DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 15 Mei 2013

PEM-BIAR-AN YANG BERUJUNG KEYAKINAN

PEM-BIAR-AN YANG BERUJUNG KEYAKINAN


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

      Era mordenisasi dan globalisasi salah satunya ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, termasuk disini adalah arus informasi. Hubungan internasional sudah tidak tersekat-sekat lagi, batas Negara semakin semu dan beribu-ribu informasi datang membombardir mata dan telinga setiap harinya. Dunia seolah-olah menjadi kecil dan sempit karena hanya terkotak dalam sebuah  laptop, PC, notebook, I-Pad atau televisi. Kita tidak susah-susah mendatangi suatu peristiwa yang terjadi di Negara lain, cukup mengetik apa yang kita inginkan di internet maka semua berita telah tersaji cukup lengkap, baik tulisan, gambar maupun video.
           
            Namun sayang, sebagian besar dari kita hanya menerima informasi tersebut  secara mentah-mentah sebagai sebuah kebenaran dan tidak mau mengolah lagi. Artinya apakah benar informasi yang kita terima 100% benar? Atau apa yang kita lihat dan dengar hanya sebagian kecil saja? Kita tidak mau mencoba menganalisis latar belakang penyajian berita itu, tujuan suatu peristiwa dimunculkan, target yang ingin dicapai oleh mereka yang membuat atau menayangkan peristiwa tersebut, dan lain sebagainya. Kemalasan otak kita untuk mencerna keterangan-keterangan sebuah berita, tayangan film dan sinetron, talk show, infotaiment, dan lain sebagainya berakibat pada sebuah keyakinan.

       Hal senada sering terjadi ketika kita mendengar ucapan dalam sebuah sinetron keagaman dan atau yang meluncur dari bibir seorang artis, tokoh nasional, politikus, dan lain sebagainya ketika mereka sedang mengalami suatu masalah. Seringkali untuk menenang diri dan menjawab pertanyaan wartawan muncul ucapan, “Biarlah semua saya serahkan yang di atas”.  Kata di atas disini dimaknai dengan Tuhan atau Allah.

Karena kata ini sering terlontar, maka banyak dari pemirsa televisi diam-diam meng-amin-i bahwa memang benar Tuhan ada di atas (langit) dan manusia ada di bawah (bumi). Dan lebih tragis lagi, para pemegang otoritas agama yang tahu dan paham juga melakukan pem-biar-an atas pernyataan tersebut. Pertanyaannya adalah, “Apakah memang benar Allah ada di atas dan manusia ada di bawah? ”Bagaimana penjelasannya dalam Al-Qur’an dan menurut logika akal sehat?”

Pertama, Kalau Allah ada di atas sementara manusia ada di bawah, berarti Allah menempati suatu ruang, karena atas dan bawah menunjukkan suatu tempat. Benarkah Allah menempati suatu ruangan (tempat)? Kalau pemahamannya demikian betapa kecilnya Allah karena diliputi oleh ruang. Lalu dimana ke-MAHABESARAN-an Allah (Allahu Akbar)? Padahal Allah SWT justru yang menciptakan ruang dan waktu. Allah SWT terbebas dari ruang dan waktu. Allah SWT-lah yang meliputi ruang, waktu dan segala ciptaan-Nya.

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu (QS. An-Nisaa’ 4:126).

Kedua, Kalau Allah SWT di atas dan manusia di bawah, berarti antara manusia dengan Allah SWT berjarak tidak hanya semester atau 10 meter, tapi beribu-ribu milyar jaraknya. Benarkah demikian? Betapa jauhnya Allah SWT dari kita. Seolah-olah Allah SWT setelah menciptakan alam semesta dan isinya, Dia “duduk” di suatu tempat, mengawasi perilaku manusia dari “atas” sana dan cukup menerima laporan dari malaikat pencatat amal manusia. Ibarat seorang raja yang cukup berdiam diri di istana dan cukup menerima laporan dari para tilik sandi yang bekerja di lapangan. Padahal Al-Qur’an tidak meng-informasi-kan demikian. Allah SWT itu sangat…sangat…sangat dan sangat dekat, malah lebih dekat dari urat leher kita.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS. Qaaf 50:16).

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqarah 2:186).
           
           Kalau demikian penjelasan, lalu bagaimana anda menanggapi pernyataan kalimat yang menyatakan, “Apa yang terjadi pada saya, semua saya serahkan kepada yang di atas”? Masih percayakah anda dengan pernyataan tersebut? Lalu dimana tugas para pemegang otoritas agama? Mengapa mereka melakukan pem-biar-an-pem-biar-an yang berujung pada keyakinan (iman) umatnya? Saya hanya menyarankan kepada para pembaca agar pandai-pandailah kita mengolah informasi yang kita terima, jangan sampai keimanan kita disesatkan tanpa kita sadari.

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan referensi ke-agama-an pembaca, silahkan download E-Book (Electronic Book) saya MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAHdan MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. Semoga bermanfaat. Amin ya Rabbal’alamiin.


Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!! 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan FC
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

2 komentar: