DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 10 Juli 2013

IKHLAS-LAH DALAM BERPUASA RAMADHAN


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

            Salah satu pondasi dasar dalam beribadah yaitu harus disertai dengan keikhlasan. Ketika seseorang dalam “maqam” ini maka ibadah yang dilakukannya tidak menjadi beban sedikit pun karena didasari rasa yang senang. Dalam beribadah pada intinya semata-mata hanya untuk menggapai rahmat dan ridho Allah SWT, dengan mengesamping sesuatu dan apapun selain Allah SWT.

Apa jadinya bila ibadah yang anda jalankan ingin dilihat orang? maka ibadah anda masuk kategori riya’; Apa jadinya jika ibadah tersebut anda pamer-pamerkan di depan makhluk Allah SWT lainnnya? Maka anda masuk klasifikasi sombong (ujub); Apa jadinya jika ibadah yang anda kerjakan ingin dihargai/dihormati orang lain? Pastilah ibadah yang anda jalankan tidak atau jauh dari ikhlas.

            Ketika anda mendirikan shalat sendiri atau berjamaah, maka yang dituntut keikhlasan, sehingga shalat anda tidak menjadikan beban (kewajiban) bagi anda tetapi menjadi suatu kebutuhan, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini,

Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; …(QS. Saba’ 34:46).

            Hal yang sama juga dituntut keikhlasan ketika anda menjalankan ibadah puasa ramadhan. Ibadah puasa ramadhan anda adalah “rahasia kemesraan tertinggi” karena yang tahu hanya antara Allah SWT dengan diri anda sendiri, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alai wa sallam bersabda, "Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya."

Lalu bagaimana jika ibadah puasa ramadhan yang anda jalankan ingin dihormati atau dihargai orang lain yang kebetulan tidak berpuasa?

            Inilah dua posisi yang membedakan antara orang yang di-iman-kan oleh Allah SWT dan meng-iman-kan diri sendiri (baca artikel saya yang berjudul Sudahkah Kita Beriman?). Manusia yang di-iman-kan oleh Allah SWT maka tidak terpengaruh oleh kondisi dan situasi lingkungan apapun di mana dia menunaikan ibadah tersebut. Tidak ada rasa kekhawatiran dan ketakutan bahwa ibadahnya terpengaruh oleh lingkungannya karena hamba “maqam” ini dijaga langsung oleh Allah SWT saat menjalankan ibadah tersebut.   Justru manusia jenis ini bersikap bijak dengan menghormati, berempati dan bertoleransi kepada manusia lain yang kebetulan tidak menunaikan ibadah puasa, tanpa takut terpengaruh sedikit pun.

Kondisi ini sangat jauh berbeda bagi manusia yang meng-iman-kan diri sendiri (merasa beriman), maka ada rasa ketakutan dan kekhawatiran pada dirinya yaitu jangan-jangan ibadahnya tidak khusyu’ karena terpengaruh oleh kondisi dan situasi lingkungannya. Oleh sebab itu dia menginginkan orang lain untuk menghormati dan menghargai. Lho kok aneh ya? Beribadah itu semata-mata (ikhlas) karena Allah SWT, bukan pengin dihormati orang lain. Apa jadinya kalau ibadah kita ingin dinilai orang lain? Ikhlaskah anda?

Oleh karena itu yang “dipanggil” Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan adalah orang-orang yang beriman (lebih tepatnya telah di-iman-kan Allah SWT). Mengapa? Karena ibadah ramadhan adalah salah satu moment untuk “menaikkan” level orang beriman menjadi taqwa sehingga menjadi orang islam yang kaffah karena di akhir ramadhan akan kembali menjadi fitrah.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,..(QS. Al-Baqarah 2:183)

            Bagaimana agar kita di-iman-kan Allah SWT dan meraih level taqwa? Riyadloh apa yang mesti di-istiqomah-kan? Lalu bagaimana cara meraih lailatul qodar dan ke-fitrah-an? Saya tidak mungkin menjabarkan dan menjawab pertanyaan tersebut dalam artikel ini karena terbatasnya ruang dan waktu. Untuk itu silahkan baca dan membeli E-Book saya dengan cara men-download E-Book pertama saya yang berjudul MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH . Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan membeli dan membaca juga E-Book Kedua saya yang berjudul  MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH (silahkan klik judul E-Book yang berwarna merah untuk mengetahui syarat dan ketentuannya). Semoga bermanfaat.

Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar