DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 29 Mei 2009

Allah Tertinggal Di Mekah


ALLAH TERTINGGAL DI MEKAH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dimuliakan dan dirahmati Allah SWT.

Ketika anda membaca judul di atas, saya yakin tentunya anda berpikir, maksudnya apa tuh judul? Tenang aja sahabat...just relax. Oke..sebelum anda membaca uraian singkat artikel saya, boleh dong sekali-kali kita sersan (serius tapi santai) dengan diselingi joke, biar tidak tegang dan terus menerus memikirkan judul diatas. Singkat cerita begini :

Konon terjadilah persahabatan antara 2 orang, yang satu berasal dari arab dan satunya tentu dari Indonesia. Kedua bersahabat karena dipertemukan dalam forum bisnis perdagangan kain. Suatu hari pedagang arab itu menelepon sahabatnya (mitra dagangnya) yang berada di Indonesia dan complain atas kiriman kain darinya. Dan terjadilah pembicaraan singkat (tentunya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia..he..he).

”Assalamu’alaikum!”

”Wa’alaikumussalam!”

”Ente, gimana sih! Katanya kain yang anda kirim memiliki kualitas yang baik. Tapi ternyata setelah dicuci kok ada yang luntur!” kata orang arab dengan nada agak tinggi.

”Sabar...sabar sahabat jangan marah-marah!”

”Mau sabar bagaimana? Banyak pedagang yang ambil kain di tempat saya pada complain. Padahal kan jelas disitu tertulis ”DITANGGUNG TIDAK LUNTUR”...tapi kenyataannya luntur!”

”Wah anda salah sahabat!”

”Salah bagaimana?” sahut pedagang arab dengan nada tambah tinggi.

Dengan tenang, orang Indonesia itu menjawab, ” Itu kalau dibaca oleh orang Indonesia (mengeja tulisan dari kiri ke kanan) DITANGGUNG TIDAK LUNTUR, tapi coba kalau dibaca oleh orang arab (mengeja tulisan dari kanan ke kiri), kan bacanya ”LUNTUR TIDAK DITANGGUNG!”

Orang arab itu jadi bengong. Tapi sudah itu hanya joke saja. Atas nama profesionalitas antara kedua sahabat itu terjadi kesepakatan bahwa kain yang luntur akan diganti.

Ya...memang begitulah, ternyata bangsa Indonesia dan Arab telah lama terjadi hubungan emosional yang mesra (perdagangan, beasiswa belajar, bahkan TKI...he...he..). Bahkan ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, maka negara Arab Saudi-lah yang pertama kali mengakui dan memberikan dukungannya.

Saking mesranya hubungan dua negara, beberapa tahun yang lalu jumlah jemaah Haji Indonesia yang menunaikan ibadah tersebut jumlah bejibun, karena tidak dikenakan kuota. Dengan alasan keselamatan dan pengaturan yang lebih mudah maka dalam 2-3 tahun terakhir jumlahnya dibatasi.

Makanya dari dulu sampai sekarang saya sempat berpikir, apakah dalam era krisis moneter dan moneter (tahun 97-an) dan krisis ekonomi global saat ini (2008-2009), Indonesia terkena dampaknya? Ya..ada sih cuma nggak 100%. Mau contoh? Lihatlah daftar tunggu jemaah haji reguler yang harus menunggu 2 tahun untuk berangkat ibadah ke tanah suci Mekah...belum termasuk yang memakai fasilitas Haji Plus dan ibadah Umroh. Ini berarti masih banyak orang Indonesia yang makmur dan tidak 100% terkena dampak krisis.

Ngomong-ngomong tentang trend orang Indonesia yang sering pergi menunaikan ibadah haji memang tidak habis-habisnya. Padahal ibadah haji ini hanya wajib dilakukan satu kali seumur hidup bagi umat Islam, itupun dengan catatan bagi yang mampu.

Ada berbagai alasan mengapa beberapa orang yang sering pergi menunaikan ibadah Haji (ada ungkapan berupa gelar HASTA : Haji Setiap Tahun) dan salah satu alasannya adalah sungguh nikmat ibadah di Mekah, karena tidak pernah terlintas segala problematika dan kesibukan dunia, yang ada hanya ibadah kepada Allah SWT. Sehingga ibadahnya (terutama shalatnya) tambah rajin dan lebih khusyu’ baik itu shalat fardhu maupun sunnah. Namun ketika mereka kembali ke Tanah Air rasa khusyu’ itu hanya beberapa hari saja terpahat dan membekas di setiap ibadah shalatnya, setelah itu hambar lagi. Makanya untuk memperoleh rasa khusyu’ itu mereka kembali ke Mekah untuk beribadah Haji maupun Umroh.

Inilah yang menjadi problematikanya. Kenapa rasa khusyu’ harus diperoleh ketika pergi menunaikan ibadah haji atau umroh, khususnya ketika sholat di Masjidil Haram dan di depan Ka’bah? Kenapa ketika kembali ke Tanah Air ibadahnya lama-lama kok tidak khusyu’? Padahal ibadah itu sama-sama menghadap dan menyembah Allah SWT. Kalau begitu jangan-jangan Allah SWT tertinggal di Mekah, sehingga ketika ingin beribadah kepada Allah SWT harus kembali lagi ke Mekah? Bukankah Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman,

QS. An-Nissa’ ayat 126 :”...Allah meliputi segala sesuatu...”.

QS. Al-Baqarah ayat 186 :”Kepunyaan Allah Timur dan Barat, kemana kamu menghadap maka disana wajah Allah”.

QS. Al-Hadid ayat 4 :”...Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

QS. Qaaf ayat 16 :”...dan Kami (Allah) lebih dekat kepadanya (manusia) daripada urat lehernya (manusia)”


Artikel ini bukahlah untuk menyindir atau merendahkan tata cara ibadah umat Islam khususnya haji dan umroh, dan tidak ada selintaspun dalam diri saya kesombongan bahwa ibadah saya yang lebih baik dan sempurna. Namun artikel ini sebagai bahan renungan dan instropeksi bersama, sehingga ketika umat Islam menyembah Allah SWT tidak terpesona kepada ciptaan-Nya. Kita harus memurnikan ibadah semata-mata karena Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fahri
Shalat Center-Halaqoh Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar