Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak
ada manusia yang sempurna. Tidak ada pula manusia yang tidak pernah melakukan
perbuatan yang membuat Allah SWT tidak berkenan. Bahkan seorang nabi pun tidak
terbebas dari perbuatan ini. Hanya Allah SWT Yang Maha Suci. Inilah beda antara
Tuhan dan makhluk-Nya.
Namun demikian,
Allah SWT dengan kasih sayang dan rahmat-Nya yang tidak terbatas, para utusan
ini diampuni kekhilafannya. Agar para pembaca tidak memiliki persepsi buruk (su’udzlon)
atas tulisan ini, dibawah ini saya nukilkan beberapa peristiwa yang dialami
oleh para utusan-Nya (termuat dalam Al-Qur’an) yang membuat Allah SWT tidak
berkenan atau menegurnya.
Pertama, Kisah Nabi Yunus, AS. Anda tentu
masih ingat ketika sang nabi diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah di daerah
yang bernama ‘Asyur, antara sungai Dajlah dan sungai Furod. Hampir tiga puluh
tahun lamanya beliau berdakwah dan hanya mendapat pengikut 2 orang. Menghadapi
kondisi ini beliau kesal dan marah serta meninggalkan kaum tersebut tanpa
seijin Allah SWT, dan nabi Yunus AS mengira tidak akan dihukum oleh Allah SWT.
Apa yang terjadi kemudian? Tentu para pembaca sudah tahu cerita ini, Nabi Yunus
AS ditelan oleh ikan Hut, ketika beliau
berlayar. Sekian lama beliau dalam perut ikan Hut sehingga beliau lemah dan
sakit. Di tengah kondisi ini beliau akhirnya sadar akan kesalahannya, sehingga
beliau memohon ampunan dan Allah SWT mengabulkan serta mengampuni kekhilafan
beliau. Singkat cerita, pada akhirnya ikan Hut mengeluarkan beliau di tepi
pantai dalam keadaan selamat dan beliau kembali lagi berdakwah. Adapun doa
beliau untuk mohon ampun kepada Allah SWT sangat terkenal dikalangan umat islam
hingga saat ini dan diabadikan dalam Al-Qur’an.
“Dan
(ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa
tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya’ 21:87).
Kedua, Kisah Nabi Sulaiman,
AS.
Inilah salah satu nabi yang banyak mendapat kenikmatan dari Allah SWT berupa
kekuasaan, kekayaan, dapat berbicara dengan binatang, dan lain sebagainya.
Kondisi yang penuh kenikmatan ini membuat sang Nabi pernah berbuat khilaf yaitu
menyombongkan diri dihadapan Allah SWT dengan meminta ijin agar dengan
kekuasaan dan kekayaannya diberikan kesempatan memberikan kebutuhan makan
kepada seluruh makhluk-Nya. Apa yang terjadi kemudian? Tidak ada sehari beliau
memberikan makan atas makhluk yang ada di muka bumi ini, beliau disadarkan
bahwa dengan kekayaannya yang dimilikinya, beliau tidak mampu memberikan makan
makhluk Allah SWT. Pada akhirnya beliau memohon ampun dan Allah SWT memaafkannya.
Ketiga, Kisah Nabi
Musa AS.
Tentu pembaca ingat peristiwa antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir. Sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan Nabi
Musa AS untuk belajar spiritual kepada Nabi Khidir. Atas perintah ini Nabi Khidir
menyetujuinya namun dengan syarat selama “berguru” Nabi Musa AS tidak boleh
memprotes apa-apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir. Meskipun Nabi
Musa AS menyetujui persyaratan itu, dalam perjalanan spiritualnya, Nabi
Musa AS selalu
memprotes apa yang dilakukan nabi Khidir, yaitu ketika Nabi Khidir melubangi
kapal nelayan yang ditumpanginya, membunuh anak kecil yang ditemuinya dan menolong
menegakkan dinding bangunan rumah yang hampir roboh. Atas apa yang dilakukan
oleh Nabi Khidir, Nabi Musa AS selalu memprotes tindakannya.
Ketidaktahuan
nabi Musa AS dalam memahami apa-apa yang dilakukan nabi Khidir karena Nabi Musa AS
saat itu masih menggunakan “bahasa pikir” sehingga tidak mampu “membaca” hikmah
atau tabir dibalik peristiwa itu semua.
Kemudian
nabi Khidir menerangkan kepada nabi Musa AS bahwa kapal nelayan yang dilubangi
semata-mata untuk menghindari kapal tersebut yang akan dirampas oleh raja yang
zalim, mengingat kapal itu milik orang-orang miskin yang bekerja di laut untuk
mencari nafkah bagi keluarganya. Adapun anak kecil yang dibunuh karena kedua
orang tuanya adalah orang mukmin yang taat, namun di saat nanti anak itu tumbuh
dewasa akan mendorong kedua orang tuanya dalam kesesatan dan kekafiran.
Sementara dinding rumah yang ditegakkan semata-mata untuk melindungi anak yatim
piatu selaku pemiliknya, karena di bawah dinding itu tersimpan harta benda
simpanan bagi mereka peninggalan dari orang tuanya (QS. Al-Kahfi 18 :
66-82). Atas apa yang dilakukannya, akhirnya
Nabi Musa AS memohon maaf kepada Nabi Khidir dan Allah SWT.
Keempat, Kisah Nabi
Muhammad, SAW.
Rasulullah SAW pernah mendapat teguran dari Allah SWT yaitu ketika beliau tidak
mengindahkan seseorang yang miskin dan buta ingin masuk dan belajar islam disaat
beliau sedang menerima para pembesar (penguasa) quraisy dan beliau berharap
para penguasa ini masuk islam. Atas kesalahannya ini beliau kemudian memohon
ampun dan Allah SWT menerima permohonan itu. Peristiwa ini diabadikan dalam
Al-Qur’an,
“Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena
telah datang seorang buta kepadanya, Tahukah kamu barangkali ia ingin
membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu
pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya
serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia
tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang
datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu
mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan
itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia
memperhatikannya” (QS. Abasa 80: 1-11).
Dari
beberapa kisah di atas dapatlah dijelaskan, bahwa seorang nabi pun pernah
berbuat salah, kemudian mereka minta maaf dan Allah SWT mengampuninya. Kalau
para utusan-Nya saja berbuat demikian, apalagi kita selaku umatnya dan tidak
pernah hidup bersama dengan mereka. Sudah berapa banyakkah dosa kepada Allah
SWT yang pernah kita perbuat? Mungkin sudah tidak dapat dihitung jumlahnya
Yang
menjadi masalah sekarang adalah kita hampir setiap hari sudah memohon ampun
kepada Allah SWT, baik dalam shalat, do’a, dzikir, dan berbagai kesempatan
lainnya. Sudahkah Allah SWT menjawabnya dan memaaafkan kesalahan kita layaknya
para nabi dahulu yang memohon ampun dan
Allah SWT segera menjawabnya dengan memberikan tanda dan bukti bahwa kesalahan
(dosa) mereka telah diampuni? Lalu tanda dan bukti apa bahwa dosa anda diampuni
Allah SWT? Kalau anda merasa bahwa dosa anda pasti diampuni Allah SWT lalu mengapa
anda takut mati detik ini juga (tidak ikhlas, tidak siap dan tidak ridha) ketika
Allah SWT menghendaki karena anda merasa banyak dosa dan takut masuk neraka?
Bukankah perilaku ini menunjukkan bahwa anda
sejatinya belum atau tidak yakin bahwa dosa anda telah diampuni Allah SWT
karena belum diberikan tanda dan buktinya?
Lalu apa tanda dan bukti bahwa dosa kita telah diampuni? Secara terang dan
jelas, Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman bahwa salah satu tanda dan bukti orang-orang
yang beriman diampuni dosanya, mereka akan mendapat ganti dengan
kenikmatan-kenikmatan berupa ridha-Nya di dunia ini sebagaimana nabi-nabi, ulil
amri, para waliyullah, dll. Coba perhatikan ayat berikut ini,
“Dan orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka
dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik
dari apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Ankabuut 29:7).
Ayat
di atas menerangkan bahwa tanda dan bukti seseorang yang telah diampuni dosanya
maka langkah perbuatannya (apa-apa yang dilakukannya) di kemudian hari di dunia
ini telah mendapat ridha dari Allah SWT sehingga banyak nikmat yang akan diperoleh.
Ini tiket (tanda dan bukti) untuk menikmati surga-Nya. Lalu bagaimana untuk
mengenal tanda dan bukti bahwa dosa kita telah diampuni? Bagaimana agar Allah
SWT berkenan melimpahkan ampunan, karunia, hidayah, rahmat dan ridha-Nya kepada
kita? Saya tidak dapat menjelaskan panjang lebar di sini karena terbatasnya
ruang dan waktu. Jika pembaca berkenan silahkan membeli E-Book saya dengan cara
mendownload di bawah ini.
Semoga
artikel singkat ini bermanfaat bagi para pembaca. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan
adalah :
- E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW
DALAM BERMA’RIFATULAH" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna
merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini
untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT
FARDHU" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping
ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk
meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar