Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Trend cara beragama yang instan
dewasa ini membuat hampir sebagian umat islam tergagap-gagap dalam meneladani
bagaimana cara Rasulullah Muhammad SAW dapat khusyu’ dalam beribadah kepada Allah
SWT dan mengenal Allah SWT dengan sebenar-benarnya (haqqul yaqin).
Ketidaktahuan dan ketidakpahaman cara mengenal Allah SWT membuat kita dalam
beragama hanya menjalankan ibadah sebatas ritual, bahkan ada sebagian kecil
yang menjurus seremonial. Padahal dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan
sedetail-detailnya dan Rasulullah Muhammad SAW sudah memberikan contoh. Kita
hanya perlu membuka kitabullah dan menjalankan apa-apa yang dicontohkan imam
kita, yaitu Rasulullah SAW.
Jadi janganlah heran kalau dewasa
ini agama kehilangan ruh-nya, dan Allah SWT sebagai Tuhannya manusia dan alam
semesta hanya dikenali secara setengah-setengah (tidak holistic). Bahkan saat
ini hal-hal yang membahas tentang siapa sebenarnya Allah SWT itu dianggap tabu.
Akibatnya, ketika menunaikan ibadah pun (karena tidak mengenal Allah SWT dengan
sebenar-benarnya) kita sering memfasilitasinya dengan menggunakan persepsi atau
imajinasi dalam menilai “wujud” Allah SWT. Padahal persepsi atau imajinasi itu
berada dalam wilayah otak, tragisnya lagi, otak kita tidak pernah menyimpan
file tentang wujud Allah SWT. Pada akhirnya, dalam beribadah kita lebih sering
“membayangkan” tulisan (asma), atau mencoba “berwasilah” melalui media atau
gambar tertentu. Cara beribadah seperti ini tentulah belum tepat. Mengapa? Karena
persepsi atau imajinasi tidak selalu sesuai dengan reality (kenyataan).
“Sesunguhnya
Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya."
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar
39:2-3).
Kondisi ini diperparah dengan doktrin
bahwa kita hanya dapat berjumpa dengan Allah SWT
di akhirat kelak. Hanya para nabi/rasul yang dapat berjumpa Allah SWT saat
hidup di dunia ini, sehingga mereka dapat berdialog, berkomunikasi, dan lain
sebagainya. Kalau kesimpulannya demikian maka saya ingin bertanya,”Lalu saat anda shalat berjumpa dan
menyembah siapa kalau tidak bertemu dengan yang disembah? Atau jangan-jangan
dalam shalat anda justru yang muncul masalah-masalah ke-duniawi-an anda seperti
pekerjaanku yang menumpuk, hutangku yang belum terbayar, anak-anak yang belum
dijemput dari sekolah, dll. Kalau anda mengalami demikian bukankah saat anda
shalat justru menyembah masalah, bukan menyembah Allah SWT? Apa ini tidak
dinamakan syirik? Padahal perbuatan syirik (menyekutukan) Allah SWT adalah dosa
yang tidak diampuni. Nah lho”. Coba perhatikan ayat berikut ini.
“Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.(QS. An-Nisaa’ 4:116).
Sholat adalah perjumpaan antara
hamba dengan Allah SWT tanpa perantara siapa dan dalam bentuk apapun. Cara
beribadah yang melalui persepsi atau imajinasi, dijelaskan Allah SWT dalam
Al-Qur’an sebagai caraibadah berada di tepi. Mengapa? Karena cara ini tidak
masuk dalam wilayah haqqul yaqin, sehingga mudah terombang-ambing dan sangat
berbahaya. Maka tak heran, bila realita yang ada tidak sesuai dengan apa yang
kita pikirkan (inginkan) maka kita gampang protes kepada Allah SWT, malah
terkadang malas dalam beribadah. Demikian pula sebaliknya. Inilah cara beragama
yang sejatinya tidak mengenal Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Sungguh ironis
bukan?
“Dan di
antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka
jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia
ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan
di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”. (QS.
Al-Hajj 22:11).
Bersambung….
Untuk
menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli E-Book saya dengan
cara men-download. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
- E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW
DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna
merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini
untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT
FARDHU" http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping
ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk
meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar