DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Selasa, 14 April 2009

Empat Perkara yang Hilang

EMPAT PERKARA YANG HILANG

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sahabatku yang dirahmati dan dimuliakan Allah SWT. Marilah kita sedikit menengok ke belakang yaitu masa ketika Rasululloh SAW masih hidup dan menjelang beliau dipanggil Allah SWT, serta kehidupan para sahabat dan ulama saat itu.

Beliau berpesan kepada umatnya, "Ada dua hal yang aku tinggalkan setelah aku wafat yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Berpeganglah kepada keduanya maka engkau tidak akan tersesat" (Al-Hadist).

Selain Al-qur'an yang menjadi rujukan bagi umat islam, As-Sunnah juga menjadi rujukan. Kenapa? karena tindak tanduk, perilaku, perbuatan dan akhlak Rosululloh SAW mencerminkan Al-Qur'an (Rosululloh SAW adalah Al-Qur'an berjalan).


Ada empat hal di masa Rosululloh SAW, para sahabat dan ulama yang sangat berharga bagi umat islam namun pada zaman sekarang ini hilang. Apa sajakah itu?

1. Innamaa Aqmalu Binniyat.

Sesungguhnya segala perbuatan itu disertai niat. Dan seseorang diganjar sesuai dengan niatnya (HR. Bukhari – Muslim / Muttafaqun Alaih).

Niat bukan sekedar ’lafal’ ; Qasydu syai muktarinan bifi’lihi, melakukan perbuatan dengan kesadaran penuh dan mengalir sepanjang perbuatan itu berlangsung. (Sayyid Quthb).

Ya..seringkali kita dalam beribadah (shalat), bekerja, beraktivitas, bahkan dalam tidurpun sering kita tidak berniat tetapi hanya membaca niat.Niat adalah perbuatan yang dilakukan secara kesadaran penuh dalam melakukan aktivitas mulai dari awal sampai dengan akhir.

Misalnya anda akan menyeberangi sungai dan jembatan yang anda lalui hanya sebatang bambu. Agar anda selamat sampai tujuan, tentunya diperlukan perhatian dan kesadaran penuh mulai menjaga keseimbangan dan kelenturan badan, memperhatikan langkah demi langkah kaki anda, potensi rintangan selama anda menyeberang, dll. Dengan kesadaran penuhlah anda akan selamat sampai tujuan. Inilah yang dinamakan niat.

Kalau anda hanya berrniat (tepatnya membaca niat) menyeberang tanpa dilandasi kesadaran penuh selama anda menyeberang kira-kira apa yang terjadi? Boleh jadi anda tidak sampai ke tujuan, karena terpeleset, terantuk maupun tergoda dengan keindahan di sekeliling anda, sehingga anda akan mudah jatuh!

2. Ash-shalatu mi'rajul mu'minin (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah).

Shalat adalah mi’raj (sarana naiknya jiwa menuju Tuhannya)bagi orang mukmin.

Banyak dari kalangan umat islam saat melakukan shalat hanya sebatas menggugurkan kewajiban dan tidak menjadikan suatu kebutuhan. Banyak dari kaum muslim juga yang shalat hanya sebatas melibatkan fisik (syariat-rukun/wajib shalat) tanpa melibatkan segi batiniah (Haqiqat-ruh/jiwa). Padahal ruh inilah yang dapat menjadi sarana kita untuk menghadap Allah SWT ketika shalat (untuk lebih jelasnya baca artikel saya..shalatlah!...shalatlah...tapi yang Khusyu').

3. Man Arafa Nafsahu, Faqod Arafa Rabbahu.

Siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya. Ini adalah pernyataan para ulama yang selaras dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Sebagai manusia kita dikaruniai sifat lalai/alpa/lupa. Namun apabila lalai/alpa/lupa yang dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang relatif panjang bukanlah disebut lalai, tapi kesengajaan. Karena hakekatnya lalai/alpa/lupa adalah perbuatan yang tidak disengaja/tidak sadar dan jangka waktunya relatif pendek.

Oleh karena itu kesadaran harus tetap dijaga. Kesadaran yang terjaga akan membawa kepada perenungan dan tafakur. Hasil tafakur akan melontarkan beberapa pertanyaan siapa diri saya? Dari mana saya akan berasal? Bagaimana saya diciptakan? Apa tujuan saya hidup? Kemana saya akan kembali? dll.....kondisi inilah yang akan membawa ke maqam makrifatullah. Dan puncak dari Man arafa nafsahu, faqod arafa Rabbahu adalah ketika wuquf di arafah (ibadah haji). Insya Allah, Allah SWT akan menunjukkan dan mengenalkan diri-Nya kepada abdi-Nya. Sehingga manusia bersaksi (bersyahadat). Inilah salah satu tanda haji mabrur. Al-Hajju Arafa! (haji adalah arafah).

4. Carilah ilmu mulai dari ayunan sampai masuk liang kubur (al-hadist).

Artinya carilah ilmu mulai anak-anak sampai anda mati.

Banyak dari kalangan umat islam yang merasa bahwa ilmu hanya diperoleh dari pendidikan informal (mis : pesantren, pelatihan, kursus, dll) maupun formal. Kadang kita sudah merasa bangga dengan ilmu yang kita dapat, apalagi bila kita lulusan dari luar negeri yang universitasnya memiliki reputasi... sombongnya minta ampun.... ditambah lulus dengan predikat summa cumlaude.... kita sudah merasa paling pinter. Kita merasa berhak menggurui orang yang lebih rendah tingkat pendidikannya... sombong amat ya. Lebih fatalnya lagi bahwa dengan ilmu yang kita peroleh itu, kita merasa sudah cukup puas. Padahal Rosululloh SAW berpesan bahwa ilmu harus dicari sampai kita tidak mampu lagi alias mati.

Rosululloh SAW bersabda : "Menuntut ilmu itu adalah fardhu (kewajiban) bagi setiap muslim". Dengan ilmu (duniawi maupun ukhrowi) maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat. Bahkan Allah SWT berpesan untuk membaca (iqra') atas ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sehingga potensi yang ada di alam semesta (ilmu arkeologi, astronomi, dll) dapat digunakan manusia untuk kesejahteraan di dunia.

Inilah yang selama ini hilang dari umat islam, dalam masalah ilmu agama kita sibuk bertengkar masalah bid'ah, khilafiyah, neraka, surga, dan hingga saat ini nggak selesai-selesai. Sementara untuk ilmu dunia kita jauh tertinggal, padahal umat islam di-nash sebaik-baik umat. Saking sibuknya bertengkar masalah syariat, umat islam jadi lalai tugas utama yaitu sebagai khalifah fil ardhi. Yang mengelola bumi ini untuk kesejahteraan. Makanya tidak mengherankan saat ini umat islam jadi bulan-bulanan dunia barat yang lebih maju teknologi dan sains-nya. Sementara untuk menutupi kekurangan, umat Islam hanya membanggakan tokoh-tokoh sains Islam jaman dulu, seperti ibnu sina, al-farizi, dll. Masya Allah!.

Idealnya, antara ilmu akhirat dan dunia haruslah seiring sejalan. Ilmu dunia tanpa ilmu akhirat, mengakibatkan kesejahteraan tidak tercapai. Ilmu akhirat tanpa ilmu dunia mengakibatkan kehidupan tidak dinamis dan kejumudan berfikir.

Semoga tulisan diatas dapat menjadi renungan kita semua, karena kita adalah sebaik-baik umat yang diciptakan. Sehingga kita dapat menjalankan tugas secara total, baik Hablu minallah, Hablu minnas dan Rahmatan lil'alamin. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri
SC-HSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar