DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 29 Mei 2009

Allah Tertinggal Di Mekah


ALLAH TERTINGGAL DI MEKAH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dimuliakan dan dirahmati Allah SWT.

Ketika anda membaca judul di atas, saya yakin tentunya anda berpikir, maksudnya apa tuh judul? Tenang aja sahabat...just relax. Oke..sebelum anda membaca uraian singkat artikel saya, boleh dong sekali-kali kita sersan (serius tapi santai) dengan diselingi joke, biar tidak tegang dan terus menerus memikirkan judul diatas. Singkat cerita begini :

Konon terjadilah persahabatan antara 2 orang, yang satu berasal dari arab dan satunya tentu dari Indonesia. Kedua bersahabat karena dipertemukan dalam forum bisnis perdagangan kain. Suatu hari pedagang arab itu menelepon sahabatnya (mitra dagangnya) yang berada di Indonesia dan complain atas kiriman kain darinya. Dan terjadilah pembicaraan singkat (tentunya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia..he..he).

”Assalamu’alaikum!”

”Wa’alaikumussalam!”

”Ente, gimana sih! Katanya kain yang anda kirim memiliki kualitas yang baik. Tapi ternyata setelah dicuci kok ada yang luntur!” kata orang arab dengan nada agak tinggi.

”Sabar...sabar sahabat jangan marah-marah!”

”Mau sabar bagaimana? Banyak pedagang yang ambil kain di tempat saya pada complain. Padahal kan jelas disitu tertulis ”DITANGGUNG TIDAK LUNTUR”...tapi kenyataannya luntur!”

”Wah anda salah sahabat!”

”Salah bagaimana?” sahut pedagang arab dengan nada tambah tinggi.

Dengan tenang, orang Indonesia itu menjawab, ” Itu kalau dibaca oleh orang Indonesia (mengeja tulisan dari kiri ke kanan) DITANGGUNG TIDAK LUNTUR, tapi coba kalau dibaca oleh orang arab (mengeja tulisan dari kanan ke kiri), kan bacanya ”LUNTUR TIDAK DITANGGUNG!”

Orang arab itu jadi bengong. Tapi sudah itu hanya joke saja. Atas nama profesionalitas antara kedua sahabat itu terjadi kesepakatan bahwa kain yang luntur akan diganti.

Ya...memang begitulah, ternyata bangsa Indonesia dan Arab telah lama terjadi hubungan emosional yang mesra (perdagangan, beasiswa belajar, bahkan TKI...he...he..). Bahkan ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, maka negara Arab Saudi-lah yang pertama kali mengakui dan memberikan dukungannya.

Saking mesranya hubungan dua negara, beberapa tahun yang lalu jumlah jemaah Haji Indonesia yang menunaikan ibadah tersebut jumlah bejibun, karena tidak dikenakan kuota. Dengan alasan keselamatan dan pengaturan yang lebih mudah maka dalam 2-3 tahun terakhir jumlahnya dibatasi.

Makanya dari dulu sampai sekarang saya sempat berpikir, apakah dalam era krisis moneter dan moneter (tahun 97-an) dan krisis ekonomi global saat ini (2008-2009), Indonesia terkena dampaknya? Ya..ada sih cuma nggak 100%. Mau contoh? Lihatlah daftar tunggu jemaah haji reguler yang harus menunggu 2 tahun untuk berangkat ibadah ke tanah suci Mekah...belum termasuk yang memakai fasilitas Haji Plus dan ibadah Umroh. Ini berarti masih banyak orang Indonesia yang makmur dan tidak 100% terkena dampak krisis.

Ngomong-ngomong tentang trend orang Indonesia yang sering pergi menunaikan ibadah haji memang tidak habis-habisnya. Padahal ibadah haji ini hanya wajib dilakukan satu kali seumur hidup bagi umat Islam, itupun dengan catatan bagi yang mampu.

Ada berbagai alasan mengapa beberapa orang yang sering pergi menunaikan ibadah Haji (ada ungkapan berupa gelar HASTA : Haji Setiap Tahun) dan salah satu alasannya adalah sungguh nikmat ibadah di Mekah, karena tidak pernah terlintas segala problematika dan kesibukan dunia, yang ada hanya ibadah kepada Allah SWT. Sehingga ibadahnya (terutama shalatnya) tambah rajin dan lebih khusyu’ baik itu shalat fardhu maupun sunnah. Namun ketika mereka kembali ke Tanah Air rasa khusyu’ itu hanya beberapa hari saja terpahat dan membekas di setiap ibadah shalatnya, setelah itu hambar lagi. Makanya untuk memperoleh rasa khusyu’ itu mereka kembali ke Mekah untuk beribadah Haji maupun Umroh.

Inilah yang menjadi problematikanya. Kenapa rasa khusyu’ harus diperoleh ketika pergi menunaikan ibadah haji atau umroh, khususnya ketika sholat di Masjidil Haram dan di depan Ka’bah? Kenapa ketika kembali ke Tanah Air ibadahnya lama-lama kok tidak khusyu’? Padahal ibadah itu sama-sama menghadap dan menyembah Allah SWT. Kalau begitu jangan-jangan Allah SWT tertinggal di Mekah, sehingga ketika ingin beribadah kepada Allah SWT harus kembali lagi ke Mekah? Bukankah Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman,

QS. An-Nissa’ ayat 126 :”...Allah meliputi segala sesuatu...”.

QS. Al-Baqarah ayat 186 :”Kepunyaan Allah Timur dan Barat, kemana kamu menghadap maka disana wajah Allah”.

QS. Al-Hadid ayat 4 :”...Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

QS. Qaaf ayat 16 :”...dan Kami (Allah) lebih dekat kepadanya (manusia) daripada urat lehernya (manusia)”


Artikel ini bukahlah untuk menyindir atau merendahkan tata cara ibadah umat Islam khususnya haji dan umroh, dan tidak ada selintaspun dalam diri saya kesombongan bahwa ibadah saya yang lebih baik dan sempurna. Namun artikel ini sebagai bahan renungan dan instropeksi bersama, sehingga ketika umat Islam menyembah Allah SWT tidak terpesona kepada ciptaan-Nya. Kita harus memurnikan ibadah semata-mata karena Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fahri
Shalat Center-Halaqoh Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com


Kamis, 28 Mei 2009

Fitrah Manusia Adalah Mengenal Allah


FITRAH MANUSIA ADALAH MENGENAL ALLAH SWT

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Para sahabat yang dimuliakan, dicintai dan dirahmati Allah SWT.

Cara manusia dalam beragama memang kadang-kadang semau gue, seenaknya sendiri, sak enak udele dewe (orang jawa bilang). Seringkali Tuhan dinomor-sekiankan untuk mengurusi kebutuhan duniawinya dan memenuhi keinginan nafsunya. Bahkan karena kurang ajarnya, kaum atheis berpendapat bahwa Tuhan itu tidak ada. Manusia lahir, hidup dan mati di dunia ini ya karena proses alami saja. Astaghfirullah!

Memang seringkali tingkat kesadaran manusia lebih rendah dari binatang (terhijab), sehingga tidak menyadari betapa manusia adalah makhluk yang lemah. Coba perhatikan kalau anda mengaku bahwa mata ini milik anda. Ini berarti anda berhak mengatur sendiri mata anda.

Kalau memang begitu pengakuan anda, coba jangan kedipkan mata anda selama 5 menit saja! Mampukah anda? Saya jamin anda tidak mampu. Lalu siapa yang menggerakkan mata anda selama ini secara reflek dan otomatis? Tentu saja Allah, SWT. Ini juga berlaku atas nafas anda, jantung anda, paru-paru anda, dll. Sadarkah anda selama ini?

Namun serendah-rendahnya manusia, pada suatu saat nanti, disadari atau tidak disadari manusia kan merindukan Sang Pencipta dan Pelindungnya, terutama ketika manusia dihadapkan pada suatu masalah yang dia tidak sanggup lagi. Meskipun setelah datang pertolongan dari Allah SWT, pada akhirnya banyak yang ingkar kembali. Coba perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

”Dan apabila manusia itu ditimpakan kemudharatan dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan itu dan dia mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah :”Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka” (QS Az-Zumar 39 : 8).

”Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata:”sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanya kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. Az-Zumar 39 : 49).

Dalam hadits Qudsi Allah SWT berfirman :”Sesungguhnya kalau bukan karena sebagian dari hamba-hamba-Ku adalah orang-orang yang shaleh, maka akan Ku-musnahkan seluruh peradaban manusia!” (diterjemahkan secara bebas tanpa mengurangi esensinya).

Ya...ini semua karena Rahmah dan Rahim (Cinta dan Kasih Sayang) Allah SWT lebih luas dibandingkan murkanya. Coba anda bayangkan kalau benar-benar Allah SWT marah kepada kita? Mau jadi apa manusia ini?

Mengapa manusia tidak mau belajar dari peristiwa musnahnya raja Namrud dan bala tentara ketika Allah SWT menghukum mereka dengan mengirim burung Ababil yang membawa batu dari neraka? Mengapa manusia tidak belajar dari hancurnya raja Fir’aun dan pasukannya ketika ditenggelamkan Allah SWT di laut? Dan banyak peristiwa lain tentang azab Allah SWT kepada manusia yang terangkai dan tertulis dalam Al-Qur’an.

Pada umumnya suara fitrah manusia muncul terdengar dan menjerit memanggil Rabb-nya manakala manusia dihadapkan malapetaka, kesulitan yang dahsyat. Saat itu manusia baru patuh, tunduk, khusyuk, tawakal & tidak ingkar kepada-Nya.

”Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mareka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai daratan, lalu sebagian meraka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar”. (QS Luqman 31:32).

”Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal dilautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan; niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia (Allah). Maka tatkala Dia (Allah) menyelematkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Allah) yang menjungkir-balikan sebagian daratan bersama kamu atau Dia (Allah) meniupkan (angin yang keras membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang perlindungan bagi kamu, atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taufan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami”. (QS. Al-Isra’ 17 : 66-69).

”Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhan-Nya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Allah merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya”. (QS. Ar-Rum 30 : 33).

Oleh karena itu sebagai manusia sepatutnya kita tetap pada agama yang lurus, yaitu Islam.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga Allah SWT merahmati dan meridhoi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Fahri
SC-HSS

Rabu, 27 Mei 2009

Stop, Jangan Berpikir Tentang Besok


STOP! JANGAN BERPIKIR TENTANG BESOK

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sidang Pembaca dan Sahabat yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Salah satu sifat yang melekat pada diri manusia adalah rasa kuatir. Entah kuatir tentang kecukupan rezeki, datangnya kematian, keterjaminan masa depan, dll. Oleh karena itu agar masa depannya tertata biasanya kita membuat rencana untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Bagi sebuah perusahaan umumnya berpedoman pada RKAP (Rencana Kerja Anggaran dan Pendapatan) baik itu untuk jangka waktu 1 tahun (pendek), 5 tahun (menengah) bahkan 10 tahun (panjang).

Bagi seorang pelajar bercita-cita ingin menjadi yang diinginkan, maka dia kan belajar keras, harus masuk di sekolah favorit mana, masuk universitas mana dan jurusan apa, dll. Manusia wajib berikhtiar dan ini sangatlah manusiawi.

Kita sering mendengar disetiap ceramah keagamaan bahwa manusia wajib untuk berikhtiar dan berusaha kemudian ditambah dengan kutipan ayat dalam Al-Qur’an bahwa ”Allah tidak merubah suatu kaum kalau kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri” (terjemahan bebas tanpa mengurangi esensinya). Namun banyak dari kita sering menerima penjelasan tersebut tanpa mencoba membuka kembali ayat tersebut, karena ayat tersebut masih ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Coba perhatikan ayat tersebut secara lengkap.

”Sesungguhnya Allah tidak merubah sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS Ar-Rad 13 : 11).

Maksud dari ayat diatas adalah manusia boleh berencana namun bila gagal janganlah kita kecewa, stress, menganggap bahwa Allah tidak sayang dan adil, dll. Dalam suatu hadits Qudsi Allah SWT berfirman: ”Manusia boleh berencana, namun rencana-Ku adalah yang terbaik”.

Manusia sering beranggapan bahwa apa yang diinginkan pastilah yang terbaik buat dirinya. Namun dari sisi Allah bisa berbeda, bahwa yang menurut anggapan manusia itu baik belum tentu di sisi Allah baik. Begitu pula sebalik, menurut pandangan manusia sesuatu itu buruk, namun dari sisi Allah justru baik.

”Dan tawakallah kepada Allah! Cukuplah Allah menjadi wakilmu (tempat menyerahkan segala urusanmu)..” (QS Al-Ahzab 33 : 3).

Rasa kuatir biasanya menyelimuti manusia yang tingkat keimanannya belum sempurna. Dalam perilaku Rosululloh SAW kesehariannya, rasa kuatir sangat jauh darinya, begitu pula dengan para sahabat. Mereka men-sodaqoh-kan kekayaannya untuk perjuangan umat islam dan kemashlatan fakir miskin. Harta bagi mereka hanyalah titipan Allah, dan kewajiban mereka selaku khalifatullah mendistribusikan kepada yang memerlukannya.

Bahkan pernah suatu hari Rosululloh SAW setelah selesai meng-imam-i sholat pulang tergesa-gesa. Hal ini membuat bingung dan penasaran para sahabat, maka kemudian mereka bertanya, ” Ya, Rosululloh, kenapa Anda pulang tergesa-gesa setelah sholat?”. Dengan lembut Beliau menjawab, ”Saya teringat masih ada sedikit uang yang tersisa untuk hari ini, maka Aku ingat men-sedekah-kannya”. Subhanallah! Begitu lembutnya hati Rosululloh SAW kepada fakir miskin. Kita yang mengaku sebagai umat Rosululloh SAW, paling tidak harus meniru kehidupan Beliau, meskipun belum sempurna.

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh SAW itu suri teladan yang baik bagimu..” (QS. Al-Ahzab 33 : 21).

Rosululloh Muhammad SAW dan para sahabat tidak pernah memikirkan apa yang terjadi besok pagi, karena Beliau dan para sahabat yakin bahwa Allah SWT akan menjamin hidup mereka. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT memperingatkan kepada umat Islam tentang hari esok.

” ..dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok..” (QS. Luqman 31 :34).

” Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu : sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi..” (QS. Al-kahfi 18 : 23).

Ya...kita sebagai manusia tidak tahu dengan apa yang akan terjadi besok, bahkan untuk hari ini pun, satu jam ke depan-pun, kita tidak akan tahu yang akan terjadi pada kita. Manusia boleh berencana, namun bila apa yang diinginkan tidak tercapai itu semata-mata rencana Allah dan kita ridho aja menerimanya, sehingga hidup menjadi ringan. Mengalir seperti air. Kita ikut kehendak Allah saja, tunduk dan patuh. Sehingga nggak perlu stress, kecewa, ngamuk-ngamuk, mengumbar emosi, dll.

Sedikit pesan dari SC-HSS:

”Janganlah melihat ke belakang hidup kita maka rasa ketakutan akan menyelimuti karena kesalahan dan dosa-dosa kita. Janganlah berpikir tentang besok maka kebingungan akan membelenggu kita. Berpikirlah sekarang ini yang sedang kita jalani dengan tetap menjaga kesadaran (ihsan) kepada Allah SWT”

Demikian sedikit sumbangsih yang dapat saya sampaikan kepada para pembaca dan sahabat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
Shalat Center-Halaqoh Sampangan Semarang.

Selasa, 26 Mei 2009

Bermain Dengan Logika Terbalik


BERMAIN DENGAN LOGIKA TERBALIK

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sahabat yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Saya sebelumnya minta maaf karena hampir seminggu artikel saya tidak tayang, karena hampir 5 hari kantor tempat saya bekerja kebetulan ada rezeki sehingga karyawan dan keluarga dapat berpariwisata ke Bali.

Oke, tidak perlu berpanjang lebar, saya ingin mengajak para sahabat untuk ”bermain” dengan logika terbaik. Inti dari artikel ini adalah bahwa apa yang kita pandang selama ini benar ternyata terjadi salah kaprah dalam memaknainya. Saya hanya mencontohkan tiga hal, dan semoga para sahabat dapat menambahkan yang lainnya.

Pertama, Kelahiran dan Kematian

Ketika keluarga atau saudara kita mendapat momongan atau anggota baru berupa bayi, biasanya kita diliputi oleh rasa suka cita, apalagi kelahiran itu adalah anak pertama. Kesibukan meliputi kita, tak jarang jauh-jauh hari sudah mempersiapkan nama, pakaian, keperluan bayi, bahkan bagi kalangan jet set mereka telah mempersiapkan kamar bayi dengan berbagai dekorasi beserta pernak-perniknya yang melebihi kamar hotel dan menyambut kehadirannya dengan pesta yang meriah.

Disisi lain ketika keluarga kita, entah itu orang tua, suami/istri, anak, saudara dan orang terdekat kita meninggal maka kesedihanlah yang menyelimuti. Tak jarang berhari-hari kesedihan dan tangisan masih menggelayuti perasaan kita.

Secara manusiawi hal kejadian diatas adalah wajar. Namun saya mencoba mengajak para sahabat untuk bermain logika terbalik.

Logika Terbalik :

Dunia adalah tempat yang penuh dengan godaan (keindahan semu), kekerasan, ketidakadilan, pertumpahan darah, penindasan, dll. Selain itu manusia juga harus bersusah payah dan bekerja keras untuk mencari sesuap nasi, itupun syaratnya harus halal. Jadi apanya yang enak. Seharusnya ketika keluarga, saudara, dan temen dekat kita mendapat momongan maka perasaan duka citalah yang harus timbul. Mengapa? Karena kita tidak tahu betapa sang bayi harus menempuh perjalanan panjang yang penuh liku-liku agar hidupnya selamat dan sejahtera di dunia dan akhirat. Beginilah seharusnya kita menyikapi kelahiran sang bayi.

Apabila orang tua, suami/istri, anak, saudara atau teman dekat kita meninggal, sementara dia adalah salah satu hamba Allah SWT yang dikasihi, diberikan nikmat islam, iman dan ihsan serta diberikan rahmat dan ridho-Nya, maka ketika dia berpulang ke rahmatullah dalam keadaan husnul khotimah seharusnya kita bersuka cita, karena dipastikan dia akan menemui Allah SWT. Karena kematian adalah rahmat Allah SWT yang besar baginya, karena sang hamba akan melepaskan kerinduannya untuk bertemu dengan Rabb-nya.

”..Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.. (QS At –Taubah 9 : 40).

”..adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah...(QS Al-Baqarah 2 : 165)

”Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam sungai-sungai yang dibawahnya mengalir sungai-sungai..(QS Al-Hajj 22 : 23)

Kedua, Kekayaan dan Kemiskinan

Kekayaan identik dengan berlimpahnya harta benda/materi, perusahaan ada dimana-mana, rumah tidak hanya satu dua, mobil berderet. Bagi sebagian orang, dengan kekayaan inilah mereka akan disanjung dan dihormati. Biasanya manusia jenis ini tidak akan merasa puas dengan apa yang telah diperoleh. Mereka terus menerus mencari jalan untuk memperturutkan hawa nafsunya (keinginan) bagaimana cara menambah pundi-pundi kekayaannya.

Sementara kemiskinan adalah identik dengan jenis manusia yang tidak memiliki harta benda, rumah dari bambu (sudah mau rubuh lagi), pakaian lusuh, dan hidupnya selalu jadi bahan tertawaan, hinaan, dan cemoohan orang-orang disekitarnya.

Logika Terbalik :

Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT, hendaknya manusia beriman memandang dunia sebagai tempat pijakan (ladang) akhirat dan kita tidak boleh terhanyut dalam buaian irama dunia. Untuk itu sikap zuhud diperlukan, yaitu kosongnya hati dari kecenderungan kepada sesuatu yang melebihi ukuran kebutuhan dunia. Coba bayangkan manusia normal itu untuk makan perlu berapa piring sih dalam sehari? Paling ya tiga. Kalau tidur kita perlu berapa luas serta jumlahnya sih? Paling ukuran 2 meter x 180 cm dan jumlahnya 1 ranjang, cukupkan? Begitu juga dengan mobil, rumah, dll. Inilah yang dinamakan kebutuhan. Namun banyak orang yang terjebak dengan keinginan (bukan kebutuhan). Dan apabila hartanya hilang atau rusak dia akan merasa sedih.

Kalaupun bila kita diberi nikmat berlimpah berupa materi/harta benda yang halal, ia akan mengingatkan dalam hati bahwa itu milik Allah. Harta adalah amanah dari Allah kepada manusia, maka harta itu bisa diambil oleh Allah kapan saja. Karena itu manusia yang beriman menggunakan harta tersebut sesuai syari’at (di-sadaqoh-kan,di-infaq-kan, di-zakat-kan, di-wakaf-kan, dll). Adalah kewajiban mencari harta seukuran dengan kebutuhan dari harta dunia yang halal. Inilah yang dinamakan kaya, tidak merasa memiliki apa yang dipunyai. Semua milik Allah, dan kita ditugasi untuk mendistribusikan ke manusia dan makhluk lainnya.

”Tidaklah kehidupan dunia melainkan harta benda yang memperdayakan”. (QS Ali-Imran 3 : 185).

”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta & anak...(QS Al-Hadid 57 : 20).

”..Janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah”. (QS Luqman 31 :33).

Ketiga, Sehat dan Sakit.

Sehat adalah identik dengan tubuh yang bugar, fisik yang sempurna, dll. Sementara sakit identik dengan bermasalahnya salah satu organ fisik. Selama ini kita beranggapan bahwa fisik/raga/tubuh manusia adalah segala-galanya dan menjadi tolok ukur sehat dan tidaknya manusia tersebut. Anda pernah mendengar ungkapan ”Men sana in Corpore sano” yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Logika Terbalik:

Saya tidak setuju dengan ungkapan diatas, justru harus sebaliknya. Ternyata timbulnya segala penyakit berasal dari perilaku dan akhlak kita. Banyak kok atlit yang tiba-tiba terserang stroke, atau manusia yang menjaga mati-matian berat badannya justru mengalami masalah.

Ternyata timbulnya segala penyakit berasal dari perilaku kita sendiri. Orang yang gampang iri maka akan terserang vertigo dan migran. Orang yang pendendam mudah terserang ginjal, kanker dan tumor. Orang yang kekuatirannya berlebihan akan mudah terkena hipertensi, jantung, kolesterol, migran, dll. Sedangkan pola makan kadang-kadang hanya menjadi pemicunya saja.

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS.

Selasa, 19 Mei 2009

Musyrikin-kah Kita? (Sebuah Renungan)


MUSYRIKIN-KAH KITA? (SEBUAH RENUNGAN)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Para sahabat yang dimuliakan, dicintai dan dirahmati Allah SWT.

Pada artikel kali ini saya coba untuk mengungkap kriteria manusia yang termasuk golongan musyrikin (menyekutukan Allah SWT), sedang perilakunya disebut Musyrik. Ini sungguh penting, mengingat apabila kita meninggal namun dalam kondisi musyrik maka laknatullah dan siksa nerakalah yang akan didapat. Na’udzubilahi min dzalik!.

Kita sebagai umat Islam dituntut Allah SWT dalam menyembah bukan hanya pada taraf wajibul yaqin dan ’ainul yaqin tetapi haqul yaqin!

”dan sembahlah Tuhanmu sampai dengan kepadamu yang diyakini”. (Surat Al-Hijr 15 : 99)

Apa saja yang termasuk golongan musyrik?

a. Menduakan Allah SWT.

”Tidak Aku ciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Ku”. Begitulah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Nur Karim yang ditujukan kepada makhluk ciptaan-Nya. Akan tetapi manusia sering lalai dan lupa diri, ketika mereka melihat keindahan semu dunia. Bahkan yang paling tragis adalah manusia beranggapan bahwa dunia tempat selama-lamanya manusia hidup. Padahal dunia hanyalah sarana untuk mencapai kehidupan kekal di akhirat.

Apa yang terjadi kemudian? Banyak manusia mempertuhankan yang namanya harta (uang, mobil, perhiasan, dll), manusia (keluarga atau orang yang diidolakan), tahta, dll. Jadi definisi berhala bukanlah sesempit pada jaman dulu yang identik dengan patung.

Bahkan di jaman globalisasi dan millenium seperti saat ini masih banyak manusia yang meminta pertolongan pada pohon tua/dikeramatkan (karena ada penunggunya yaitu jin), datang ke paranormal untuk mohon pertolongan (jodoh, rejeki, pangkat, sakit) yang secara syariat islam tata caranya melenceng jauh, dll. Sungguh banyak manusia yang tertipu.

Bahkan ketika kita sholat, arah sholat kita benar-benar tidak tertuju pada Allah SWT, tetapi justru mengingat pada masalah-masalah dunia yang dihadapi. Dan secara halus kebanyakan umat islam tidak menyadari bahwa ini termasuk syirik!. Coba perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

”Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”. (Surat An-Nisa’ 4 : 36)

”Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka”. (Surat An-Nisa’ 4 : 117)

”Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu...” (Surat Al-An’am 6 : 100).

Padahal ”tuhan-tuhan” kaum musyrikin itu tidak dapat memberikan kemudharatan dan kemanfaatan sedikitpun. Semua yang terjadi sebenarnya adalah atas ijin Allah SWT.

”Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan...” (Surat Yunus 10 : 18).

b. Manusia Yang Bangga Dengan Golongannya.

Cobalah sahabat meluangkan waktu sejenak untuk browsing di internet melihat website yang membahas mengenai islam. Dari yang pernah saya lihat sebagian dari website tersebut isinya...Masya Allah...menghujat dan mengolok-olok kepada kelompok islam lainnya. Hati saya sungguh sedih begitu membaca artikel-artikel yang ditampilkan. Beginikah perilaku umat islam? Padahal agama diturunkan Allah SWT untuk manusia supaya hatinya lembut...sekali lagi supaya hatinya lembut. Apakah mereka tidak memperhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)...” (Surat Al-Hujurat 49 : 11).

Bahkan mereka beranggapan bahwa kelompoknya adalah yang paling benar dibanding dengan kelompok lainnya. Syurga bahkan sudah dikapling milik golongannya, sedang umat islam lain yang tidak masuk kelompoknya dikapling di neraka. Bahkan ada yang mengkafir-kafirkan umat islam lain. Sungguh hati saya seperti ditusuk-tusuk dan ngeri melihat perilaku mereka. Kok sempit banget ya pandangan dan pengetahuan mereka. Perlu saya ingatkan bahwa kebenaran (mutlak) hanya milik Allah SWT. Mereka kebanyakan tidak menyadari bahwa perilaku mereka termasuk golongan manusia Musyrikin.

”...Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik), yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka”. (Surat Ar-Rum 30: 32)

Makanya Allah mengingatkan dari dulu sampai sekarang bahkan sampai kapanpun orang-orang musyrik akan senantiasa lebih banyak daripada yang beriman.

”Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)...(Surat Yusuf 12 : 106).

Karena iman adalah hidayah Allah yang diterima seseorang, tidak bisa diusahakan sendiri. Barang siapa mengimankan dirinya sendiri mereka itulah yang mempertuhankan nafsunya. Mareka orang yang senang menyalahkan orang lain dan membenarkan dirinya.

Sebelum saya akhiri artikel ini, saya petikan salah satu firman Allah sebagai rambu-rambu hidup kita.

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (Surat An-Nisa’ 4 : 48).

Demikian sedikit sumbangsih saya, semoga bermanfaat bagi para sahabat dan sidang pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Fahri
SC-HSS



Senin, 18 Mei 2009

Munajat Cinta Seorang Hamba


MUNAJAT CINTA SEORANG HAMBA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat yang dimuliakan, dicintai dan dirahmati Allah SWT. Ijinkanlah saya menyuarakan hati nurani saya dalam bentuk puisi bukan dalam bentuk artikel. Semoga para sahabat dapat mengambil hikmah dan semoga bermanfaat.

Wal ’Ashri...(Demi Sang Pencipta Masa)
Kebingungan demi kebingungan membelenggu diriku
Jalan curam dan terjal penuh pendakian, berselimutkan keringat darah
Duhai Kekasih, hamba sungguh rugi melalaikan waktu yang terus mengejarku

Rangkaian do’a demi rangkaian do’a, ku panjatkan sepanjang waktu
Jeritan hati, lolongan nurani dan tangisan insani
Untaian kerinduan demi meraih cinta yang sejati
Dimana Engkau duhai Sang Kekasih?

Buta matahatiku, hilang kesadaran akalku, diberangus yang palsu
Ternyata Sang Kekasih Sejati
Begitu dekat...bahkan sangat-sangat dekat
Lebih dekat daripada urat leherku

Kini telah kutemukan Engkau
Semata-mata karena rahmat dan ridho-Mu
Kau hujamkan iman dalam dadaku bersama cinta dan kasih sayang-Mu
Kudekap erat, takkan mungkin ku-lepas, kupatri dalam hati, cinta mati

Duhai Rabb
Kerinduan ini semakin nyata dan membara
Telah beku dalam diriku, selain-Mu
Untuk segera bertemu dengan-Mu, disisi-Mu

Poetri by Fahri

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS



Manusia : Makhluk Lemah Yang Sombong



MANUSIA : MAKHLUK LEMAH YANG SOMBONG

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat yang dimuliakan, dicintai dan dirahmati Allah SWT.

Mungkin dalam hidup sahabat pernah bersinggungan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan perilaku manusia yang begitu sombongnya. Entah orang itu merasa punya kuasa (tahta), harta (berlimpah materi), atau bangga dengan gelar (pendidikan) yang menempel berderet-deret pada kartu nama dan ijazah, atau sahabat pernah bertemeu dengan orang yang sebenarnya bodoh tetapi untuk menutupi kebodohannya merasa paling unggul dibanding dengan manusia lain.

Ya begitulah sifat manusia...sombong...yang pada akhirnya akan menjerumuskan hidupnya baik di dunia maupun akhirat pada jurang kesengsaraan. Manusia yang terhijab dengan sifat ini kadang tidak sadar bahwa perilakunya tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga keluarga, kerabat dan lingkungannya. Padahal dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berpesan bahwa : ”Kesombongan adalah pakaian-Ku, Keagungan adalah selendang-Ku, janganlah sekali-kali engkau (manusia) memakainya, maka Aku akan marah kepadamu”.

Sebagai manusia, apa sih yang dapat kita sombongkan? tahta (kuasa)? harta? Tidakkah kita ingat ketika manusia lahir dari alam kandungan ke alam dunia tidak membawa apa-apa, telanjang bahkan tidak berdaya sama sekali (belum bisa mendengar, bicara dan melihat). Berkat kasih sayang Allah-lah manusia pada akhirnya mampu mengfungsikan panca inderanya. Dan untuk menjalankan fungsi khalifahnya Allah SWT memfasilitasi sebagian manusia dengan tahta, harta, dan ilmu pengetahuan.

”Dan Allah mengeluarkan kamu (manusia) dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Surat An-Nahl 16 : 78).

Ketika manusia menghadapi masalah dan tidak mampu untuk menyelesaikan-Nya mereka berdo’a meminta pertolongan kepada Allah, namun ketika masalahnya telah berakhir mereka kembali lalai kepada Allah SWT.

”Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan memberikan ni’mat-Nya kepadanya lupalah dia dengan kemudharatan yang pernah dia berdo’a (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, ... (Surat Az-Zumar 39 : 8).

Kebanyakan manusia juga tidak menyadari, bahwa tubuh ini sering dikalahkan dan tidak berdaya menghadapi makhluk kecil yang bernama virus, bakteri, dll. Ujung-ujungnya sakit flu, AIDS, dll. Lha apa yang manusia sombongkan? Kalau kebetulan kita pergi ke dokter dan sembuh dari sakit itu-pun karena kemurahan Allah SWT, dokter hanya sebagai perantara untuk menyembuhkan, dimana otak seorang dokter dialiri oleh ilmu Allah untuk menemukan obat.

dan apabila aku sakit, Dialah (aalah) yang menyembuhkan aku..” (surat Asy-Syu’araa 26:80)

Baik secara fisik maupun batin manusia itu lemah. Secara batin manusia sering tidak mampu mengatasi kemarahannya, mengendalikan atau mengontrol nafsunya, pemikirannya tidak mampu menerjemahkan sesuatu yang diluar nalar, dll. Bahkan para nabi-pun tidak mampu dan berdaya menghadapi kesabaran dan gejolak nafsu kalau tidak diberi rahmat dari Allah SWT, apalagi kita.

Coba perhatikan ayat berikut ini, ketika Allah SWT mengingatkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk bersabar ketika menghadapi kaum kafir.

”Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah ... ” (Surat An-Nahl 16-127).

Bahkan Nabi Yusuf AS hampir saja tidak mampu menahan nafsunya ketika di goda oleh Siti Zulaecha untuk melakukan perbuatan mesum kalau tidak mendapat pertolongan Allah SWT.

”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku..” (Surat Yusuf 12 : 53).

Nabi SAW pernah mengingatkan kepada para sahabat, bahwa beliau adalah manusia biasa. Namun karena para nabi adalah utusan Allah maka mereka akan dijaga tindak tanduknya, budi pekertinya, dan ahlaknya.

Kesimpulannya adalah bahwa baik secara fisik dan batin manusia makhluk yang lemah. Kepada Allah-lah tempat manusia bergantung, dan memohon pertolongan. Sadarilah bahwa kita ini lemah, kotor, hina, bodoh, dll. Mintalah kepada Allah untuk menuntun hidup kita. Jadi untuk apa kita sombong?

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS


Jumat, 15 Mei 2009

Empat Tanda Shalat Khusyu


EMPAT TANDA SHALAT KHUSYU’

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat yang dimuliakan, dicintai dan dirahmati Allah SWT.

Saya akan sedikit berbagi ”pengalaman spiritual” yang rata-rata dialami dari sahabat-sahabat yang tergabung dalam Shalat Center Halaqoh Sampangan Semarang perihal empat tanda shalat kita tune in (ada respon dari Allah SWT).

Pertama, Berdoa dan Niat

Agar sholat kita dirahmati dan dituntun oleh Allah SWT, dianjurkan berdo’a sebelum memasuki sholat. Kenapa? Ini tidak saja untuk memantapkan hati namun juga sebagai pengakuan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, segala daya dan upaya hanyalah milik Allah SWT. Mengakulah bahwa kita adalah makhluk yang bodoh dan mintalah agar kita dituntun Allah SWT untuk memasuki shalat. Bacalah Ta’awudz, Basmalah, Syahadat, Sholawat dan kalimat Tauhid dengan rendah hati. Lalu berniatlah. Selain itu pasrahlah dan yakinlah kalau anda pasti bertemu dengan Allah SWT (suasana ihsan). Bid’ahkah? Ya ndak, lha wong aktivitas ini dilakukan diluar sholat.

Tunggu dengan sabar (tuma’ninah). Biasanya kalau ada respon (given) dari Allah SWT maka dada terasa dingin, tubuh ada getaran halus, lalu ruh kita mi’raj, sholat dituntun oleh Allah SWT, terjadi suasana timeless dan spaceless, suasana yang tidak bisa digambarkan, hanya diri anda sendiri yang akan menikmati. Kita tinggal memasuki shalat. Jangan sekali-kali berfikir, pasrahlah, biar Allah yang menggerakkan, karena Dia-lah yang memiliki asma Al-Muhith. Inilah tanda pertama.

Kedua, Takbir

Bila anda telah mendapat respon dari Allah SWT maka ketika anda takbir maka anda ”diperlihatkan” suasana luas tak terbatas (Tajalli Sifat). Allah SWT adalah Sang Maha Akbar, Luas Tidak Terbatas. Badan terasa ”terurai”. Yang ada hanyalah Sang Maha Ada.

Ketiga, Inni Wajahtu....

Ketika takbiratul ihram dan anda membaca Inni wajahtu wajhiyalladzi.......”Aku hadapkan wajah diriku kepada yang menciptakan langit dan bumi (Allah) dengan selurus-lurusnya (tidak syirik)...” (Surat Al-An’am 6 : 79)...maka anda seharusnya dalam posisi ”berhadapan” dengan Allah SWT.

Ibarat anda bertatap muka dengan seseorang dan berhadap-hadapan, tentunya anda akan ketemu dengan yang anda ajak bicara. Yang ada hanya Allah. Inilah salah satu kehebatan shalat, karena dialog langsung antara abdi dan Sang Khalik tanpa perantara.

Tidak ada ”berhala” yang bernama hutang, guru, masalah, dll, yang ada hanya ”wajah” Allah SWT. Sungguh suasana yang indah yang tidak dapat diceritakan, selain anda mengalaminya sendiri.

Setelah anda memasuki suasana ini maka tinggallah anda memasuki tahap berikutnya.

Keempat, Inna Sholati...

Saat anda sudah bertemu dengan ”wajah” Allah, maka terjadi serah terima antara abdi dengan Rabb-nya. Inna Sholati, Wanushuki, Wamahyaya, Wammamati ….., ”Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, Hidup dan Matiku semua bagi Allah, Tuhan semesta alam” (Surat Al-An’am 6 : 162).

Suasana yang benar-benar dahsyat tak terkira, seluruh beban yang ada dalam dada-dada kita langsung nol...terasa enteng sekali, kita tinggal tunduk dan patuh kepada kehendak Allah SWT. Sholat kita dikhusyu’ Allah SWT, kita tinggal berdiam diri dan biarlah Allah yang menuntun dan menggerakkan.

Dalam setiap gerakan sholat (ruku’, I’tidal, sujud, dll) kita juga akan dipertemukan dengan suasana yang berbeda-beda sesuai dengan hakikat dan makna setiap gerakan itu. Maka sholat menjadi aktivitas ibadah yang mengasyikkan, tidak lelah dan capek, bisa berlama-lamaan bahkan dari waktu sholat satu ke waktu sholat yang lain selalu kita tunggu-tunggu dan dirindukan. Lha wong kita berdialog dengan Allah SWT mana mungkin kita tidak ingin berlama-lama!

Dan suasana shilatun (kesambungan dengan Allah SWT) ini nantinya dapat kita bawa terus saat kerja, menyupir, meeting, makan, minum, memasak, menjahit,....pokoknya dalam segala aktivitas. Sehingga dalam hidup selalu ”bertemu” dengan ”wajah” Allah SWT. Inilah yang dimaksud dengan ihsan yaitu hidup yang diliputi dengan penuh kesadaran,...ya kesadaran berketuhanan....Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laailahailallah..........

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS.




Rabu, 13 Mei 2009

Mengurai Potensi Manusia (Raga) - Bagian 6


MENGURAI POTENSI MANUSIA (RAGA) - Bagian 6

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sidang pembaca yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah, SWT.

Sebelumnya saya minta maaf karena artikel mengurai potensi manusia (raga) lama tayangnya, dikarenakan kesibukan kerja dan keperluan keluarga.

Dengan tidak memperpanjang lebar marilah kita masuki bagian keenam (terakhir) dari artikel mengenai potensi manusia yaitu mengenai raga/jasmani/tubuh.

Pernahkah selama hidup ini para sahabat mensyukuri nikmat Allah SWT yang begitu banyak (tak terbatas) sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Bahkan saking banyaknya malah kadang kita lupa bahwa saat ini kita sedang menikmati anugerah dari Sang Maha Pencipta.

Pernahkah saudara memperhatikan tubuh anda yang diciptakan Allah SWT secara sempurna? Berpikirkah anda kenapa Allah SWT memberi kemurahan kepada rambut di kepala manusia sehingga dapat panjang, sementara bulu mata dan alis mata ditahan Allah SWT sehingga tidak bisa panjang. Padahal sama-sama rambut!

Apakah anda memperhatikan kenapa hidung diciptakan dengan lubang di bawah, kenapa tidak menghadap ke atas? Pernahkah saudara memikirkan betapa kita manusia tidak usah repot-repot memilah-milah makanan dan minuman yang masuk dalam perut, tidak perlu mengatur keluar masuknya nafas, tidak usaha repot-repot membentuk/memproduksi anti bodi dalam tubuh, dll. Seolah-olah semua berjalan dengan sendirinya dan terencana. Subhanallah!

Allah SWT adalah Sang Maha Sibuk (Al-Muhith). Bahkan sehelai daun-pun jatuh berguguran tidak terlepas dari penglihatan dan izin dari Allah SWT.

Coba perhatikan firman Allah SWT perihal penciptaan raga/jasmani/badan manusia :

”...Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu...” (Surat At-Tagabun 64 : 3).

”..Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya...”(Surat At-Tiin 95 : 4).

Namun demikian, manusia sering lupa, merasa paling kuat, sombong, takabur, dll. Seolah-olah manusia lahir dengan sendiri. Proses alami dan Allah SWT tidak campur tangan dalam hidup manusia. Rezeki dianggap hasil usaha sendiri dan macam-macamlah bentuk kesombongan manusia. Bahkan kesombongannya bisa menyerupai iblis. Na’udzubilahimindzalik!

Padahal manusia makhluk yang lemah, tidak memiliki apa-apa. Semua di dunia ini yang menyediakan Allah SWT dan manusia diberikan amanah sebagai khalifatullah untuk mengelola dan mengatur demi kesejahteraan bersama (manusia, hewan, tumbuhan dan alam semesta), sebagai bentuk ibadah habluminannas sekaligus habluminnallah (ibadah horizontal sekaligus vertikal).

”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia (Allah) memberikan pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur...” (Surat An-Nahl 16 : 78).

”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (sperma dan indung telur) yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus; namun manusia ada yang bersyukur dan kafir..” (Surat Al-Insan 76 : 2-3).

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Sampai bertemu pada artikel lain dengan topik yang berbeda.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS



Rabu, 06 Mei 2009

Mengurai Potensi Manusia (Jiwa/Ruh) - Bagian 5


MENGURAI POTENSI MANUSIA (JIWA/RUH) - Bagian 5

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sidang pembaca yang dirahmati, dicintai & dimuliakan Allah SWT.

Manusia terserang insomnia (penyakit lupa). Kenapa saya berkata demikian? Karena manusia lupa suatu kejadian yang terpenting dalam hidupnya. Tidak ada file sedikitpun dalam otak manusia mengenai peristiwa masa lalu tersebut. Peristiwa apakah itu? Ternyata manusia (Ar-Ruh) pernah bertemu/bertatap muka/berdialog/Makrifatullah dengan Allah SWT di Alam Azali. Anda tidak percaya? Coba perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an di bawah ini :

”Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab : Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..”. (Surat Al-A’raf 7 : 172)

Betulkan? Tapi ingatkah anda mengenai peristiwa tersebut? Jawabnya pasti tidak. Ar-Ruh yang merupakan sejatinya manusia telah bersaksi bahwa Tiada Tuhan Selain Allah. Kesaksian ini sebagai bukti pengakuan manusia akan siapa Rabbnya. Sehingga pada Hari Kebangkitan manusia tidak mengelak dari persaksian tersebut.

Setiap hari pun sebenarnya manusia mengalami makrifatullah, namun manusia jarang memperhatikannya. Coba perhatikan ayat berikut ini.

”Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya : maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Surat Az-Zumar 39 : 42).

Coba perhatikan ketika anda tidur, dan orang lain membuka mata anda, apakah mata anda dapat melihat? tidakkan, padahal mata anda terbuka. Lalu siapa yang dapat melihat? yaitu Ar-Ruh dan ketika anda terjaga dari tidur barulah anda melihat.
Lalu apa, siapa, dimana, wujud, dan jenisnya Ar-Ruh itu? Allah SWT hanya memberikan sedikit pengetahuan tentang itu.

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh, katakanlah : ”Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan kamu tiada diberi pengetahuan melainkan sedikit...” (Surat Al-Isra’ 17 : 85).

Ok. Supaya para sahabat tidak bingung, saya mencoba mengurai sedikit mengenai Jiwa/Ruh. Pada prinsipnya, diri manusia terdiri dari 2 ruh, yaitu Ruh Ruhani dan Ruh Jasmani.

Ruh Ruhani adalah bagian daripada Ruh Allah yang ditiupkan ke dalam janin manusia pada saat umur janin 4 bulan di dalam kandungan ibunya. Dia inilah Sang Khalifah (Al-Fitrah Al- Munazalah/penguasa tubuh). Ruh Ruhani inilah yang disebut Ar-Ruh.

”..Kemudian Dia sempurnakan (kejadian)-Nya dan Dia tiupkan ruh ke dalamnya..” (Surat As-Sajdah 32 : 9)

Dia tidak pernah tidur, makan, minum, serba tahu, bermakrifat kepada Allah, Mi’raj ketika shalat, penuh cinta dan kasih sayang, dll. Inilah potensi manusia yang sebenar-benarnya.

”Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (bashiroh/yang tahu)..” (Surat Al-Qiyamah 75 : 14).

”Engkau tidak memperoleh kaum yang beriman kepada Allah & Hari Akhir, bahwa mereka mengasihi orang-orang yang menentang Allah & Rasul-Nya, meskipun mereka itu bapak, anak, saudara atau kerabatnya. Mereka telah ditetapkan Allah keimanan dalam hatinya dan dikuatkan-Nya mereka dengan ruh daripada-Nya”. (Surat Al-Mujadalah 58 : 22).

Sedangkan Ruh Jasmani disebut dengan jiwa (berkumpulnya nafsu manusia) yang menghidupi nutfah (proses bertemunya sperma dengan indung telur sampai segumpal darah).

Jiwa adalah bersemayamnya Ar-Ruh. Jiwa ini termasuk materi yang berasal dari saripati tanah. Bisa disebut dengan Ruh Insani, Ruh Jasmani. Ruh jasmani tiap orang tidak akan sama. Ruh Jasmani bisa disebut An-Nafs (diri), mereka ini besok yang akan mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya dihadapan Allah SWT pada hari kiamat saat hari berbangkit. Setelah Sang Nafs lepas dari tubuh yang rusak (mati) mereka akan mengembalikan Ruh Ruhani (Ar-Ruh) ke asalnya Allah. Kemudian mereka (ruh jasmani) akan masuk ke dalam tubuh manusia pada hari kebangkitan.

”Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)... (Surat At-Takwir 81 : 7).

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Bahasan selanjutnya adalah Mengurai Potensi Manusia mengenai Jasmani/Raga.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS


Selasa, 05 Mei 2009

Mengurai Potensi Manusia (Nafsu) - Bagian 4


MENGURAI POTENSI MANUSIA (NAFSU) - Bagian 4

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sidang pembaca yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah, SWT.

Marilah kita masuki bagian keempat artikel mengenai potensi manusia yaitu mengenai nafsu.

Secara sederhana nafsu yang ada pada diri manusia ada 4 kategori :

a. Nafsu Supiyah
Nafsu ini identik dengan binatang. Aktivitas binatang tidak jauh dari makan minum, syahwat dan tidur. Inilah level terendah dari kesadaran manusia, karena hidup ini hanya digunakan untuk makan minum, tidur dan mengumbar nafsu syahwat pada sesuatu yang tidak haq.

Segala cara ditempuh untuk memperoleh kebutuhan (makan & minum) tanpa memikirkan cara memperolehnya (halal/haram, menyakiti hak orang lain/tidak, dll). Yang penting perut kenyang.

Ciri lain nafsu supiyah, tidak terkontrolnya nafsu (birahi, serakah, rakus, menang-menangan, dll). Akibat perilaku ini tidak saja diri sendiri yang dirugikan tetapi juga orang lain.

Untuk manusia yang masuk dalam kriteria ini, Allah SWT menyebut manusia yang harkat dan martabatnya lebih rendah daripada binatang. Karena manusia diberikan akal, sementara binatang tidak. Na’udzubilahi min dzalik!

b. Nafsu Ammarah Bissu’
Nafsu ini selalu melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau menentang, bahkan patuh dan tunduk saja kepada nafsu syahwat dan panggilan syeitan. Tipe nafsu ini identik dengan syaitan.

”..Nafsu itu selalu menyuruh/mengajak kepada kejahatan (ammarah bissu’) kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT..” (Surat Yusuf 12 : 53).

” Maka pernahkah kamu melihat orang menjadikan nafsunya sebagai tuhannya..” (Al-Jasiyah 45 : 23).

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah nafsunya kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)...” (Surat Al-Furqan 25 : 43-44).

c. Nafsu Lawammah
Nafsu ini tidak/belum sempurna ketenangannya karena selalu menentang atau melawan kejahatan tetapi suatu saat teledor dan lali berbakti kepada Allah, sehingga dicela dan disesalkan. Nafsu ini identik dengan manusia, dimana dalam diri manusia ada dua kekuatan beradu antara Syetan dan Malaikat.

”Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)...” (Surat Al-Qiyamah 75 : 2).

d. Nafsu Muthmainah
Nafsu ini tenang pada suatu hal dan jauh dari keguncangan yang disebabkan oleh bermacam-macam tantangan dan dari bisikan syaitan. Nafsu ini identik dengan malaikat.

”Hai jiwa yang tenang. Kemalilah kamu kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka msuklah kamu dalam golongan hamba-hambaku. Dan masuklah kamu dalam surga-Ku”. (Surat Al-Fajr 89: 27-30).

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Bahasan selanjutnya adalah Mengurai Potensi Manusia mengenai Ruh/Jiwa.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS



Minggu, 03 Mei 2009

Mengurai Potensi Manusia (Hati) - Bagian 3


MENGURAI POTENSI MANUSIA (HATI) - Bagian 3

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saudaraku yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Kita teruskan bagian ketiga dari potensi manusia, yaitu hati. Hati disini yang saya maksudkan bukan dalam bentuk fisik seperti yang sering kita lihat atau dalam istilah medis. Tetapi hati yang dimaksud adalah qolbu. Bentuknya tidak ada tetapi manusia bisa merasakan.

Ketika seseorang ditolak cintanya pasti berkata, " Aduh sakit hatiku!". Atau seseorang yang dihina pasti dia merasa sakit hati. Tetapi apakah benar hati (secara fisik/medis) sakit? Tidakkan? itulah yang saya maksud.

Hati adalah kata bahasa Indonesia, dan bahasa arabnya bernama Qolbu. Hati atau Qolbu memiliki sifat senantiasa bolak-balik, tidak tetap, kadang bersih, kuat iman, bercahaya, lemah lembut.

Tetapi suatu saat menjadi kotor, lemah iman, gelap gulita atau buta, keras membatu terhadap kebenaran. Hal ini karena pengaruh malaikat dan syaitan.

"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat". (Surat Al-An'am 6 : 110).

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah Timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah Barat(nya). Yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memeprbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (Surat An-Nur 24 : 35).

Agar hati tetap kukuh (beriman) maka Allah SWT memberikan gemblengan kepada hamba-Nya berupa puasa Ramadhan (kesabaran), Zakat (keikhlasan), Beramal Salih (fisik Batin), dll. Untuk menggapai itu semua diperlukan niat dan kepasrahan total kepada Allah, ikut kehendak Allah dalam menjalani kehidupan ini, minta dibimbing dan dituntun Allah, sehingga Allah berkenan menambah dan mengukuhkan iman kita serta membersihkan hati kita dari kotoran seperti pemarah, sombong, iri hati, dengki, penghasut, penfitnah, dll, yang merupakan sifat-sifat syaitan.

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa-apa yang dimasukkan oleh syaitan itu dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha Mengetahi lagi Maha Bijaksana". (Surat Al-Hajj 22 : 52).

Demikian sekilas ulasan mengenai hati, artikel berikutnya akan tayang potensi manusia (Nafsu). Semoga bermanfaat. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.


Fahri
SC-HSS

Sabtu, 02 Mei 2009

Mengurai Potensi Manusia (Akal) - Bagian 2


MENGURAI POTENSI MANUSIA (AKAL)-Bagian 2

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sahabat yang dicintai dan dirahmati Allah SWT.

Marilah kita lanjutkan pembahasan mengenai potensi manusia yang kedua yaitu Akal (Al-Aqlu). Akal terdiri atas unsur rasio dan hati/rasa. Setelah manuisa memikirkan/merasio tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang terbentang di alam semesta atau tertulis dalam kitab-Nya maka tidak akan mengakui adanya Allah kalau hatinya tidak berfungsi, sebab buta, tidak yakin dan kotor.

Jadi sasaran akal selain unsur rasio, juga unsur fitrah yang membuat rasa percaya (yang timbul dari hati yang suci).


1. Yang Masuk Akal Belum Tentu Dapat Dirasionalkan

Hal ini disebabkan berfungsinya rasio/pikir manusia sangat terbatas, hatinya buta dan menyebabkan tidak yakin. Ada manusia yang mau menggunakan rasionya tetapi mereka tidak yakin (berpaling) karena hatinya buta. Mereka lebih sesat daripada binatang yang tidak mempunyai akal. Berikut firman-firman Allah SWT yang memperingatkan manusia karena tidak menggunakan akalnya.

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada " (Surat Al-Hajj 22 : 46).

"Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (aayat-ayat Allah SWT) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Surat Al-A'raf 7 : 179).

"Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)..(Surat Al-Isra' 17: 72).

2. Yang Rasional Tentu Dapat di Cerna Akal.

Sesuatu yang rasional tentu dapat diterima akal, sebab dalam akal manusia ada unsur hati/rasa percaya. Akal manusia akan semakin berfungsi dengan baik manakala unsur rasa atau hatinya baik, suci dan senantiasa beriman.

"(Al-Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran". (Surat Ibrahim 14 :52)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) :" Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (Surat Ali Imran 3 : 190-191).

"Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (aayat-ayat Allah SWT) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Surat Al-A'raf 7 : 179).

3. Korelasi Ilmu, Akal dan Hati

dari uraian sebelumnya jelaslah bahwa hakikat kebenaran ilmu itu ditentukan akal. Sedangkan berfungsinya akal ditentukan oleh hati. Jadi hakikat kebenaran ilmu adalah dari hati. Barang siapa yang hatinya dibuka untuk masuk islam dan selalu iman, maka Allah SWT akan memberikan pelajaran dan petunjuk-Nya untuk dapat membedakan yang benar dan yang salah, akan mudah menemukan ilmu yang dipelajarinya.

"Barang siapa yang Allah menghendakinya akan memebrika kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (mememluk agama)Islam. dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya yang sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman". (Al-An'am 6 : 125).

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kedzaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang yang mendapat petunjuk". (Al-An'am 6 : 82).

"...dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..." (At-Tagabun 64 : 11).

"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Barang siapa yang dianugerahi Al-Hikmah itu ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)...(Surat Al-Baqarah 2 : 269).

"Hai Orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah SWT niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan (pembeda antara haq dan batil)...(Surat Al-Anfal 8 : 29)

Demikian sekilas penjelasan potensi manusia mengenai akal. Pada tulisan berikutnya saya akan membahas mengenai hati. Terima Kasih, semoga bermanfaat.


Wassalamu'alaikum Wr. WB.


Fahri
SC-HSS

Mengurai Potensi Manusia (Rasio)-Bagian 1


MENGURAI POTENSI MANUSIA (RASIO)-BAGIAN 1

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Para Sahabat yang dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.

Dalam tulisan ini saya mencoba menguraikan apa saja potensi manusia. Tiap-tiap diri manusia semua memiliki potensi ini yaitu Rasio (Pikiran), Akal (Al-Aqlu), Hati (qolbu), Nafsu, Jiwa/Ruh dan Raga/Tubuh/Jasmani. Saya mencoba mengurai satu per satu secara sederhana, dan semoga para sahabat dapat mengembangkannya.

A. RASIO/PIKIRAN

Pada dasarnya rasio/pemikiran tidak semakna dengan akal (Al-Aqlu). Sasaran rasio adalah segala sesuatu yang hanya dapat ditangkap atau diperoleh dari pengalaman indera manusia. Seperti binatang, mereka memiliki pikiran/rasio tetapi tidak memiliki akal.

Pada intinya panca indera manusia ini banyak mengalami keterbatasan. Contohnya ketika kita melihat gunung dari jauh, kita mengira bahwa gunung berwarna biru. Namun ketika disekati warna gunung adalah hijau, karena banyak ditumbuhi tumbuhan dan pepohonan. Demikian pula langit. Kita mengira bahwa langit berwarna biru, namun kalau kita melintas orbit (misal astronot) maka warna biru pada langit tidak ada.

Demikian pula telinga yang hanya dapat mendengar suara dari jarak tertentu. Bahkan ketika ada suara (katakanlah teman kita berbisik), kadang-kadang kita minta diulang karena tidak mendengar. Frekuensi telinga juga didesain untuk menangkap suara pada frekuensi tertentu, sehingga manusia tidak bisa mendengar suara semut, rayap, dll. Coba banyangkan kalau telinga bisa mendengar segala frekuensi, mungkin kita tidak bisa tidur nyenyak.

Dengan keterbatasan indera ini (bahwa manusia itu lemah) maka Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk, bahwa adanya Sang Master Design (pencipta dan perancang tunggal) atas terjadinya alam semesta ini.

"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah ditunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (Surat An-Nahl 16 : 44).

Al-Qur'an diperuntukkan bagi manusia sebagai peringatan tetapi banyak sekali diantara manusia yang membantah tentang ke-Esaa-an dan kekuasaan Allah Rabb semesta alam.

"Dan Dia (Allah SWT) menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi kaum berfikir". (Surat Al-Jasiyah 45 : 13).

Selain penciptaan dan peristiwa alam semesta sebagai bukti eksistensi Allah SWT, maka Allah-pun memberikan informasi mengenai kejadian manusia, sehingga kesadaran akan muncul.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudiaan tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak." (Surat Ar-Rum 30 : 20).

Meskipun Allah SWT menyuruh manusia untuk membaca ayat-ayat kauniyah, tetapi kebanyakan dari mereka mengikarinya.

"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata". (Surat An-Nahl 16 : 4).

Untuk membuktikan ke-Esa-an Allah SWT maka pikir/rasio tidak dapat menjangkaunya. Untuk dapat membuktikan Allah Esa diperlukan olah jiwa/spiritual. Bahkan pikir tidak bisa memahami spiritual.

Ini dicontohkan Allah SWT dalam peristiwa antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir. Dimana Nabi Musa selalu memprotes apa yang dilakukan Nabi Khidir seperti melubangi kapal nelayan, membunuh anak kecil dan menegakkan dinding rumah yang akan roboh. Baca (Surat Al-Kahfi 18 : 66-82).

Demikian sekilas urain saya tentang rasio/pemikiran. Semoga bermanfaat. Pada artikel selanjutnya akan saya bahas mengenai akal (Al-Aqlu).

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


Fahri
SC-HSS


Jumat, 01 Mei 2009

11 Bulan Berlatih, 1 Bulan Bertanding, 1 Malam Jadi Juara


11 BULAN BERLATIH, 1 BULAN BERTANDING, 1 MALAM JADI JUARA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

”Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara hak dan batil”. (Al-Baqarah 2 : 185).

Sidang pembaca yang dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.

Bila kita menjadikan dunia ini syurga maka tak terasa waktu begitu cepat berlalu, karena disetiap detik kita disibukkan dengan ”percintaan” antara hamba dan Khaliqnya. Sesuatu yang sangat indah, sehingga lupa waktu (Timeless).

Ya...sepertinya baru kemarin umat Islam menjalankan ibadah puasa ramadhan, dan bulan Agustus 2009 nanti, Insya Allah, bulan penuh berkah ini akan datang menyambut kita kembali. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita semua untuk berjumpa Ramadhan. Inilah bulan mulia yang diselimuti rahmat dan nur hidayah Allah SWT bagi semesta alam, bulan yang dirindukan oleh kaum yang beriman. Bahkan kaum beriman berharap agar Allah SWT berkenan menjadikan seluruh bulan dalam satu tahun menjadi bulan Ramadhan. Kenapa mereka berharap demikian? Ada rahasia apakah gerangan dibalik harapan-harapan itu? Ternyata ada suasana spiritual yang sangat mecekam dan luar biasa!.


Para sahabat, bagi sebagian orang-orang mungkin menganggap aneh bila harapan ramadhan dijadikan satu tahun. Lha seharian penuh gak boleh makan, gak boleh minum bahkan bermesraan dengan suami-istri di siang hari tidak boleh padahal semua itu halal, kok diminta sepanjang waktu. Aneh!.

Marilah kita urai dengan santai aja. Just relax frend!

Dalam Surat Al-Baqarah 2 : 183, Allah SWT berfirman : ” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Kenapa yang dipanggil orang beriman (mukmin)? Karena orang mukmin perlu pengemblengan lebih lanjut. Seperti diketahui bahwa proses pembentukan iman diletakkan atau ditaroh Allah SWT di dalam hati/qolbu manusia (baca artikel saya-Sudahkah kita di-iman-kan Allah SWT). Qolbu (bahasa arab) kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah bolak-balik. Ya...hati memiliki sifat bolak-balik. Suatu saat iman kita kuat dan disaat lain iman kita melemah.

Untuk memperkuat keimanan hamba-Nya maka Allah SWT menyediakan sarana berupa puasa ramadhan. Dengan puasa ini diharapkan iman yang telah ada semakin bertambah sehingga tidak terombang-ambing atau frekuensi iman seseorang selalu tune in kepada Allah SWT.

Sebenarnya kalau jeli, sebagai orang yang beriman seharusnya 11 bulan (diluar ramadhan) adalah waktu yang tepat untuk pengemblengan/berlatih. Sedangkan pas bulan ramadhan adalah waktunya bertanding setelah kita berlatih. Diharapkan dengan ke-istiqomah-an tersebut, Insya Allah, kita akan mendapatkan bonus berupa Lailatul Qodar atau Nuzulul Qur’an.

Jadi selama ini banyak persepsi yang salah, bahwa ramadhan-lah waktunya kaum beriman untuk berlatih (sabar, ikhlas, tawakal, istiqomah, dll) untuk menahan nafsu (makan, minum, sabar, syahwat, dll). Menurut kami, justru diluar ramadhan-lah kita berlatih. Ibarat seorang atlit diperlukan waktu berminggu-minggu untuk berlatih, pada hari yang ditentukan mereka bertanding dan hasil yang dicapai adalah prestasi/juara.

Lalu rahasia apa dibalik perintah puasa ramadhan ini?

Dalam diri manusia salah satunya terkandung potensi An-Nafs (Supiyah, Ammarah, Lawammah dan Muthmainah) mereka dapat diibaratkan kuda-kuda penarik kereta kencana, sedangkan Ar-Ruh adalah Sang Kusir. Apabila Sang Kusir tidak berdaya mengendalikannya maka kuda-kuda akan berlari sesuai kemauan sendiri. Bila Sang Kusir mampu menakhlukkan kuda maka kereta kencana akan berjalan sesuai fitrah manusia.

Inti dari ramadhan adalah mengembalikan kefitrahan kita dan membangkitkan kesadaran sang Fitrah Al-Munazalah (Ar-Ruh) yang selama 11 bulan sering terbelenggu oleh An-Nafs. Dengan berkuasanya Ar-Ruh atas An-Nafs dan bertambahnya kadar iman kita, diharapkan Allah SWT memasukkan kita menjadi golongan orang-orang muttaqin.

Ketika Ar-Ruh berkuasa atas An-Nafs, maka media inilah yang kita pakai dalam menyambut Lailatul Qodar atau Nuzulul Qur’an. Ya....karena Ar-Ruh bersifat immateriil dan untuk mendapatkan bonus kita juga masuk pada dimensi alam immateriil (alam malaikat).

”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejateraan sampai terbit fajar.” (Surat Al-Qadr 97 : 1-5).

Bagaimana cara mendapatkan Lailatul Qodar atau Nuzulul Qur'an?
Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa lailatul qodar jatuh pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan, ada juga hadits yang menyatakan pada malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan ramadhan (tgl 21, 23, 25, 27, 29), bahkan ada yang mempersempit pada malam 27 ramadhan. Kalau anda meyakini ya silahkan saja. Namun saya menyarankan, janganlah membeda-bedakan hari-hari di bulan ramadhan. Istiqomahkan ibadah anda mulai awal sampai akhir ramadhan. Insya Allah berbekal 11 bulan bulan berlatih, 1 bulan bertanding, anda mendapatkan Lailatul Qodar atau Nuzulul Qur'an. Terserah Allah SWT yang memberikan piala juara kepada Anda. Karena Allh-lah yang lebih tahu apa yang terbaik buat kita.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan kemudahan dalam menemui ramadhan, ke-khusyu’-kan dan ke-istiqomah-an dalam menjalankan ibadah ramadhan sehingga kita mampu meraih piala berupa Lailatul Qodar (malam 1.000 seribu) atau dipahamkan Al-Qur’an oleh Allah SWT (Nuzulul Qur’an). Dan piala ini akan ditunjukkan Allah kepada hamba-Nya yang benar-benar ikhlas dalam menjalankan prosesi ibadah ini. Amin.

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS