SHALATLAH!...SHALATLAH!...TAPI YANG KHUSYU’ (Bagian 3)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sebelum memasuki artikel berikut ini saya ingin bertanya kepada para sahabat, "Pernahkah anda menelepon seseorang?". Saya yakin bahwa para sahabat pernah berkomunikasi lewat telepon atau handphone dengan seseorang. Entah itu orang tua, kakak, adik, pacar, suami/istri, rekan kerja, sahabat, dll. Lewat media inilah anda dapat berkomunikasi atau berdialog. Apa artinya berdialog? Tentunya anda sudah tahu dan paham, yang namanya dialog itu ya pembicaraan dua arah (minimal).
Saya ingin bertanya,”Seandainya anda menghubungi atau menelepon seseorang dan kebetulan orang yang anda hubungi belum mengangkat telepon atau menekan tombol OK pada HP-nya, sementara itu anda berbicara...kira-kira seseorang yang anda hubungi tahu nggak apa yang anda bicarakan? Tentu tidak.
Shilatun (berdzikir kepada Allah)
Cerita diatas adalah sekedar analog untuk memasuki pembahasan selanjutnya mengenai
shalat khusyu.
Begitu juga ketika sedang shalat bahwa kita sebenarnya sedang berdzikir, berdialog dengan Allah, dan berdo’a. Tetapi kita sering tidak menyadari bahwa sebenarnya kita tidak berdzkir atau berdo’a, namun hanya membaca dzikir dan do’a. Jadi beda lho antara berdo’a dan membaca do’a. Meskipun do’a yang anda panjatkan panjang dan isinya baik, tetapi kalau anda cuma membacanya ya nggak nyambung....kurang pas....gak ada respon dan dialog.
Hakikat berdo’a dan berdzikir itu sebenarnya terjadinya dialog..ada respon...antara yang meminta dan dimintai. Ibarat seorang anak yang minta uang jajan kepada bapaknya, tentunya antara anak dan bapak saling bertemu, bertatap muka dan saling memberikan tanggapan/respon (entah dikasih atau tidak tapi ada jawaban dan ini hak prerogatif sang bapak -yang diminta-, dengan mempertimbangkan manfaatnya kepada sang anak). Begitu juga apa yang kita mintakan kepada Allah dan Allah-pun pasti memberikan jawaban. Inilah yang dinamakan Shilatun (kalau antar manusia dikenal Shilaturahmi). Ada komunikasi timbal balik.
Jadi apa itu Shalat? Ash-shalatu bima’na shilatun wa liqo’un baina ‘abdi wa rabbi (Sayyid Quthb dalam kitab Fi Zhilalil Qur’an)....Shalat adalah kesambungan dan suatu perjumpaan antara hamba dengan Rabb-Nya.
Jadi ketika kita hadir untuk sholat, maka Allah-pun akan hadir menyambut sholat kita, sehingga ada dialog/komunikasi. Lihatlah Rosulullah SAW, ketika beliau menghadapi suatu masalah, maka beliau selalu shalat sunnah 2 raka’at untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT dan Allah-pun menjawab permintaan dari Rosululloh SAW. Coba renungkanlah Firman Allah berikut ini :
“Hai manusia, sesungguhnya (jika) kamu telah bersungguh-sungguh (yakin) menuju Tuhanmu, maka pasti kamu menemui-Nya..... (Al-Insyiqaq 6)
Untuk dapat membaca Al-qur’an, biasanya kita belajar atau berlatih, dimana aktivitas ini dilakukan di luar shalat. Hasil dari belajar atau mengaji ini baru kemudian kita bawa didalam shalat kita (membaca Al-Fatihah dan surat lain dalam raka’at shalat).
Lalu bagaimana caranya ber-shilatun? Hampir sama dengan mengaji, latihlah shilatun (kesambungan dengan Allah) diluar shalat. Dan hasil (suasana dan rasa) dari shilatun (kesambungan) ini, nantinya kita bawa dalam aktivitas shalat. Shilatun disini melalui metode dzikir tapi dzikir yang sangat sederhana dan kita tidak perlu menghitung harus berapa kali atau jumlahnya. Yang penting anda harus istiqomah (konsisten) dan ini adalah bentuk riyadah (latihan) dalam menjalankannya (seperti yang telah saya singgung pada tulisan sebelumnya).
Al-Ahzaab 41 : “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.
Ar-Ra’d 28: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”
An-Nisaa 103 : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah (dzikir) Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring....
Lalu bagaimana caranya latihan ber-shilatun?
1. Carilah waktu yang tepat/luang dan sunyi (biasanya malam hari)
2. Rileks, jangan tegang. Kendorkan otot-otot. Boleh duduk bersila atau carilah posisi duduk yang nyaman.
3. Otak dalam kondisi zero mind (seimbangkan antara otak kanan & kiri), jangan berfikir (kalau anda berfikir biasanya pusing). Untuk menghindari fikir (yaitu keluarnya memori liar dari otak tentang berbagai masalah, buanglah atau arahkanlah ke langit). Ini hanya untuk riyadah (latihan) awal, nanti lama-kelamaan kita akan mudah memposisikan otak kita seimbang (zero mind) tanpa harus mengarahkan memori liar kita ke langit (character building).
4.Untuk memantapkan hati maka niat dan berdo’alah, bacalah :
- Ta’awudz
- Basmalah
- Syahadat
- Shalawat Nabi
- Kalimat Tauhid
Kemudian berdoa, “ Ya...Allah tuntun hamba berjumpa dengan Dzat-Mu, Ya Allah tuntun hamba kembali kepada-Mu”.
Kemudian diamlah (wukuf-istilah berhaji waktu di Arafah yaitu berdiam diri, ikut kehendaknya Allah). Setiap tarikan nafas sebutlah nama Allah, kemudian tahan nafas sambil berdo’a, “ Ya, Allah tuntun hamba berjumpa dengan Dzat-Mu”. Buang nafas dengan menyebut nama Allah, kemudian tahan nafas sambil berdo’a, “ Ya, Allah tuntun hamba kembali kepada-Mu”. Tolong kondisi ini dilakukan serileks mungkin.
Lakukanlah point ke-5 ini berulang-ulang sehingga ada respon dari Allah. Kalau Allah menggerakan badan kita maka ikutilah apa yang dikendaki-Nya. Karena Allah adalah Sang Muhith, Sang Qohar (Sang Maha Menggerakkan). Jangan menentang, tapi pasrah aja. Hal ini terjadi karena kesadaran Ar-Ruh kita mulai bangkit, yang selama ini dibelenggu oleh an-nafs (Ini bukan pengaruh dari jin, bahkan dengan shilatun ini bersiap-siaplah anda yang mempunyai ilmu kanuragan, kesaktian, dll untuk pupus dan musnah dihadapan Allah SWT).
Biasanya nanti badan kita akan digerakkan, menangis, hati bergetar atau disujudkan atau yang lainnya. Jangan sekali-kali anda merekayasa, anda harus pasrah total dihadapan Allah, kita mengakui bahwa kita ini lemah, bodoh (tidak tahu apa-apa), biar Allah yang mengajari dan menuntun kita. Karena Allah sebenar-benarnya guru sejati bagi alam semesta dan isinya, termasuk manusia.
Coba perhatikan ayat berikut ini :
a. Al-Anfaal 2 : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),”
b. Al-Israa’ 107-109 : Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud; dan mereka berkata: Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi; Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu”.
c.Maryam 58 : “ Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”.
d.Az-Zumar 22-23 : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya; Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Demikian petunjuk Allah.
(jangan bosan-bosan ber-riyadah dan ber-istiqomah-lah....Ok cukup sekian dulu nanti kita sambung untuk memasuki pembahasan niat, wudhu & shalat)..
Bersambung.....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Sebelum memasuki artikel berikut ini saya ingin bertanya kepada para sahabat, "Pernahkah anda menelepon seseorang?". Saya yakin bahwa para sahabat pernah berkomunikasi lewat telepon atau handphone dengan seseorang. Entah itu orang tua, kakak, adik, pacar, suami/istri, rekan kerja, sahabat, dll. Lewat media inilah anda dapat berkomunikasi atau berdialog. Apa artinya berdialog? Tentunya anda sudah tahu dan paham, yang namanya dialog itu ya pembicaraan dua arah (minimal).
Saya ingin bertanya,”Seandainya anda menghubungi atau menelepon seseorang dan kebetulan orang yang anda hubungi belum mengangkat telepon atau menekan tombol OK pada HP-nya, sementara itu anda berbicara...kira-kira seseorang yang anda hubungi tahu nggak apa yang anda bicarakan? Tentu tidak.
Shilatun (berdzikir kepada Allah)
Cerita diatas adalah sekedar analog untuk memasuki pembahasan selanjutnya mengenai
shalat khusyu.
Begitu juga ketika sedang shalat bahwa kita sebenarnya sedang berdzikir, berdialog dengan Allah, dan berdo’a. Tetapi kita sering tidak menyadari bahwa sebenarnya kita tidak berdzkir atau berdo’a, namun hanya membaca dzikir dan do’a. Jadi beda lho antara berdo’a dan membaca do’a. Meskipun do’a yang anda panjatkan panjang dan isinya baik, tetapi kalau anda cuma membacanya ya nggak nyambung....kurang pas....gak ada respon dan dialog.
Hakikat berdo’a dan berdzikir itu sebenarnya terjadinya dialog..ada respon...antara yang meminta dan dimintai. Ibarat seorang anak yang minta uang jajan kepada bapaknya, tentunya antara anak dan bapak saling bertemu, bertatap muka dan saling memberikan tanggapan/respon (entah dikasih atau tidak tapi ada jawaban dan ini hak prerogatif sang bapak -yang diminta-, dengan mempertimbangkan manfaatnya kepada sang anak). Begitu juga apa yang kita mintakan kepada Allah dan Allah-pun pasti memberikan jawaban. Inilah yang dinamakan Shilatun (kalau antar manusia dikenal Shilaturahmi). Ada komunikasi timbal balik.
Jadi apa itu Shalat? Ash-shalatu bima’na shilatun wa liqo’un baina ‘abdi wa rabbi (Sayyid Quthb dalam kitab Fi Zhilalil Qur’an)....Shalat adalah kesambungan dan suatu perjumpaan antara hamba dengan Rabb-Nya.
Jadi ketika kita hadir untuk sholat, maka Allah-pun akan hadir menyambut sholat kita, sehingga ada dialog/komunikasi. Lihatlah Rosulullah SAW, ketika beliau menghadapi suatu masalah, maka beliau selalu shalat sunnah 2 raka’at untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT dan Allah-pun menjawab permintaan dari Rosululloh SAW. Coba renungkanlah Firman Allah berikut ini :
“Hai manusia, sesungguhnya (jika) kamu telah bersungguh-sungguh (yakin) menuju Tuhanmu, maka pasti kamu menemui-Nya..... (Al-Insyiqaq 6)
Untuk dapat membaca Al-qur’an, biasanya kita belajar atau berlatih, dimana aktivitas ini dilakukan di luar shalat. Hasil dari belajar atau mengaji ini baru kemudian kita bawa didalam shalat kita (membaca Al-Fatihah dan surat lain dalam raka’at shalat).
Lalu bagaimana caranya ber-shilatun? Hampir sama dengan mengaji, latihlah shilatun (kesambungan dengan Allah) diluar shalat. Dan hasil (suasana dan rasa) dari shilatun (kesambungan) ini, nantinya kita bawa dalam aktivitas shalat. Shilatun disini melalui metode dzikir tapi dzikir yang sangat sederhana dan kita tidak perlu menghitung harus berapa kali atau jumlahnya. Yang penting anda harus istiqomah (konsisten) dan ini adalah bentuk riyadah (latihan) dalam menjalankannya (seperti yang telah saya singgung pada tulisan sebelumnya).
Al-Ahzaab 41 : “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.
Ar-Ra’d 28: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”
An-Nisaa 103 : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah (dzikir) Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring....
Lalu bagaimana caranya latihan ber-shilatun?
1. Carilah waktu yang tepat/luang dan sunyi (biasanya malam hari)
2. Rileks, jangan tegang. Kendorkan otot-otot. Boleh duduk bersila atau carilah posisi duduk yang nyaman.
3. Otak dalam kondisi zero mind (seimbangkan antara otak kanan & kiri), jangan berfikir (kalau anda berfikir biasanya pusing). Untuk menghindari fikir (yaitu keluarnya memori liar dari otak tentang berbagai masalah, buanglah atau arahkanlah ke langit). Ini hanya untuk riyadah (latihan) awal, nanti lama-kelamaan kita akan mudah memposisikan otak kita seimbang (zero mind) tanpa harus mengarahkan memori liar kita ke langit (character building).
4.Untuk memantapkan hati maka niat dan berdo’alah, bacalah :
- Ta’awudz
- Basmalah
- Syahadat
- Shalawat Nabi
- Kalimat Tauhid
Kemudian berdoa, “ Ya...Allah tuntun hamba berjumpa dengan Dzat-Mu, Ya Allah tuntun hamba kembali kepada-Mu”.
Kemudian diamlah (wukuf-istilah berhaji waktu di Arafah yaitu berdiam diri, ikut kehendaknya Allah). Setiap tarikan nafas sebutlah nama Allah, kemudian tahan nafas sambil berdo’a, “ Ya, Allah tuntun hamba berjumpa dengan Dzat-Mu”. Buang nafas dengan menyebut nama Allah, kemudian tahan nafas sambil berdo’a, “ Ya, Allah tuntun hamba kembali kepada-Mu”. Tolong kondisi ini dilakukan serileks mungkin.
Lakukanlah point ke-5 ini berulang-ulang sehingga ada respon dari Allah. Kalau Allah menggerakan badan kita maka ikutilah apa yang dikendaki-Nya. Karena Allah adalah Sang Muhith, Sang Qohar (Sang Maha Menggerakkan). Jangan menentang, tapi pasrah aja. Hal ini terjadi karena kesadaran Ar-Ruh kita mulai bangkit, yang selama ini dibelenggu oleh an-nafs (Ini bukan pengaruh dari jin, bahkan dengan shilatun ini bersiap-siaplah anda yang mempunyai ilmu kanuragan, kesaktian, dll untuk pupus dan musnah dihadapan Allah SWT).
Biasanya nanti badan kita akan digerakkan, menangis, hati bergetar atau disujudkan atau yang lainnya. Jangan sekali-kali anda merekayasa, anda harus pasrah total dihadapan Allah, kita mengakui bahwa kita ini lemah, bodoh (tidak tahu apa-apa), biar Allah yang mengajari dan menuntun kita. Karena Allah sebenar-benarnya guru sejati bagi alam semesta dan isinya, termasuk manusia.
Coba perhatikan ayat berikut ini :
a. Al-Anfaal 2 : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),”
b. Al-Israa’ 107-109 : Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud; dan mereka berkata: Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi; Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu”.
c.Maryam 58 : “ Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”.
d.Az-Zumar 22-23 : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya; Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Demikian petunjuk Allah.
(jangan bosan-bosan ber-riyadah dan ber-istiqomah-lah....Ok cukup sekian dulu nanti kita sambung untuk memasuki pembahasan niat, wudhu & shalat)..
Bersambung.....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar