DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Kamis, 16 April 2009

Manajemen Tukang Parkir


MANAJEMEN TUKANG PARKIR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat yang dimuliakan dan dirahmati Allah SWT.

Sahabat, pernahkah dalam hidup kita barang sejenak meluangkan waktu untuk belajar dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling kita? Mungkin kita pernah belajar namun biasanya dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya kontroversial, bombastis dan fantastis, tapi jarang kita belajar dari sesuatu yang kelihatannya sepele namun dibalik peristiwa itu ada hikmah yang besar. Contohnya : Tukang Parkir. ”Lho apa hebatnya?” tanya kita. Hebat dan dahsyat sekali hikmahnya! Coba kita simak uraian artikel dibawah ini.

Sahabat, dalam hidup kita pasti pernah memarkirkan kendaraan kita di suatu tempat. Kalaupun kebetulan anda belum memiliki kendaraan saat ini, paling tidak anda pernah meminjam dari teman atau orang yang anda kenal. Tapi kalau belum pernah sama sekali, paling tidak anda pernah melihat tukang parkir dan kendaraan yang parkir.

Dari peristiwa tersebut ada hikmah yaitu berupa kepercayaan si pemilik kendaran untuk menitipkan miliknya kepada orang lain. Dan hebatnya adalah filosofi kerja sang tukang parkir, ketika diberi kepercayaan maka dengan segenap tanggung jawabnya dia akan menjaga, melindungi dan mengamankan dari gangguan. Seolah-olah dialah yang memiliki kendaraan itu. Namun ketika sang pemilik datang, dan mengambil kendaraannya, si tukang parkir oke-oke saja dan tidak merasakan kehilangan. Dan atas tanggung jawab dan memegang kepercayaan yang diberikan si pemilik kendaraan, si tukang parkir mendapat imbalan, bahkan mungkin tambahan bonus karena si pemilik mobil puas dengan pelayanan si tukang parkir.

Lalu apa hubungan tukang parkir dengan tulisan dalam artikel ini? Ada dong...!

Sahabat, manusia diciptakan oleh Allah SWT bertugas sebagai khalifah fil ardhi, manusia diberi mandat kepercayaan untuk mengelola bumi demi kesejahteraan bersama penghuninya. Demi tugas tersebut, Allah SWT membekali manusia dengan akal fikiran, untuk digunakan secara optimal mengolah potensi apa yang ada di bumi dan mengelola kehidupan dibumi untuk kemashlatan umat manusia dan makhluk yang lain (rahmatan lil alamin).

Tapi sifat manusia sering lalai dan nafsu sering menguasainya, sehingga apa-apa yang didapat diklaim sebagai miliknya. Entah itu harta, kekuasaan, dan keluarga dianggap sebagai miliknya. Padahal itu semua hanya sarana dalam bentuk amanat, mandat, kepercayaan dari Allah SWT. Apabila mandat itu diambil Allah SWT (yang memiliki apa yang di langit dan di bumi), kita sering tidak terima, sehingga mengakibatkan stres, marah, sakit, Allah tidak adil, dll. Padahal belum tentu harta, tahta dan keluarga menjadikan manusia bahagia, justru kadang membuat menderita. Penderitaaan ini dikarenakan manusia lebih mencintai kenikmatan semu (harta, kuasa dan keluarga) daripada Allah SWT dan menjadikannya lupa cintanya kepada Allah & Rasul-Nya.Na’udzubilahimindzalik!

Banyak penguasa yang diambil mandatnya, bila tidak pasrah menyebabkan post power syndrome; Harta yang hilang, dicuri atau dirampok bila tidak direlakan menyebabkan stress atau anggota keluarga yang diambil nyawanya bila tidak diikhlaskan akan menyebabkan trauma berkepanjangan. Bahkan tak jarang sesama anggota keluarga bisa saling bermusuhan, fitnah memfitnah, bunuh membunuh demi seonggok harta dan tahta.

Coba perhatikan firman Allah SWT di bawah ini :

”Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya & tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya & dari berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (At-Taubah 9:24).

”Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka; sedang mereka dalam keadaan kafir.” (At-Taubah 9:55).

”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu & anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah-lah pahala yang besar (At-Taghabun 64:14-15).

Lalu bagaimana kita menyikapinya? Yaitu dengan memasuki kesadaran ketuhanan dengan iman dan percaya pada Allah SWT. Dengan demikian manusia akan memasuki wilayah kebahagian abadi di dunia dan akhirat. Karena harta, tahta dan nyawa pada hakekatnya adalah milik-Nya, bila sewaktu-waktu diambil kita ikhlaskan (seperti tukang parkir, rela bila kendaraan yang dititipkan kepadanya diambil oleh si pemiliknya yang memberikan amanat kepadanya). Ingatkah kita ketika lahir dalam kondisi telanjang tanpa memiliki sesuatu pun? Bahkan sehelai benangpun kita tidak punya untuk menutupi tubuh ini?. Dan Allah memberikan rezeki harta, tahta dan keluarga itu sebagai amanah, janganlah kita menganggap itu semua milik kita. Sungguh menyiksa akibatnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Fahri
SC-HSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar