Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dalam artikel ini, saya
tidak membahas tentang syariat berhaji karena pembaca pasti banyak yang sudah
paham. Saya lebih berfokus membahas dari tinjauan aspek spiritual
(batiniyah/filosofis) dibalik makna ritual tersebut.
·
Ihram
Ihram adalah prosesi ritual ibadah haji dengan ditandai
pemakaian kain putih 2 (dua) lembar tanpa boleh ada jahitan. Secara simbolik
kain putih menandakan bahwa itulah kain kafan yang akan dikenakan saat
meninggal dunia kelak. Jadi ingatlah mati, tinggalkan keramaian dunia yang penuh fatamorgana, fokuskan hanya untuk
beribadah kepada Allah SWT. Ihram merupakan lambang bersihnya hati dari seorang
Muslim dari segala sesuatu, disitulah Baitullah yang sesungguhnya yang bersih
dari sifat Musyrik. Dikenakannya kain
bagi seluruh jamaah haji tanpa kecuali juga menandakan tidak ada perbedaan
duniawi ketika menghadap Allah SWT. Harta, tahta, dan status sosial semuanya
tidak berguna di hadapan-Nya, hanya ketakwaan-lah yang menjadi tolok ukur derajat di hadapan Allah SWT.
Ihram juga sebagai prosesi melepaskan ikatan nafsu untuk mencapai ruhani
yang tinggi. Ar-ruh berkuasa atas an-nafs. Meluruskan niat hanya beribadah,
kagum dan terpesona hanya kepada Allah SWT. Tidak kepada yang selain-Nya.
·
Thawaf
Prosesi mengitari ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali putaran
mempunyai makna bahwa Allah SWT adalah Tuhan alam semesta. Dia-lah pusat
segala-galanya bagi makhluk-makhluknya untuk meminta pertolongan, tempat
bergantung dan mohon perlindungan. Tidak ada kekuatan suatu apapun yang dapat
menandingi-Nya. Berputar mengelilingi Ka’bah juga menandakan agar manusia
senantiasa tunduk dan patuh atas kehendak-Nya, sebagaimana bumi yang berotasi
dan berevolusi, bulan mengelilingi bumi, planet-planet yang berjalan di atas
garis edarnya. Semua menerima apa-apa yang telah digariskan Tuhannya. Dengan
ketunduk-patuhan ini agar kehendak diri manusia senantiasa selaras dengan
kehendak Allah SWT. Inilah yang dinamakan pasrah secara totalitas (berserah
diri) sehingga menghasilkan keharmonisan jiwa.
·
Sa’i
Prosesi lari-lari kecil dari bukit shafa ke marwa
sebanyak 7 kali ini untuk mengingatkan perjuangan ibunda Siti Hajar ketika
mencari air untuk minum anaknya, nabi Ismail AS ketika masih bayi. Manusia
boleh berikhtiar dan berencana dalam mengusahakan sesuatu, tetapi rencana Allah
SWT yang pasti terjadi. Sa’i mengajarkan kesadaran berketuhanan dan bergantung
secara totalitas kepada Allah SWT sebagai Penguasa Tunggal apa-apa yang ada di
langit dan bumi. Dengan bergantung hanya kepada-Nya akan menghasilkan jalan
keluar dari segala kesulitan atau masalah hidup baik di dunia maupun akhirat.
·
Wukuf di Arafah
Inilah puncak ibadah haji. Tidak boleh jamaah haji
meninggalkan
prosesi ibadah ini meskipun sedang sakit. Haji
adalah arafah (Al-Hajju Arafah). Di tempat inilah Allah SWT akan menilai diterima
(mabrur) tidaknya ibadah haji sang hamba, “Al-Hajju Arafah,
Man Jaa Lailata Jam’in Qabla Tulu’il Fajri Faqad Adraka” (HR. Ahmad).
Kesadaran wukuf merupakan puncak tertinggi dalam
berspiritual haji, yaitu menyadari dan menyaksikan adanya Allah SWT Yang Maha
Meliputi Segala Sesuatu. Prosesi yang dilakukan adalah berdiam diri
dan tenang dalam keadaan ma'rifatullah sambil berdzikir.
Arafah bermakna penyaksian diri, man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu
(Manusia yang mengenal dirinya maka akan mengenai Tuhannya). Sekali lagi, haji
adalah yaitu Arafa, tanpa Arafa berarti hajinya tidak syah alias Umrah (haji
kecil). Pertanyaannya, ketika seorang abdi melaksanakan haji dan sedang Wukuf
di padang Arafa (padang penyaksian) apa yang mereka saksikan pada waktu itu? Sudahkah mereka
menyaksikan dirinya dihadirkan oleh Tuhan di padang Arafa-Nya? Haji itu
peristiwa seorang abdi yang dipanggil
Tuhannya untuk menjadi tamu-Nya di
tanah suci-Nya dengan berbekal ilmu dan amal shalihnya. Bagi yang diterima hajinya, pada waktu wukuf mereka
dapat menyaksikan (Arafa) dirinya dihadirkan Allah SWT dipadang-Nya yang luas
tak berbatas. Mereka itu orang-orang diperjalankan Allah SWT bisa mengenal
Tuhannya dengan jalan mengenali dirinya sendiri. Sebagaimana makna doa orang
berhaji adalah: “Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah”. Mereka
benar-benar hamba yang dipanggil Tuhannya bukan dituntun nafsunya untuk mendatangi
Baitullah/Masjidil Haram.
·
Lempar Jumrah
Prosesi selanjutnya adalah melempar jumrah ke 3 (tiga)
tugu dengan batu kerikil masing-masing tugu (aqabah, ula, wustha) sebanyak 7
(tujuh) buah. Prosesi ini dilatarbelakangi oleh peristiwa nabi Ibrahim AS saat mengusir iblis dengan batu ketika
mencoba menggodanya untuk memenuhi perintah Allah SWT untuk menyembelih Nabi
Ismail AS. Makna lempar jumrah oleh para jamaah haji bukanlah melempari iblis
dengan batu sebagaimana Nabi Ibrahim AS dahulu lakukan. Logikanya bagaimana
mungkin iblis yang tidak kasat dilempari batu, mungkin malah tidak mengenai
sasaran. Adapun makna yang sebenarnya adalah manusia diperintah Allah SWT untuk
membuang nafsu fujur dan sifat syaitan yang ada dalam dirinya. Bukankah sifat
syaitan bersemayam di hati dan mengalir dalam darah manusia? “Sesungguhnya
syaitan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah” (HR. Muslim)
Demikian
sekilas pembahasan mengenai makna spiritual haji, semoga para kerabat dan
sahabat yang menunaikan ibadah haji tahun ini mendapat limpahan nikmat dari
Allah SWT menjadi haji yang mabrur. Amin.
Artikel
di atas adalah petikan dari e-book saya yang ketiga yang berjudul “Menyibak
Takwil Rakaat Shalat Fardhu”. Apabila pembaca berminat, silahkan membeli
(donasi untuk kepentingan social keagamaan) dengan cara mendownload. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan
adalah :
- E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW
DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna
merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan
klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk
mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT
FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini
untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk
meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar