwat di Gua Hira. Sebuah peringatan yang sebenarnya
memiliki arti yang sangat dalam, salah satunya yaitu sebagai bahan intropeksi
diri bagi umat islam dalam men-tadabbur-i
(merenungkannya) kalam Illahi. Tetapi sungguh disayangkan, banyak dari kalangan
umat islam sendiri tidak mau mengambil momentum ini sekaligus menggali lebih
jauh makna (hakikat) dari peringatan Nuzulul Qur’an.
Banyak dari umat islam sendiri yang menganggap bahwa peristiwa ini hanya
sebatas seremonial saja. Sungguh disayangkan. Padahal tidaklah demikian. Banyak
sekali hikmah yang terkandung di dalamnya, seperti mengapa Allah SWT menurunkan
Al-Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan? Apa hubungan Al-Qur’an dengan angka 17? Ternyata
dibalik peristiwa ini semua berkaitan erat dengan jumlah rakaat shalat fardhu
yang ditunaikan dalam sehari semalam. Shalat Isya’ terdiri dari 4 rakaat, Subuh
2 rakaat, Dhuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat dan Maghrib 3 rakaat, sehingga kalau
dijumlah secara keseluruhan sebanyak 17 rakaat.
Peringatan Nuzulul Qur’an sebenarnya juga memiliki makna untuk
mengingatkan kembali perilaku (sikap) umat islam dalam “membumikan” Al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an bukan saja firman Illahi dan mu’jizat yang diberikan
kepada Rasulullah SAW, tetapi esensinya adalah pedoman hidup umat islam sampai hari
kiamat, karena Al-Qur’an tidak akan pernah usang sampai akhir zaman. Pemahaman
ayat-ayatnya selalu memiliki makna yang up
to date sesuai perkembangan jaman. Tanpa berpedoman dengan Al-Qur’an maka
dapat dipastikan perilaku kita sehari-hari akan jauh dari kebenaran.
Memang kalau melihat perkembangan akhir-akhir ini dan minat mempelajari
kitab suci ini cukup menggembirakan, seperti banyak didirikan TPQ, metode atau cara
belajar membaca Al-Qur’an dengan waktu singkat atau Al-Qur’an dikemas dalam
bentuk media elektronik agar mudah dipelajari, dan yang tak kalah pentingnya
adalah masih diadakannya lomba MTQ secara periodik. Namun ini belumlah cukup
karena Al-Qur’an tidak hanya dipelajari dan dibaca. Justru yang terpenting
adalah memahami maknanya dan mengaplikasikan dalam perilaku (ahlak) kehidupan
sehari-hari. Sehingga umat islam betul-betul menjadi umat yang rahmatan lil ‘alamin.
Yang lebih memprihatinkan lagi banyak kalangan dari umat islam sendiri
jarang menyentuh Al-Qur’an, apalagi membuka, membaca dan mempelajari isinya. Kitab
suci ini hanya sebagai penghias lemari buku saja dan sebagai penunjuk identitas
agama yang dianutnya. Hal ini disebabkan umat islam kurang harmoni dalam me-manage waktu antara kebutuhan dunia dan
akhirat. Bahkan saat ini banyak yang tenggelam dalam aktivitas duniawi. Maka
tidak mengherankan bila dewasa ini banyak terjadi dekadensi moral, terutama di
kalangan kawula muda.
Sedikit uraian diatas sebenarnya syarat bila umat islam ingin
meraih Nuzulul Qur’an, yaitu menjaga ke-ajeg-an shalat fardhu (diisyaratkan
dengan tanggal 17 Ramadhan) serta bersedia mengaplikasikan Al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari. Insya Allah, bagi yang mampu menjalankannya akan
mendapatkan karunia Nuzulul Qur’an berupa pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, sesuai
dengan firman Allah SWT berikut ini,
“Kemudian Kitab itu Kami
wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu
diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada
yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
(QS. Fatir 35 : 32).
“Dialah yang mengajarkan
Al-Qur’an.”(QS. Ar-Rahman 55 : 2).
Cara Allah SWT mengajarkan pemahaman Al-Qur’an memang terkadang unik.
Dimana uniknya? Kadang pemahaman langsung diturunkan ke hati/dada hamba-Nya,
kadang anda diperjalankan dahulu baru kemudian dipahamkan ayat-Nya, dll.
Kondisi ini juga dialami Rasulullah SAW, dimana Allah SWT menurunkan pemahaman
Al-Qur’an secara bertahap. Tidak sekaligus.
”Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk
(membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian
sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya”. (Al-Qiyamah 75
: 16-19).
”Allah menganugerahkan al-Hikmah
(Kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia
kehendaki. Dan barang siapa
yang dianugerahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari
firman Allah).” (Surat Al-Baqarah 2 : 269).
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu,
sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. (Al-Baqarah
2 : 147)
Yang perlu menjadi catatan disini adalah beda
maknanya antara anda tahu (belajar sendiri, entah itu dari ustadz, buku, dll)
dan paham (diajarkan oleh Allah SWT). Tahu sifatnya sementara sehingga kadang
manusia akan lupa karena tahu adalah hasil dari olah pikir/otak. Sedangkan
paham sifatnya kekal karena hasil pengajaran Allah SWT yang ditanamkan dalam
hati hamba-Nya dan sang hamba mengalami peristiwa ayat tersebut. Proses ajar mengajar ini berlangsung terus
menerus sampai ajal menjemput. Sang hamba juga akan dipelihara dan dijaga oleh
Allah SWT selama masa hidup-Nya,
Insya Allah, Inilah makna hakiki dari Nuzulul Qur’an.
(Bersambung....)
Tetap ISTIQOMAH
untuk meraih ridho Allah SWT!!!
Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli
E-Book saya dengan cara men-download E-Book pertama saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH. Untuk menambah wawasan
beragama anda, silahkan membeli dan membaca juga E-Book Kedua saya yang
berjudul : MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH (silahkan klik judul E-Book yang berwarna merah untuk
mengetahui syarat dan ketentuannya). Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi,
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar