RAHASIA REZEKI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para sahabat yang dimuliakan dan dirahmati Allah SWT.
Ada sebagian manusia mengklaim bahwa kehidupan ini tidak adil. Dengan alibi bahwa mereka mati-matian bekerja, jujur, tekun, namun kesejahteraan hidupnya ya... segitu-gitu aja, bahkan tak jarang masih kekurangan.
Sering kita mendengar pameo yang berkembang di masyarakat, bahwa jaman sekarang kalo ”nggak ngedan nggak kumanan” atau ”cari rejeki yang haram aja susah, apalagi yang halal”. Betapa sempitnya cara pandang mereka menghadapi hidup ini. Namun demikian, saya pribadi menganggap cara pandang ini cukup manusiawi, meski perlu diluruskan. Karena pandangan pesimistis ini secara tidak langsung ”menuduh” bahwa Sang Pencipta itu tidak adil.
Binatang Dijamin Rezekinya
Allah SWT memiliki sifat asma’ul husna, yang salah satunya bahwa Dia adalah Ar-Razaq. Yang memberi, mengatur dan mendistribusikan rejeki kepada seluruh makhluknya. Tidak hanya manusia, tetapi juga binatang.
”Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu” (Al-Ankabut 29:30).
Cobalah perhatikan burung. Ketika pagi menyingsing sudah meninggalkan sarang dan anak-anaknya kemudian pulang ke sarang pada senja hari untuk menjemput rezeki dari Allah SWT. Ketika meninggalkan sarang, burung itu yakin bahwa dia akan dilimpahkan rejeki pada hari itu, walaupun untuk sekedar bertahan dan memberi makan anak-anaknya. Tidak ada rasa pesimis sedikitpun. Cobalah sekali-kali kita meluangkan waktu barang sejenak dua jenak mengamati sekeliling kita, bagaimana Allah mendistribusikan rezekinya pada makhluknya. Maka rentetan kekaguman demi kekaguman akan membuka kesadaran kita. Sungguh Allah memiliki sifat Ar-Razaq.
”Dan Kami telah menjadikan untukmu di Bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya”. (Al-Hijr 15: 20)
Allah, Manusia dan Rezeki
1. Berpasang-pasangan
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para sahabat yang dimuliakan dan dirahmati Allah SWT.
Ada sebagian manusia mengklaim bahwa kehidupan ini tidak adil. Dengan alibi bahwa mereka mati-matian bekerja, jujur, tekun, namun kesejahteraan hidupnya ya... segitu-gitu aja, bahkan tak jarang masih kekurangan.
Sering kita mendengar pameo yang berkembang di masyarakat, bahwa jaman sekarang kalo ”nggak ngedan nggak kumanan” atau ”cari rejeki yang haram aja susah, apalagi yang halal”. Betapa sempitnya cara pandang mereka menghadapi hidup ini. Namun demikian, saya pribadi menganggap cara pandang ini cukup manusiawi, meski perlu diluruskan. Karena pandangan pesimistis ini secara tidak langsung ”menuduh” bahwa Sang Pencipta itu tidak adil.
Binatang Dijamin Rezekinya
Allah SWT memiliki sifat asma’ul husna, yang salah satunya bahwa Dia adalah Ar-Razaq. Yang memberi, mengatur dan mendistribusikan rejeki kepada seluruh makhluknya. Tidak hanya manusia, tetapi juga binatang.
”Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu” (Al-Ankabut 29:30).
Cobalah perhatikan burung. Ketika pagi menyingsing sudah meninggalkan sarang dan anak-anaknya kemudian pulang ke sarang pada senja hari untuk menjemput rezeki dari Allah SWT. Ketika meninggalkan sarang, burung itu yakin bahwa dia akan dilimpahkan rejeki pada hari itu, walaupun untuk sekedar bertahan dan memberi makan anak-anaknya. Tidak ada rasa pesimis sedikitpun. Cobalah sekali-kali kita meluangkan waktu barang sejenak dua jenak mengamati sekeliling kita, bagaimana Allah mendistribusikan rezekinya pada makhluknya. Maka rentetan kekaguman demi kekaguman akan membuka kesadaran kita. Sungguh Allah memiliki sifat Ar-Razaq.
”Dan Kami telah menjadikan untukmu di Bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya”. (Al-Hijr 15: 20)
Allah, Manusia dan Rezeki
1. Berpasang-pasangan
Lalu bagaimana dengan manusia? Apakah Allah SWT juga melimpahkan rezeki kepada manusia? Tentu saja iya. Kalau memang Allah SWT Sang Pemberi Rezeki (Ar-Razaq) lalu kenapa kok ada yang kaya dan miskin?
Allah SWT menjadikan kehidupan alam semesta dan isinya selalu berpasang-pasangan. Ada siang malam, panas dingin, gelap terang, baik buruk, laki-laki perempuan, hidup mati, kaya miskin, dll.
Mengapa harus dibuat berpasang-pasangan? Supaya ada pembanding!. Misalkan semua orang memiliki harta yang sama persis, bagaimana bisa dapat dikatakan bahwa orang itu kaya atau miskin?
Apa gunanya harus berpasang-pasangan? Agar manusia saling membagi dan menyayangi. Yang kaya dengan kasih sayangnya menyedekahkan, menginfaqkan, menzakatkan, mensodaqohkan sebagian rezekinya kepada yang miskin. Sedangkan yang miskin akan mendo’akan keselamatan, ampunan, kesehatan, limpahan rahmat, dll. Sungguh suatu fenomena yang agung dan harmonis. Saling memberi namun dalam bentuk yang berbeda. Si Kaya memberi barang dan si miskin memberikan do’a.
2. Manusia, Rezeki dan Cobaan
Bagi manusia yang memiliki tingkat kesadaran berketuhanan yang tinggi, maka tidak ada rasa takut sedikitpun mengenai hidup ini, khususnya masalah rezeki. Rezeki hanya sarana untuk beribadah. Karena rezeki sudah dijamin oleh Allah. Masak Allah menciptakan makhluknya kemudian tidak dijamin dan dipelihara hidupnya. Masak Allah tega menelantarkan kita. Ya..nggak mungkinlah.
Tapi bagi manusia yang kesadaran berketuhanannya tipis dan masih dibelenggu oleh nafsu serakah, mereka mati-matian mengejar dunia (melampaui batas). Setelah diperoleh banyak yang menganggap bahwa rezeki (harta)-nya adalah hasil jerih payahnya. Sehingga orang lain tidak berhak meminta apa darinya. Kondisi ini sudah ditengarai oleh Allah SWT seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an :
”Dan jikalau Allah melapangkan rezeki pada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi...” (Asy-Syura 42:27)
”Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar sama mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” (Al-Ankabut 29:17).
Namun lucunya manusia, bila usaha mereka mati-matian dalam mencari harta tidak berhasil, Tuhanlah yang jadi tertuduh.
”Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata,
”Tuhanku menghinakanku,” (Al-Fajr 89:16).
Kalau sudah begini, ujung-ujungnya mereka gelap mata dengan mencari ”tuhan-tuhan” yang lain. Entah itu menjilat penguasa, mendatangi paranormal, bersemedi di tempat yang angker, mencari pesugihan, dll. Padahal sekali-kali mereka tidak dapat memberikan rezeki barang sedikitpun.
”Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki itu disisi Allah dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya” (Al-Ankabut 29-60).
3. Hak Prerogatif Allah Dalam Menentukan Rezeki.
Allah SWT menjadikan kehidupan alam semesta dan isinya selalu berpasang-pasangan. Ada siang malam, panas dingin, gelap terang, baik buruk, laki-laki perempuan, hidup mati, kaya miskin, dll.
Mengapa harus dibuat berpasang-pasangan? Supaya ada pembanding!. Misalkan semua orang memiliki harta yang sama persis, bagaimana bisa dapat dikatakan bahwa orang itu kaya atau miskin?
Apa gunanya harus berpasang-pasangan? Agar manusia saling membagi dan menyayangi. Yang kaya dengan kasih sayangnya menyedekahkan, menginfaqkan, menzakatkan, mensodaqohkan sebagian rezekinya kepada yang miskin. Sedangkan yang miskin akan mendo’akan keselamatan, ampunan, kesehatan, limpahan rahmat, dll. Sungguh suatu fenomena yang agung dan harmonis. Saling memberi namun dalam bentuk yang berbeda. Si Kaya memberi barang dan si miskin memberikan do’a.
2. Manusia, Rezeki dan Cobaan
Bagi manusia yang memiliki tingkat kesadaran berketuhanan yang tinggi, maka tidak ada rasa takut sedikitpun mengenai hidup ini, khususnya masalah rezeki. Rezeki hanya sarana untuk beribadah. Karena rezeki sudah dijamin oleh Allah. Masak Allah menciptakan makhluknya kemudian tidak dijamin dan dipelihara hidupnya. Masak Allah tega menelantarkan kita. Ya..nggak mungkinlah.
Tapi bagi manusia yang kesadaran berketuhanannya tipis dan masih dibelenggu oleh nafsu serakah, mereka mati-matian mengejar dunia (melampaui batas). Setelah diperoleh banyak yang menganggap bahwa rezeki (harta)-nya adalah hasil jerih payahnya. Sehingga orang lain tidak berhak meminta apa darinya. Kondisi ini sudah ditengarai oleh Allah SWT seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an :
”Dan jikalau Allah melapangkan rezeki pada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi...” (Asy-Syura 42:27)
”Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar sama mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” (Al-Ankabut 29:17).
Namun lucunya manusia, bila usaha mereka mati-matian dalam mencari harta tidak berhasil, Tuhanlah yang jadi tertuduh.
”Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata,
”Tuhanku menghinakanku,” (Al-Fajr 89:16).
Kalau sudah begini, ujung-ujungnya mereka gelap mata dengan mencari ”tuhan-tuhan” yang lain. Entah itu menjilat penguasa, mendatangi paranormal, bersemedi di tempat yang angker, mencari pesugihan, dll. Padahal sekali-kali mereka tidak dapat memberikan rezeki barang sedikitpun.
”Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki itu disisi Allah dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya” (Al-Ankabut 29-60).
3. Hak Prerogatif Allah Dalam Menentukan Rezeki.
Hidup itu enak bila kita tahu ilmunya. Sebenarnya mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Apa gerangan itu? PASRAH TOTAL kepada ALLAH. Pasrah bukan berarti pasif, pasrah itu justru aktif. Selama ini pengertian kita mengenai pasrah keliru. Coba perhatikan matahari, bulan, bumi, langit, gunung, dll, mereka itu tunduk, patuh dan pasrah dengan kehendak Allah...apakah mereka diam? Ternyata bergerak namun ikut kehendak Allah. Mereka semua bergerak sesuai lintasannya, orbitnya, manzilahnya, sehingga tidak bertabrakan satu dengan yang lainnya karena ikut kehendak Allah SWT.
Kembali ke masalah rezeki. Bahwa rezeki itu telah ditentukan oleh Allah SWT sebelum kita lahir ke bumi. Kita pasrah ke Allah SWT mengikuti kehendaknya, sehingga dituntun untuk menjemput rezeki yang telah ditentukan oleh-Nya. Coba perhatikan hadits berikut ini...
”Sesungguhnya setiap orang diantaramu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nutfah, kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, kemudian menjadi gumpalan seperti potongan daging selama itu juga, kemudian diutuslah kepadanya malaikat, lalu meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan atasnya (menulis) 4 perkara : Ketentuan Rezekinya, ketentuan ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Al-Qur’an pun Allah berfirman :
”Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki...(Ar-Rad 13:26).
”...Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikendaki-Nya tanpa batas...(Al-Baqarah 2 : 212)
Ketika kita tunduk, patuh, dan pasrah kepada Allah SWT, maka hasil atau puncak tertinggi adalah taqwa. Dan balasan orang yang taqwa adalah rezeki.
”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya...(Ath-Thalaq 65: 2-3)
Saya hanya berpesan, bahwa pandanglah rezeki lebih luas, tidak hanya materi tapi juga kesehatan, keamanan, keselamatan, kebahagiaan, dll. Buat apa banyak harta tapi kita sakit-sakitan. Buat apa banyak harta tapi keluarga cerai berai.....
Sekian dulu sumbangsih saya. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Kembali ke masalah rezeki. Bahwa rezeki itu telah ditentukan oleh Allah SWT sebelum kita lahir ke bumi. Kita pasrah ke Allah SWT mengikuti kehendaknya, sehingga dituntun untuk menjemput rezeki yang telah ditentukan oleh-Nya. Coba perhatikan hadits berikut ini...
”Sesungguhnya setiap orang diantaramu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nutfah, kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, kemudian menjadi gumpalan seperti potongan daging selama itu juga, kemudian diutuslah kepadanya malaikat, lalu meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan atasnya (menulis) 4 perkara : Ketentuan Rezekinya, ketentuan ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Al-Qur’an pun Allah berfirman :
”Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki...(Ar-Rad 13:26).
”...Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikendaki-Nya tanpa batas...(Al-Baqarah 2 : 212)
Ketika kita tunduk, patuh, dan pasrah kepada Allah SWT, maka hasil atau puncak tertinggi adalah taqwa. Dan balasan orang yang taqwa adalah rezeki.
”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya...(Ath-Thalaq 65: 2-3)
Saya hanya berpesan, bahwa pandanglah rezeki lebih luas, tidak hanya materi tapi juga kesehatan, keamanan, keselamatan, kebahagiaan, dll. Buat apa banyak harta tapi kita sakit-sakitan. Buat apa banyak harta tapi keluarga cerai berai.....
Sekian dulu sumbangsih saya. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar