DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 20 September 2013

ANTARA ALLAH DAN TUHAN (2)


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Allah SWT Maha Adil, melalui Rasulullah Muhammad SAW, Allah SWT memberikan pengajaran bagaimana seharusnya umat islam berproses untuk mengenal Allah SWT dengan sebenar-benarnya.

Setiap manusia diberikan potensi (perangkat) yang sama untuk mengenal siapa sejatinya Allah SWT itu. Adapun potensi yang diberikan ada lima, yaitu otak, jiwa, akal, hati dan ar-ruh. Ketika manusia dapat menyambungkan ke lima potensi ini menjadi satu kesatuan utuh (sistem Tuhan) maka ar-ruh akan berkuasa (menjadi nahkoda) atas perilaku manusia. Inilah satu-satunya potensi manusia yang pernah berjumpa dengan Allah SWT sebelum ar-ruh dihembuskan ke dalam tubuh bayi saat berumur 4 bulan dalam rahim ibu (QS. Al-‘A-raaf 7:172). Namun sayang, seiring dengan bertambahnya usia, ar-ruh tenggelam dalam pusaran nafsu dan hingar binger kehidupan yang bersifat duniawi, sehingga terbelenggu di dalamnya.

Kembali lagi mengenai 5 (lima) potensi manusia. Secara tersirat, Allah SWT pun telah memerintahkan agar manusia memanfaatkan lima potensi itu dalam beribadah, dzikrullah dan lain sebagainya agar kesadaran kita senantiasa focus (khusyu’) kepada Allah SWT.

“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. (QS. Ar-Rad 13:21).

Ayat di atas selama ini hanya dipahami umat islam secara tekstual (tersurat) sebagai perintah (hanya sebatas) menjalin silaturahim antar manusia. Padahal maknanya tidak sesempit itu. Secara kontekstual (tersirat/takwil) maknanya lebih mendalam yaitu perintah untuk menyambungkan ke lima potensi manusia agar islam sebagai agama fitrah manusia berfungsi kembali sebagaimana kita sewaktu masih bayi yang terlahir dalam keadaan fitrah.

Tanpa mengfungsikan kelima potensi itu maka tidak mungkin manusia dapat berma’rifatullah (mengenal dan berjumpa Allah SWT). Ibarat sepeda motor baru dapat berfungsi dan bermanfaat ketika masing-masing bagian (spare part) digunakan secara bersamaan (dirangkai menjadi satu kesatuan utuh). Sepeda motor dapat berjalan ketika mesin, roda, accu, karburator, kerangka body, dan perangkat lainnya terangkai menjadi satu kesatuan utuh menjadi satu sistem yang saling mendukung. Tidak mungkin sepeda motor dapat berjalan kalau masing-masing perangkatnya terpisah. Demikian pula manusia tidak akan mampu meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam mengenal Allah SWT, paham Al-Qur’an dan lain sebagainya, kalau umatnya tidak mau meneladani apa yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW dulu sewaktu di gua Hira’ dengan memanfaatkan kelima potensi ini.

Saat ini kebanyakan umat islam hanya melihat perilaku (sunnah) Rasulullah SAW berdasarkan out-putnya (hasilnya/Setelah diangkat menjadi Nabi) saja tentang apa yang dilakukan beliau, tetapi melupakan apa yang menjadi penyebab (input/proses/saat beliau ummi) sehingga Rasulullah SAW dapat berperilaku begitu mulia (akhlaqul kharimah). Padahal secara jelas dan terang, Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk melihat, mempelajari, memahami dan mengamalkan tentang apa yang ada dalam diri Rasulullah SAW sebagai manusia biasa sehingga menghasilkan budi pekerti luhur dan pada akhirnya beliau diberi derajat Nabi.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab 33:21).
           
Dari ayat di atas sangatlah jelas, kata “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah…” menunjukkan apa yang ada pada diri manusia untuk mengenal dan berjumpa Allah SWT dalam beribadah, sehingga umat islam diperintahkan untuk melihat potensi (otak, akal, jiwa, hati dan ar-ruh) apa yang diberikan Allah SWT pada diri Rasulullah SAW sebagai manusia biasa. Umat islam pun diberikan potensi yang sama dengan yang dimiliki beliau. Artinya, selaku manusia biasa, Rasulullah Muhammad SAW dan nabi lainnya juga telah diberikan lima perangkat untuk beribadah seperti otak (IQ), hati (EQ), an-nafs (jiwa), akal dan ar-Ruh (SQ). Beliau mampu memanfaatkan kelima potensi ini menjadi satu kesatuan sehingga out put yang dihasilkan adalah akhlaqul kharimah karena ar-ruh berkuasa atas diri beliau. Suri teladan (uswatun hasanah) ini yang seharusnya diamalkan dan diteladani umat islam untuk mengenal Allah SWT (ma’rifatullah). Adapun yang membedakan antara umat dan Rasulullah Muhammad SAW adalah nur kenabian (nur nubuwah)/derajatnya.

“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ibrahim 14:11).

Berfungsinya ar-ruh ini tidak saja sebagai media untuk berjumpa dengan Allah SWT saat beribadah (Ash-Sholatu Mi’rajul Mu’miniin~Sholat adalah mi’raj-nya orang mukmin), tetapi juga menyebabkan manusia memiliki akhlak yang mulia sebagaimana Rasulullah Muhammad SAW sehingga  mendapat predikat uswatun hasanah.

Kondisi inilah yang sering tidak diperhatikan dan disadari oleh umat beliau, karena kebanyakan mereka lebih memperhatikan output (hasil/sunnah)-nya saja, tanpa menghiraukan input (proses-nya) untuk meraih akhlaqul karimah dan derajat tertinggi yaitu mukhlasin. Ibarat kita ingin membuat masakan yang enak, dan lezat, namun tidak pernah mengerti dan paham apa saja bahan bakunya, cara meracik bumbu, tahapan yang harus dilakukan untuk mengolahnya, kepada siapa harus belajar memasaknya, maka mustahil dapat menghasilkan makanan yang kita inginkan.

Allah SWT itu mempunyai sifat Adh-Dhahir (Nyata) dan Al-Bathin (Ghaib), kedua sifat ini tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan utuh. Kalaulah umat islam sendiri menggunakan perangkat yang tidak tepat (tidak meneladani Rasulullah Muhammad SAW) dalam beribadah dan riyadloh, tentulah tidak akan mungkin berjumpa dengan Allah SWT dan hanya berjumpa dengan Tuhan-Tuhan hasil rekayasanya, baik berupa persepsi huruf/tulisan Allah SWT maupun media-media tertentu. Padahal secara jelas dalam Al-Qur’an, (melalui pelaksanaan rukun islam yang tepat untuk dapat membuktikan rukun iman), puncaknya seorang hamba akan di-syahadat-kan (bukan hanya sebatas ucapan dibibir saja) dan diperkenalkan oleh Allah SWT sendiri, tentang siapa sejatinya Allah-nya manusia dan alam semesta.

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”. (QS. Al-Insyiqaaq 84:6).

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaha 20:14).
                       
                        Dari uraian ringkas dapat disimpulkan, bahwa bila wujud Allah SWT hanya dipersepsikan atau diimajinasikan, maka itu bukan sejatinya Dzatullah, tapi Tuhan-Tuhan buatan manusia sendiri melalui “rekayasa” file dalam otaknya karena tidak pernah meneladani cara berproses Rasulullah SAW, mulai dari ummi menjadi Nabi.

Adapun sejatinya Allah SWT adalah ketika manusia mampu memfungsikan ar-ruh (atas ijin Allah SWT) sehingga dapat berjumpa dengan Dzatullah yang didahului dengan proses dikenalkan melalui Asma, Sifat dan Af’al-Nya. Dan ini dapat dilakukan dengan meneladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW (cara ber-spiritual Rasulullah SAW dalam ber-ma’rifatullah). Inilah yang membedakan antara Allah SWT dan Tuhan.

            Lalu bagaimana memanfaatkan kelima potensi tersebut? Riyadloh apa yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW mulai dari ummi (sebelum diangkat menjadi nabi) sampai beliau diangkat menjadi nabi? Pengalaman dan tahapan spiritual apa saja yang diraih Rasulullah SAW sehingga mencapai maqam muhlasin? Pembahasan lebih jauh silahkan membeli E-Book saya dengan cara mendownload di bawah ini. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html     (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).

Semoga bermanfaat!!!

Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar