Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salah satu
pondasi dasar dalam beribadah yaitu harus disertai dengan keikhlasan. Ketika
seseorang dalam “maqam” ini maka ibadah yang dilakukannya tidak menjadi beban
sedikit pun karena didasari rasa yang senang. Dalam beribadah pada intinya
semata-mata hanya untuk menggapai rahmat dan ridho Allah SWT, dengan
mengesamping sesuatu dan apapun selain Allah SWT.
Apa jadinya bila ibadah
yang anda jalankan ingin dilihat orang? maka ibadah anda masuk kategori riya’; Apa
jadinya jika ibadah tersebut anda pamer-pamerkan di depan makhluk Allah SWT
lainnnya? Maka anda masuk klasifikasi sombong (ujub); Apa jadinya jika ibadah yang
anda kerjakan ingin dihargai/dihormati orang lain? Pastilah ibadah yang anda
jalankan tidak atau jauh dari ikhlas.
Ketika anda
mendirikan shalat sendiri atau berjamaah, maka yang dituntut keikhlasan,
sehingga shalat anda tidak menjadikan beban (kewajiban) bagi anda tetapi
menjadi suatu kebutuhan, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini,
“Katakanlah:
"Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua
atau sendiri-sendiri; …(QS. Saba’ 34:46).
Hal yang sama
juga dituntut keikhlasan ketika anda menjalankan ibadah puasa ramadhan. Ibadah puasa
ramadhan anda adalah “rahasia kemesraan tertinggi” karena yang tahu hanya antara
Allah SWT dengan diri anda sendiri, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari,
1761 dan Muslim, 1946 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah
sallallahu’alai wa sallam bersabda, "Allah berfirman,
‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan
membalasnya."
Lalu bagaimana jika ibadah
puasa ramadhan yang anda jalankan ingin dihormati atau dihargai orang lain yang
kebetulan tidak berpuasa?
Inilah dua posisi
yang membedakan antara orang yang di-iman-kan oleh Allah SWT dan meng-iman-kan
diri sendiri (baca artikel saya yang berjudul Sudahkah Kita Beriman?). Manusia yang di-iman-kan
oleh Allah SWT maka tidak terpengaruh oleh kondisi dan situasi lingkungan apapun
di mana dia menunaikan ibadah tersebut. Tidak ada rasa kekhawatiran dan
ketakutan bahwa ibadahnya terpengaruh oleh lingkungannya karena hamba “maqam”
ini dijaga langsung oleh Allah SWT saat menjalankan ibadah tersebut. Justru manusia jenis ini bersikap bijak
dengan menghormati, berempati dan bertoleransi kepada manusia lain yang
kebetulan tidak menunaikan ibadah puasa, tanpa takut terpengaruh sedikit pun.
Kondisi ini sangat jauh
berbeda bagi manusia yang meng-iman-kan diri sendiri (merasa beriman), maka ada
rasa ketakutan dan kekhawatiran pada dirinya yaitu jangan-jangan ibadahnya
tidak khusyu’ karena terpengaruh oleh kondisi dan situasi lingkungannya. Oleh
sebab itu dia menginginkan orang lain untuk menghormati dan menghargai. Lho kok
aneh ya? Beribadah itu semata-mata (ikhlas) karena Allah SWT, bukan pengin
dihormati orang lain. Apa jadinya kalau ibadah kita ingin dinilai orang lain?
Ikhlaskah anda?
Oleh karena itu yang
“dipanggil” Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan adalah
orang-orang yang beriman (lebih tepatnya telah di-iman-kan Allah SWT). Mengapa?
Karena ibadah ramadhan adalah salah satu moment untuk “menaikkan” level orang
beriman menjadi taqwa sehingga menjadi orang islam yang kaffah karena di akhir
ramadhan akan kembali menjadi fitrah.
“Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,..(QS.
Al-Baqarah 2:183)
Bagaimana agar
kita di-iman-kan Allah SWT dan meraih level taqwa? Riyadloh apa yang mesti
di-istiqomah-kan? Lalu bagaimana cara meraih lailatul qodar dan ke-fitrah-an?
Saya tidak mungkin menjabarkan dan menjawab pertanyaan tersebut dalam artikel
ini karena terbatasnya ruang dan waktu. Untuk itu silahkan baca dan membeli
E-Book saya dengan cara men-download E-Book pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH . Untuk menambah wawasan
beragama anda, silahkan membeli dan membaca juga E-Book Kedua saya yang
berjudul MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH (silahkan klik judul E-Book yang berwarna merah untuk
mengetahui syarat dan ketentuannya). Semoga bermanfaat.
Senantiasa
ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar