DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 07 April 2009

Shalatlah!...Shalatlah!..tapi yang Khusyu' (bag.4)


SHALATLAH!...SHALATLAH!...TAPI YANG KHUSYU’ (Bagian 4)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah...akhirnya kita masuk pada bagian akhir tulisan ini. Bagaimana dengan shilatun (wukuf) anda? Sudah mendapat respon dari Allah SWT? Kalau belum jangan putus asa, karena setiap dari kita berbeda-beda, tergantung keikhlasan, kepasrahan, istiqomah, riyadah, yakin dan percaya berjumpa dengan Allah SWT. Akuilah bahwa kita bodoh dan lemah dihadapan Allah SWT sehingga Allah SWT berkenan menuntun dan memberi petunjuk.

Bagi yang sudah ada respon dari Allah maka saya berpesan istiqomahlah, jangan sombong, minta kepada Allah SWT untuk ditambahkan Islam, Iman dan Ihsan beserta limpahan Nur Hidayah, Rahmat dan Ridho-Nya.

Oh ya, sebelum masuk pembahasan terakhir saya memberikan informasi tanda-tanda adanya respon dari Allah SWT, yaitu :
a. Dada terasa dingin (seperti yang dirasakan Rosululloh SAW di gua Hiro’).
b. Tangan merasakan seperti adanya aliran listrik.
c. Ketenangan yang luar biasa dan dada lapang sekali (Al-An’aam 125).

Setelah sahabat mendapatkan suasana ini, berniatlah untuk shalat dan kita tinggal memasuki shalat serta menerima kekhusyukan. Jangan mencoba mengkhusyukan diri, biar Allah yang mengkhusyukan dan menuntun shalat kita. Pasrah total.

Marilah kita masuk pada pembahasan (secara ringkas yang saya nukilkan dari SC Yogya) mengenai niat, wudhu & shalat
1. Shilatun dilanjutkan niat. Tiap usapan wudhu, sebagaimana gerakan dan bacaan shalat, harus disertai atau diiringi dengan niat (bukan membaca niat atau sekedar diawali lafal niat).Usaplah dengan lembut dan penuh kasih sayang anggota badan kita. Ini sekaligus menjadi praktek Hydroterapy.

- Sesungguhnya segala perbuatan itu disertai niat. Dan seseorang diganjar sesuai dengan niat (HR. Bukhari-Muslim/Muttafaqun Alaih).

- Niat bukan sekedar ‘lafal’; Qasydu Syai Muktarinan bifi’lihi, melakukan perbuatan dengan kesadaran penuh dan mengalir sepanjang perbuatan itu berlangsung (Sayyid Quthb).

2. Sempurnakan Wudhu. Wudhu bukan sekedar membasahi anggota tubuh. Melainkan, bagian peribadatan, persiapan menghadap Allah, meliputi sisi luar (fisik) sampai ke dalam (ruhani).

- Barangsiapa berwudhu lalu dibaguskan wudhunya dan dikerjakan shalat dua rakaat. Dimana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu’ dan shalat itu sesuatu hal duniawi. Niscaya keluarlah dia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya (HR. Bukhari & Muslim).

3. Lakukan Shalat dengan tubuh dan suasana hati yang rileks. Rasulullah menjadikan shalat sebagai tempat beliau beristirahat. Karena itu, lakukan shalat dengan terlebih dahulu melepaskan ketegangan, biarkan otot-otot menjadi kendor, sampai terasa tenang dan damai meresapi tubuh. Pasrah, berserah. Rosululloh SAW, kadang sebelum adzan tidur-tiduran miring (qoilulah) untuk sekedar merilekskan badannya.

- “Wahai Bilal, Jadikanlah kami beristirahat dengan melaksanakan shalat, adzanlah untuk shalat maka kami bisa istirahat dengan menunaikan-Nya.” Maka Beliau istirahat dengan shalat karena didalamnya terdapat munajat kepada Allah SWT, karena itu beliau bersabda “Ketenangan hatiku dijadikan diwaktu shalat.” (HR. Ibn Manzhur Al Anshari).

4. Tuma’ninah dalam tiap gerakan.
- Nabi SAW senantiasa thuma’ninah (dalam shalatnya) sehingga setiap ruas tulangnya menetap pada posisinya masing-masing. (HR. Ibnu Khuzaimah).

- Apabila kalian melaksanakan shalat maka janganlah terburu-buru dan datanglah shalat tersebut dengan dan penuh hormat (HR. Bukhari); Kerjakanlah shalatmu seperti shalat orang yang berpamitan (HR. Ahmad)

- Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan ruku’, kemudian bangkitlah sehingga i’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan duduk kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu (Abu Hurairah: HR. Bukhari, HR. Ahmad)

5. Perbaiki Bacaan Shalat. Banyak orang mengira, bahwa bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, ruku maupun sujud. Padahal bacaan BUKANLAH ABA-ABA dalam shalat kita. Tiap bacaan mengandung aspek do’a dan dialog. Harus diucapkan dengan sadar : diniati, dipahami makna dan dihadirkan rasa, bagaimana Allah merespon tiap kata yang terucap.

- Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan (An-Nisa 43).

- Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Al-Muzzammil 4): Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat (Al-Muzzammil 20).

6. Menjadikan shalat sebagai sarana berdzikir dan berdialog dengan Allah.
- Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu” (Al-Isra’ 110)

- Apabila seseorang diantara kalian mulai berdiri dalam shalatnya, sesungguhnya dia sedang bermunajat hanya kepada Tuhannya. Oleh karena itu, hendaknya dia memperhatikan siapa yang diajak bicara (Al Hakim, Mustadrak, Shohibul Jami’Hadits no. 1538).

- Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (Al-An’am 162).

7. Memperbanyak doa dalam sujud. Berdoalah dalam kondisi menyadari bahwa Allah dekat. Betapapun, tidaklah pantas menuntut terkabulnya doa, bila kita merasa jauh dari-Nya.

- Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku menjawab seruan orang yang menyeru apabila ia menyeru-Ku (Al-Baqarah 186).

- Dan sujudlah dan dekatlah (dirimu kepada Tuhan)-(Al-Alaq 19) ; Berdoalah kepada-Ku, Aku akan kabulkan (Al-Mu’min 60).

- Jarak terdekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat dia sedang bersujud. Oleh sebab itu, perbanyaklah doa (HR. Muslim).

- Berserulah (berdo’a) kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak terima) dan harap (dikabulkan). Al-A’raf 55-56.

Shalat yang dilakukan secara benar akan mampu mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Agar memahami “kebenaran”, adalah wajib menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk!

Selesai

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fahri
SC-HSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar