SIKAP MANUSIA KEPADA ISLAM (6)
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.
Sub topik artikel ini membahas tentang manusia murtad. Murtad berarti keluar dari agama; kafir sesudah beriman. Orang yang murtad berarti telah menjadi kafir. Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang murtad adalah :
“Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus”. (QS. Al-Baqarah 2 : 108).
Lalu apa konsekuensinya bila manusia itu murtad? Manusia yang murtad dan mati dalam kekafiran maka sia-sialah amal perbuatan mereka yang pernah dilakukannya.
“….Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217).
Seringkali manusia lupa bahwa sebelum manusia turun ke bumi (sebelum ruh ditiupkan ke raga), di dalam alam azali manusia pernah bersumpah di hadapan Allah, bahwa mereka beriman kepada Allah SWT. Adapun ayat Al-Qur’an yang menerangkan adalah :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturanan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa manusia, mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku (Allah) ini Tuhanmu? Mereka (ruh) menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu”. (QS. Al-A’raf 7 : 172-173).
Dari ayat di atas terlihat bahwa seluruh manusia pernah diambil sumpah (kesaksiannya) di hadapan Allah SWT sebelum menghuni (terlahir) ke bumi. Namun karena sifat manusia yang sering lalai dan cenderung meng-kambing hitam-kan kesalahan kepada orang lain maka mereka berdalih dan melempar kesalahan kepada orang lain (terdahulu). Tetapi Allah SWT Maha Mengetahui isi hati setiap manusia, maka manusia murtad tetap dihukum. Karena dalam Islam sendiri tidak ada dosa turunan. Seluruh amal perbuatan setiap manusia ditanggung sendiri di hari Kiamat.
Meski pernah di sumpah dihadapan Allah SWT, manusia sering berbuat dzalim dan khianat terhadap apa yang harus dijalankan sebagai khalifah di muka bumi ini. Karena manusia memiliki sifat sombong. Padahal kesombongan adalah hak Allah SWT (Al-Mutakabbir). Hal ini dikarenakan kebanyakan manusia tidak mau berfikir secara jernih (terhijab) tentang siapa dirinya, dari mana asalnya, apa tujuan hidupnya, akan kembali ke mana dan bekal apa yang harus dipersiapkan. Sungguh kehidupan dunia itu melenakan mereka, sementara akhirat adalah sebaik-baik tempat mereka kembali.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka akan khawatir mengkhianatinya, dan dipikulllah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab 33 : 72-73).
Oleh karena itu sebagai manusia seharusnya selalu eling lan waspada (ingat dan waspada). Bertaqwalah kepada Allah SWT dan jadilah orang yang rabbani, yang hanya menyembah Allah SWT. Jangan menyembah berhala-berhala dunia (materi, kekuasaan, dll) dan mengkultuskan, menyembah, menggantungkan hidupnya kepada makhluk-makhluk Allah SWT meskipun makhluk tersebut adalah nabi, rasul, malaikat, ulama, kyai, syech, pejabat/penguasa, dll. Hanya Allah SWT yang berhak disembah. Inilah yang dinamakan tauhid.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia : Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah. Akan tetapi (dia berkata) : Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya, dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. (Apakah) patut dia mneyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imran 3 : 79-80).
Demikian uraian singkat tentang manusia murtad semoga bermanfaat. Untuk sub-topik “Sikap Manusia Kepada Islam” berikutnya Insya Allah saya akan membahas mengenai “perilaku kafir”.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.
Sub topik artikel ini membahas tentang manusia murtad. Murtad berarti keluar dari agama; kafir sesudah beriman. Orang yang murtad berarti telah menjadi kafir. Adapun ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang murtad adalah :
“Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus”. (QS. Al-Baqarah 2 : 108).
Lalu apa konsekuensinya bila manusia itu murtad? Manusia yang murtad dan mati dalam kekafiran maka sia-sialah amal perbuatan mereka yang pernah dilakukannya.
“….Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217).
Seringkali manusia lupa bahwa sebelum manusia turun ke bumi (sebelum ruh ditiupkan ke raga), di dalam alam azali manusia pernah bersumpah di hadapan Allah, bahwa mereka beriman kepada Allah SWT. Adapun ayat Al-Qur’an yang menerangkan adalah :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturanan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa manusia, mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku (Allah) ini Tuhanmu? Mereka (ruh) menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu”. (QS. Al-A’raf 7 : 172-173).
Dari ayat di atas terlihat bahwa seluruh manusia pernah diambil sumpah (kesaksiannya) di hadapan Allah SWT sebelum menghuni (terlahir) ke bumi. Namun karena sifat manusia yang sering lalai dan cenderung meng-kambing hitam-kan kesalahan kepada orang lain maka mereka berdalih dan melempar kesalahan kepada orang lain (terdahulu). Tetapi Allah SWT Maha Mengetahui isi hati setiap manusia, maka manusia murtad tetap dihukum. Karena dalam Islam sendiri tidak ada dosa turunan. Seluruh amal perbuatan setiap manusia ditanggung sendiri di hari Kiamat.
Meski pernah di sumpah dihadapan Allah SWT, manusia sering berbuat dzalim dan khianat terhadap apa yang harus dijalankan sebagai khalifah di muka bumi ini. Karena manusia memiliki sifat sombong. Padahal kesombongan adalah hak Allah SWT (Al-Mutakabbir). Hal ini dikarenakan kebanyakan manusia tidak mau berfikir secara jernih (terhijab) tentang siapa dirinya, dari mana asalnya, apa tujuan hidupnya, akan kembali ke mana dan bekal apa yang harus dipersiapkan. Sungguh kehidupan dunia itu melenakan mereka, sementara akhirat adalah sebaik-baik tempat mereka kembali.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka akan khawatir mengkhianatinya, dan dipikulllah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab 33 : 72-73).
Oleh karena itu sebagai manusia seharusnya selalu eling lan waspada (ingat dan waspada). Bertaqwalah kepada Allah SWT dan jadilah orang yang rabbani, yang hanya menyembah Allah SWT. Jangan menyembah berhala-berhala dunia (materi, kekuasaan, dll) dan mengkultuskan, menyembah, menggantungkan hidupnya kepada makhluk-makhluk Allah SWT meskipun makhluk tersebut adalah nabi, rasul, malaikat, ulama, kyai, syech, pejabat/penguasa, dll. Hanya Allah SWT yang berhak disembah. Inilah yang dinamakan tauhid.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia : Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah. Akan tetapi (dia berkata) : Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya, dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. (Apakah) patut dia mneyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imran 3 : 79-80).
Demikian uraian singkat tentang manusia murtad semoga bermanfaat. Untuk sub-topik “Sikap Manusia Kepada Islam” berikutnya Insya Allah saya akan membahas mengenai “perilaku kafir”.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar