DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 26 Mei 2009

Bermain Dengan Logika Terbalik


BERMAIN DENGAN LOGIKA TERBALIK

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sahabat yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Saya sebelumnya minta maaf karena hampir seminggu artikel saya tidak tayang, karena hampir 5 hari kantor tempat saya bekerja kebetulan ada rezeki sehingga karyawan dan keluarga dapat berpariwisata ke Bali.

Oke, tidak perlu berpanjang lebar, saya ingin mengajak para sahabat untuk ”bermain” dengan logika terbaik. Inti dari artikel ini adalah bahwa apa yang kita pandang selama ini benar ternyata terjadi salah kaprah dalam memaknainya. Saya hanya mencontohkan tiga hal, dan semoga para sahabat dapat menambahkan yang lainnya.

Pertama, Kelahiran dan Kematian

Ketika keluarga atau saudara kita mendapat momongan atau anggota baru berupa bayi, biasanya kita diliputi oleh rasa suka cita, apalagi kelahiran itu adalah anak pertama. Kesibukan meliputi kita, tak jarang jauh-jauh hari sudah mempersiapkan nama, pakaian, keperluan bayi, bahkan bagi kalangan jet set mereka telah mempersiapkan kamar bayi dengan berbagai dekorasi beserta pernak-perniknya yang melebihi kamar hotel dan menyambut kehadirannya dengan pesta yang meriah.

Disisi lain ketika keluarga kita, entah itu orang tua, suami/istri, anak, saudara dan orang terdekat kita meninggal maka kesedihanlah yang menyelimuti. Tak jarang berhari-hari kesedihan dan tangisan masih menggelayuti perasaan kita.

Secara manusiawi hal kejadian diatas adalah wajar. Namun saya mencoba mengajak para sahabat untuk bermain logika terbalik.

Logika Terbalik :

Dunia adalah tempat yang penuh dengan godaan (keindahan semu), kekerasan, ketidakadilan, pertumpahan darah, penindasan, dll. Selain itu manusia juga harus bersusah payah dan bekerja keras untuk mencari sesuap nasi, itupun syaratnya harus halal. Jadi apanya yang enak. Seharusnya ketika keluarga, saudara, dan temen dekat kita mendapat momongan maka perasaan duka citalah yang harus timbul. Mengapa? Karena kita tidak tahu betapa sang bayi harus menempuh perjalanan panjang yang penuh liku-liku agar hidupnya selamat dan sejahtera di dunia dan akhirat. Beginilah seharusnya kita menyikapi kelahiran sang bayi.

Apabila orang tua, suami/istri, anak, saudara atau teman dekat kita meninggal, sementara dia adalah salah satu hamba Allah SWT yang dikasihi, diberikan nikmat islam, iman dan ihsan serta diberikan rahmat dan ridho-Nya, maka ketika dia berpulang ke rahmatullah dalam keadaan husnul khotimah seharusnya kita bersuka cita, karena dipastikan dia akan menemui Allah SWT. Karena kematian adalah rahmat Allah SWT yang besar baginya, karena sang hamba akan melepaskan kerinduannya untuk bertemu dengan Rabb-nya.

”..Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.. (QS At –Taubah 9 : 40).

”..adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah...(QS Al-Baqarah 2 : 165)

”Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam sungai-sungai yang dibawahnya mengalir sungai-sungai..(QS Al-Hajj 22 : 23)

Kedua, Kekayaan dan Kemiskinan

Kekayaan identik dengan berlimpahnya harta benda/materi, perusahaan ada dimana-mana, rumah tidak hanya satu dua, mobil berderet. Bagi sebagian orang, dengan kekayaan inilah mereka akan disanjung dan dihormati. Biasanya manusia jenis ini tidak akan merasa puas dengan apa yang telah diperoleh. Mereka terus menerus mencari jalan untuk memperturutkan hawa nafsunya (keinginan) bagaimana cara menambah pundi-pundi kekayaannya.

Sementara kemiskinan adalah identik dengan jenis manusia yang tidak memiliki harta benda, rumah dari bambu (sudah mau rubuh lagi), pakaian lusuh, dan hidupnya selalu jadi bahan tertawaan, hinaan, dan cemoohan orang-orang disekitarnya.

Logika Terbalik :

Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT, hendaknya manusia beriman memandang dunia sebagai tempat pijakan (ladang) akhirat dan kita tidak boleh terhanyut dalam buaian irama dunia. Untuk itu sikap zuhud diperlukan, yaitu kosongnya hati dari kecenderungan kepada sesuatu yang melebihi ukuran kebutuhan dunia. Coba bayangkan manusia normal itu untuk makan perlu berapa piring sih dalam sehari? Paling ya tiga. Kalau tidur kita perlu berapa luas serta jumlahnya sih? Paling ukuran 2 meter x 180 cm dan jumlahnya 1 ranjang, cukupkan? Begitu juga dengan mobil, rumah, dll. Inilah yang dinamakan kebutuhan. Namun banyak orang yang terjebak dengan keinginan (bukan kebutuhan). Dan apabila hartanya hilang atau rusak dia akan merasa sedih.

Kalaupun bila kita diberi nikmat berlimpah berupa materi/harta benda yang halal, ia akan mengingatkan dalam hati bahwa itu milik Allah. Harta adalah amanah dari Allah kepada manusia, maka harta itu bisa diambil oleh Allah kapan saja. Karena itu manusia yang beriman menggunakan harta tersebut sesuai syari’at (di-sadaqoh-kan,di-infaq-kan, di-zakat-kan, di-wakaf-kan, dll). Adalah kewajiban mencari harta seukuran dengan kebutuhan dari harta dunia yang halal. Inilah yang dinamakan kaya, tidak merasa memiliki apa yang dipunyai. Semua milik Allah, dan kita ditugasi untuk mendistribusikan ke manusia dan makhluk lainnya.

”Tidaklah kehidupan dunia melainkan harta benda yang memperdayakan”. (QS Ali-Imran 3 : 185).

”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta & anak...(QS Al-Hadid 57 : 20).

”..Janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah”. (QS Luqman 31 :33).

Ketiga, Sehat dan Sakit.

Sehat adalah identik dengan tubuh yang bugar, fisik yang sempurna, dll. Sementara sakit identik dengan bermasalahnya salah satu organ fisik. Selama ini kita beranggapan bahwa fisik/raga/tubuh manusia adalah segala-galanya dan menjadi tolok ukur sehat dan tidaknya manusia tersebut. Anda pernah mendengar ungkapan ”Men sana in Corpore sano” yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Logika Terbalik:

Saya tidak setuju dengan ungkapan diatas, justru harus sebaliknya. Ternyata timbulnya segala penyakit berasal dari perilaku dan akhlak kita. Banyak kok atlit yang tiba-tiba terserang stroke, atau manusia yang menjaga mati-matian berat badannya justru mengalami masalah.

Ternyata timbulnya segala penyakit berasal dari perilaku kita sendiri. Orang yang gampang iri maka akan terserang vertigo dan migran. Orang yang pendendam mudah terserang ginjal, kanker dan tumor. Orang yang kekuatirannya berlebihan akan mudah terkena hipertensi, jantung, kolesterol, migran, dll. Sedangkan pola makan kadang-kadang hanya menjadi pemicunya saja.

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Fahri
SC-HSS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar