TAFAKUR, KONSEP ISLAM JALAN MENUJU TUHAN (22)-SELESAI
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
22. HAKIKAT RUH CERMIN KETUHANAN
Tuhan tidak ada di luar. Tuhan ada di dalam diri kita sendiri. Bahkan lebih dekat dari urat leher. Karenanya, jika dicari diluar tidak akan ketemu. Harus dicari di dalam diri sendiri. Al-Haq ada di dalam hati. Kalau kita mampu membuka mata hati, Insya Allah akan menemukan Nurrul Haq. Kuncinya adalah dengan menyibakkan (membuka) tabir yang menutupi pandangan mata hati kita untuk menemukan hakikat ruh. Apabila sudah menemukan hakikat ruh kita, maka Nurrul Haq akan hadir seperti tampaknya matahari pada siang hari.
Orang yang menuntut atau mencari Tuhan disebut Salik. Perjalanan pencarian Tuhan itu cukup panjang dan memakan waktu sangat lama, selama umur kita. Itupun belum tentu ketemu, manakala Allah sendiri yang tidak menghendaki. Para Wali, Auliya sampai pada Ittihad atau Hulul dan setingkat dibawahnya (makrifatullah), membutuhkan waktu rata-rata lebih dari 30 tahun penggemblengan.
Kunci utamanya adalah kepasrahan. Pasrah secara total, dalam arti pasrah yang sebenar-benarnya pasrah. Tidak takut sengsara dan lapar, tidak berharap surga dan takut neraka. Makanan yang dimakan harus yang halal, dan tidak berlebihan, serta sedikit tidur dan bersungguh-sungguh menjauhi keduniaan. Kendati demikian, haruslah rajin bekerja dan giat beribadah. Memperbanyak amal saleh, menjaga penglihatan dan pendengaran, serta rajin berpuasa dan memperbanyak zikir. Tujuannya adalah wuquf Qalbi.
WUQUF QALBI
Seorang salik (pencari), jika perjalanannya sudah sampai pada wuquf qalbi (penghentian hati), maka harus mengosongkan dulu semua pemikiran-pemikiran, kemudian melemaskan seluruh kekuatannya/tenaganya dan penginderaannya dari semua alat penginderaan. Lalu melepaskan nafsunya dalam proses menggerakkan organ tubuh. Setelah itu, pandangan mata hatinya berhadap kepada hakikat hati, yang menurut ajaran ‘istighfaraq dan ishtihlak’ (tenggelam dan sirna) dilakukan secara terus menerus. Apabila tawajjuhnya meningkat kepada hakikat hati, maka bertambah pulalah makrifatullahnya kepada Tuhan Yang Maha Suci. Tawajjuh adalah penggerakan pandangan mata hati (Sirajudin Thalibin).
Inti wuquf qalbi adalah pencarian hakikat ruh yang ada dalam diri. Cara pencarian itu harus melalui ijazah khusus oleh seorang Mursyid kamil, bukan ijazah secara umum. Sebab, jika terjadi sesuatu ada yang membimbingnya. Karenanya, yang diulas ini hanyalah kulit luarnya saja, dalam artian belum menyangkut esensi yang mendalam.
Dalam Sirajudin Thalibin disebutkan, siapa yang menghadapkan (tawajjuh) pandangan hatinya kepada ruhnya sendiri, niscaya terbuka untuknya apa yang ada pada ‘Hidlarat ketuhanan’ dari segala rahasia. Maka ia akan sampai kepada makrifat Tuhannya dengan makrifat syuhudi (penyaksian). Karena hakikat ruh-kemanusiaan adalah seperti cermin untuk Hidlarat Ketuhanan, yang, padanya terdapat ‘quwwatul ‘aqliyah’ (kekuatan pikiran murni) yang merupakan Jauhar Illahi. Siapa yang terbuka baginya Jauhar itu, dia dapat melihat semua rahasia sifat-sifat Allah, rahasia nama-nama-Nya dan rahasia Dzat-Nya dengan tersisihnya bayangan, dan dia melihat pula semua keadaan pikiran penginderaan.
Jalan lain bertawajjuh ke daerah hati bagi salik adalah harus mengosongkan segala macam kesibukan/pemikiran, lalu memandang/mengamati tubuhnya pada titik tengah hati itu seperti bola, selanjutnya ia rasakan ruhnya menembus lapisan-lapisan langit dan bumi, kemudian tenggelam dalam pandangan/pengamatan itu secara terus menerus, dan harus kembali lagi kepandangan/pengamatan itu manakala lupa atau lalai dengannya, sampai kepada hilang/fana dari pandangan tubuhnya yang seperti bola bundar itu.
Berikutnya, si salik melemaskan seluruh kekuatan dan penginderaannya. Setelah wuquf qalbi berhasil, tampaklah baginya Ruh Yang bersifat Ruhani semata-mata bersih cemerlang dan sirnalah semua apapun dalam kandungan langit dan bumi pada ke-nurani-an itu. Sehingga tidak ada sisa sedikit pun dalam pandangan yang ada ini selain ruhnya, yang mana ruh itu adalah ‘amrun illahi (urusan Tuhan). Setelah itu, sirnalah cahaya ruh berhubungan dengan Nurul Haqqi Allah SWT.
Tampaknya Nurul Haq mengalahkan semua cahaya-cahaya, dan cahaya-cahaya itu padam ketika Nurul Haq tampak, sebagaimana padamnya cahaya lampu ketika tampak nyata cahaya matahari. Ketika itu tak ada yang lebih tampak kecuali Nurul Haq. Dialah wujud mutlak, Maha Tampak Ke-Agungan-Nya.
GODAAN
Yang perlu diingat bahwa dalam perjalanan pencarian, tiba-tiba seseorang memperoleh karomah/kelebihan diluar akal, yang dapat mendatangkan harta dan kenikmatan duniawi. Hal itu merupakan godaan. Kalau terpengaruh, maka bisa menghambat perjalanan, bahkan bisa terperosok kederajad yang rendah. Sebab, kembali ke keduniawian. Sedangkan hal itu bukanlah tujuan. Tujuannya adalah Allah SWT.
Demikian ulasan tentang tafakur. Adanya kesalahan dan kekurangan yang didasari keterbatasan saya, semoga Allah SWT mengampuni, menghidayahi, dan merahmati kepada kita semua. Amin ya Rabbal'alamin.
Selesai
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
H. Sutadji-Penulis
Fahri-Lay Out dan Penyunting
SC-HSS
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
22. HAKIKAT RUH CERMIN KETUHANAN
Tuhan tidak ada di luar. Tuhan ada di dalam diri kita sendiri. Bahkan lebih dekat dari urat leher. Karenanya, jika dicari diluar tidak akan ketemu. Harus dicari di dalam diri sendiri. Al-Haq ada di dalam hati. Kalau kita mampu membuka mata hati, Insya Allah akan menemukan Nurrul Haq. Kuncinya adalah dengan menyibakkan (membuka) tabir yang menutupi pandangan mata hati kita untuk menemukan hakikat ruh. Apabila sudah menemukan hakikat ruh kita, maka Nurrul Haq akan hadir seperti tampaknya matahari pada siang hari.
Orang yang menuntut atau mencari Tuhan disebut Salik. Perjalanan pencarian Tuhan itu cukup panjang dan memakan waktu sangat lama, selama umur kita. Itupun belum tentu ketemu, manakala Allah sendiri yang tidak menghendaki. Para Wali, Auliya sampai pada Ittihad atau Hulul dan setingkat dibawahnya (makrifatullah), membutuhkan waktu rata-rata lebih dari 30 tahun penggemblengan.
Kunci utamanya adalah kepasrahan. Pasrah secara total, dalam arti pasrah yang sebenar-benarnya pasrah. Tidak takut sengsara dan lapar, tidak berharap surga dan takut neraka. Makanan yang dimakan harus yang halal, dan tidak berlebihan, serta sedikit tidur dan bersungguh-sungguh menjauhi keduniaan. Kendati demikian, haruslah rajin bekerja dan giat beribadah. Memperbanyak amal saleh, menjaga penglihatan dan pendengaran, serta rajin berpuasa dan memperbanyak zikir. Tujuannya adalah wuquf Qalbi.
WUQUF QALBI
Seorang salik (pencari), jika perjalanannya sudah sampai pada wuquf qalbi (penghentian hati), maka harus mengosongkan dulu semua pemikiran-pemikiran, kemudian melemaskan seluruh kekuatannya/tenaganya dan penginderaannya dari semua alat penginderaan. Lalu melepaskan nafsunya dalam proses menggerakkan organ tubuh. Setelah itu, pandangan mata hatinya berhadap kepada hakikat hati, yang menurut ajaran ‘istighfaraq dan ishtihlak’ (tenggelam dan sirna) dilakukan secara terus menerus. Apabila tawajjuhnya meningkat kepada hakikat hati, maka bertambah pulalah makrifatullahnya kepada Tuhan Yang Maha Suci. Tawajjuh adalah penggerakan pandangan mata hati (Sirajudin Thalibin).
Inti wuquf qalbi adalah pencarian hakikat ruh yang ada dalam diri. Cara pencarian itu harus melalui ijazah khusus oleh seorang Mursyid kamil, bukan ijazah secara umum. Sebab, jika terjadi sesuatu ada yang membimbingnya. Karenanya, yang diulas ini hanyalah kulit luarnya saja, dalam artian belum menyangkut esensi yang mendalam.
Dalam Sirajudin Thalibin disebutkan, siapa yang menghadapkan (tawajjuh) pandangan hatinya kepada ruhnya sendiri, niscaya terbuka untuknya apa yang ada pada ‘Hidlarat ketuhanan’ dari segala rahasia. Maka ia akan sampai kepada makrifat Tuhannya dengan makrifat syuhudi (penyaksian). Karena hakikat ruh-kemanusiaan adalah seperti cermin untuk Hidlarat Ketuhanan, yang, padanya terdapat ‘quwwatul ‘aqliyah’ (kekuatan pikiran murni) yang merupakan Jauhar Illahi. Siapa yang terbuka baginya Jauhar itu, dia dapat melihat semua rahasia sifat-sifat Allah, rahasia nama-nama-Nya dan rahasia Dzat-Nya dengan tersisihnya bayangan, dan dia melihat pula semua keadaan pikiran penginderaan.
Jalan lain bertawajjuh ke daerah hati bagi salik adalah harus mengosongkan segala macam kesibukan/pemikiran, lalu memandang/mengamati tubuhnya pada titik tengah hati itu seperti bola, selanjutnya ia rasakan ruhnya menembus lapisan-lapisan langit dan bumi, kemudian tenggelam dalam pandangan/pengamatan itu secara terus menerus, dan harus kembali lagi kepandangan/pengamatan itu manakala lupa atau lalai dengannya, sampai kepada hilang/fana dari pandangan tubuhnya yang seperti bola bundar itu.
Berikutnya, si salik melemaskan seluruh kekuatan dan penginderaannya. Setelah wuquf qalbi berhasil, tampaklah baginya Ruh Yang bersifat Ruhani semata-mata bersih cemerlang dan sirnalah semua apapun dalam kandungan langit dan bumi pada ke-nurani-an itu. Sehingga tidak ada sisa sedikit pun dalam pandangan yang ada ini selain ruhnya, yang mana ruh itu adalah ‘amrun illahi (urusan Tuhan). Setelah itu, sirnalah cahaya ruh berhubungan dengan Nurul Haqqi Allah SWT.
Tampaknya Nurul Haq mengalahkan semua cahaya-cahaya, dan cahaya-cahaya itu padam ketika Nurul Haq tampak, sebagaimana padamnya cahaya lampu ketika tampak nyata cahaya matahari. Ketika itu tak ada yang lebih tampak kecuali Nurul Haq. Dialah wujud mutlak, Maha Tampak Ke-Agungan-Nya.
GODAAN
Yang perlu diingat bahwa dalam perjalanan pencarian, tiba-tiba seseorang memperoleh karomah/kelebihan diluar akal, yang dapat mendatangkan harta dan kenikmatan duniawi. Hal itu merupakan godaan. Kalau terpengaruh, maka bisa menghambat perjalanan, bahkan bisa terperosok kederajad yang rendah. Sebab, kembali ke keduniawian. Sedangkan hal itu bukanlah tujuan. Tujuannya adalah Allah SWT.
Demikian ulasan tentang tafakur. Adanya kesalahan dan kekurangan yang didasari keterbatasan saya, semoga Allah SWT mengampuni, menghidayahi, dan merahmati kepada kita semua. Amin ya Rabbal'alamin.
Selesai
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
H. Sutadji-Penulis
Fahri-Lay Out dan Penyunting
SC-HSS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar