DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Tampilkan postingan dengan label mati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mati. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 April 2013

Misteri Kematian, Tanda dan Ilmunya

Misteri Kematian, Tanda dan Ilmunya

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Misteri Kematian

        Pada hari Jum’at, tanggal 26-April-2013 kemarin, umat muslim di Indonesia dikejutkan oleh berita mengenai wafatnya Ustadz Jefrey Al-Buchori (atau biasa dipanggil Ustadz UJE). Beliau wafat disebabkan oleh kecelakaan tunggal, yaitu sepeda motor yang beliau kendarai menabrak pohon palem. Kemudian beliau di bawa ke Rumah Sakit, namun Allah SWT berkehendak lain, beliau dipanggil pulang ke Rahmatullah. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya. Amin. Dan keluarga yang ditinggal semoga diberikan kekuatan, kesabaran, ketabahan dan keikhlasan. Amin.

Seperti yang diberitakan di media cetak maupun elektronik bahwa sebelum kecelakaan terjadi, 2 (dua) hari sebelumnya  beliau berpesan kepada Ustadz Solmed agar meneruskan misi dakwahnya dan beliau memberikan peci kepada Ustadz Solmed. Ternyata beliau telah mendapat firasat akan datangnya kematian. Di hari beliau kecelakaan, sebenarnya kondisi fisik beliau kurang fit, sehingga sang istri sempat melarang beliau keluar mengendarai sepeda motornya, namun beliau tetap keluar untuk menemui para sahabatnya untuk sekedar bersilaturahim dan minum kopi bersama di kawasan Kemang, Jakarta.

Waktu, tempat dan bagaimana cara kematian seseorang memang sudah menjadi takdir (ketentuan) dari Allah SWT. Manusia tidak dapat menolaknya, meskipun manusia berusaha untuk menahannya. Demikian pula yang terjadi dengan Ustadz UJE, meskipun telah mendapat firasat sebelumnya dan istrinya melarang untuk keluar rumah karena badannya kurang fit, namun toh beliau tidak dapat menolak kehendak Allah SWT tentang waktu, tempat dan bagaimana kematian datang menjemput. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan demikian.

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?." Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati (QS. Ali Imran 3: 154).

        Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan bahwa pada hakikatnya manusia meninggal melalui 2 (dua) cara yaitu mati dan dibunuh. Mati disini maknanya adalah seseorang meninggal dengan cara wajar tanpa sebab sesuatu karena memang takdir kematiannya telah datang. Adapun makna dibunuh bahwa kematian seseorang disebabkan oleh sesuatu (melalui sesuatu), entah itu dibunuh dalam arti sebenarnya (perang, tindak kriminal, dll), dibunuh oleh penyakit, dibunuh oleh kecelakaan, dibunuh oleh keracunan, dan lain sebagainya.

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Ali Imran 3 : 144).

       Dalam kurun hampir dua bulan ini, saya sendiri pun mengalami peristiwa yang datang di luar logika nalar saya. Ada tetangga, teman, dan keluarga yang dipanggil kembali ke Rahmattullah. Semoga mereka semua diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadanya. Amin. Dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran dan keikhlasan oleh Allah SWT. Amin.

      Manusia hakikatnya tidak berkehendak (minta) untuk dilahirkan dan manusia juga tidak kuasa menolak datangnya kematian. Hidup dan mati adalah proses yang harus dijalani oleh manusia, dan semua ini atas kehendak Allah SWT. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada 4 (empat) alam yang harus dilalui manusia sebelum kembali kepada Allah SWT, yaitu Alam Kandungan, Alam Dunia (yang saat ini sedang kita jalani), Alam Barzah (di dahului dengan kematian) dan Alam Akhirat. Jadi mau tidak mau, ikhlas maupun terpaksa, manusia harus melalui ke–empat alam ini. Datangnya kematian juga tidak memandang usia, ada yang masih bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Semua sudah diskenariokan oleh Allah SWT, dan manusia tidak dapat menolaknya (hanya bisa menerima).

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan” (QS. Al-Ankabuut 29: 57).

“Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan” (QS. Waqiah 56:60).

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan   (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan” (QS. Munaafiquun 63: 11).

Mengaku Ahli Ibadah Mengapa Takut Mati?

    Kematian bagi sebagian orang memang dianggap sesuatu yang “menyeramkan”, padahal ini proses alami yang harus dijalani. Bahkan yang lebih ironis lagi, kematian tidak hanya ditakuti oleh mereka yang banyak dosanya (kondisi ini wajar), tetapi juga mereka yang terkadang mengaku ahli ibadah. Saya hanya ingin sedikit bertanya kepada para pembaca, “Sudahkah anda siap menjemput datangnya kematian? Kalau seandainya besok atau nanti malam anda mati sudah siapkah?”. Kalau anda tidak siap, pasti ada alasannya. Apakah alasan itu diantaranya anda masih banyak dosa dan pahala yang anda kumpulkan belum cukup untuk menebus akhirat? Apakah alasan anda bahwa anak-anak anda masih kecil dan butuh anda untuk membiayainya? Atau apakah siapa yang nanti mengelola usaha saya yang sudah maju sedemikian pesatnya? Dan mungkin banyak alasan-alasan lain yang irrasional. Padahal secara jelas Allah SWT berfirman, datangnya kematian sudah ditentukan dan tidak bisa dimajukan atau dimundurkan. Siap tidak siap, ikhlas atau terpaksa kematian akan datang menjemput.
           
        Kalau anda mengaku merasa ahli ibadah karena telah menjalankan ibadah shalat fardlu 5 (lima) waktu tanpa terlewatkan dan shalat sunnah (dhuha, tahajud, hajat, dll), setiap tahunnya berpuasa ramadhan, mengeluarkan zakat fitrah, sudah naik haji (bagi mereka yang telah menjalankannya), sudah menyantuni anak yatim piatu, fakir miskin, dan lain sebagainya, lalu mengapa anda takut mati? Kalau anda yakin ibadah anda diterima Allah SWT dan Allah SWT mengampuni dosa-dosa anda mengapa anda takut mati? Kalau anda yakin bahwa anda menjalankan ke-islam-an dengan benar, telah beriman dan bertakwa mengapa anda tidak minta disegerakan datangnya kematian? Bukankah kematian sebagai proses untuk kembali kepada Allah SWT? Atau jangan-jangan anda tidak yakin dengan ibadah anda apakah diterima atau tidak oleh Allah SWT? Jadi bagaimana ini? Katanya anda telah mendapat petunjuk dan hidayah, lha kok takut mati!!! Jangan–jangan selama ini apa yang anda kerjakan hanya sebatas merasa (berprasangka), padahal merasa (prasangka) jauh dari kebenaran.

“Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar. Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya”. (QS. Al-Baqarah 2:94-95)
            
          Ayat di atas sebenarnya menginformasikan, bahwa Allah SWT menanyakan sekaligus menguji kita tentang ke-islam-an, ke-iman-an dan ke-takwa-an kita. Apakah memang benar bahwa islam, iman, dan takwa yang kita jalani sudah benar? Apakah kita benar-benar telah mendapat hidayah, petunjuk, rahmat dan ridha-Nya? Atau jangan-jangan semua itu (amal ibadahnya) hanya sebatas merasa. Saat kita ber-syahadat, mendirikan shalat, menjalankan puasa ramadhan, memberikan zakat fitrah, dan menunaikan haji (bagi yang mampu) adalah sebagai tanda telah menjalankan perintah Allah SWT. Namun demikian itu belum cukup karena belum ada bukti (kebenaran) dari Allah SWT. Apa bukti syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji anda dibenarkan Allah SWT? Apa bukti bahwa anda mendapat hidayat, petunjuk, rahmat dan ridha-Nya? Kalau boleh saya analogkan, ibarat anda menempati sebuah rumah dan anda mengaku bahwa ini rumah anda (baru sebatas tanda), namun kemudian anda ditanya mengenai buktinya (sertifikat atas nama anda) bahwa memang itu rumah anda, kalau anda tidak bisa menunjukkan sertifikat atas nama (atau nama istri/suami/anak) berarti rumah itu bukan milik anda, jadi posisi sebenarnya mungkin anda hanya menyewa, mengontrak, disuruh menempati, dll.

            Berbeda dengan kondisi orang yang memang telah diberikan tanda dan bukti bahwa dia telah di-islam-kan, di-iman-kan, di-takwa-kan, diberi hidayah, petunjuh, rahmat dan ridho dari Allah SWT semua ada buktinya dan ini dialaminya sehingga ibadahnya sudah dibenarkan (haqqul yaqin) oleh Allah SWT.  Makanya tidak heran, manusia seperti ini tidak akan takut akan datangnya kematian, justru hamba ini memohon kepada Allah SWT agar segera memanggilnya karena rasa cinta dan rindunya untuk segera bertemu dengan kekasihnya yaitu Allah SWT.

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (kematian), (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad 47:17-18)

Nb : Kematian adalah kiamat kecil (sughra/personal) dan hari kiamat adalah kematian besar (kubra/massal)

Tanda dan Ilmu Kematian

          Sebelum saya menutup artikel ini, saya ingin berbagi ilmu dan tanda-tanda seseorang akan dipanggil Allah SWT.

Pertama, Secara ilmu pengetahuan (medis), tanda fisik seseorang yang akan meninggal dunia adalah kuping (bagian) bawah akan menutup. Jadi ketika anda melihat saudara, teman, keluarga maupun orang lain yang sedang terbarisng sakit, namun telingga bagian bawah sudah mulai menutup maka itu sebagai tanda bahwa orang tersebut usianya tidak lama lagi. Dengan demikian anda yang masih hidup mempunyai kesempatan menuntun agar mereka banyak berdzikir, bersyahadat, dll.

Kedua, manusia yang telah dikarunia Allah SWT kembali fitrah (ar-ruh berkuasa atas tubuh ini), maka anda dapat berdialog dengan ar-ruh mereka yang sedang sakit. Misalnya handai taulan anda sakit dalam kondisi tidak sadar diri, maka komunikasi secara verbal tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, medianya adalah ar-ruh. Anda dapat menyalami ar-ruh si sakit dan berdialog apakah dia akan sembuh atau tidak, karena ar-ruh (amr Tuhan) tahu posisi dan kondisi dirinya. Bila ar-ruh si sakit memberi tanda akan meninggal maka tuntunlah (ingatkanlah) dia bahwa tujuannya adalah kembali ke Allah SWT, sehingga di kampung akhirat-insya Allah-ditempatkan ditempat yang mulia/terpuji. Itu mengapa Rasulullah SAW, dan para Waliyullah tahu tentang kedatangan kematian seseorang atas ijin Allah SWT.

Ketiga, Anda maupun mereka yang masih hidup, dan tanda akan datangnya kematian maka akan didatangi malaikat Izroil. Biasanya malaikat ini “mengintai” gerak-gerik kita dan posisinya hanya diam (tidak dapat diajak bicara). Inilah tanda bahwa Allah SWT Maha Rahman dan Rahim, dengan memberikan anda “sedikit” waktu untuk bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya serta mempersiapkan diri untuk ikhlas menerima datangnya kematian. Sedangkan manusia yang tidak tahu bahwa itu malaikat Izroil, maka dirinya akan merasa gelisah, bingung, ketakutan, dll (terkena azab) karena dirinya merasa diintai oleh seseorang yang tidak dikenalnya, sementara orang lain tidak melihatnya.

“Kami tidak menurunkan malaikat (izroil) melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh (kematian)” (QS. Al-Hijr 15: 8)

Semoga artikel ini berguna dan bermanfaat.

Untuk menambah wawasan beragama anda silahkan download E-Book (Electronic Book) pertama saya yang berjudul :     MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan E-Book kedua yang berjudul: MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH


Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!! 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan FC
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim

Rabu, 22 Februari 2012

BUKU KEDUA


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah...akhirnya buku kedua terbit juga...


Judul : "The Science of Death"
Pengarang : Iwan Fahri Cahyadi
Penerbit : Qultum Media, Jakarta
Harga : Rp. 36.000,-
Jumlah Halaman : 220 Halaman


Segera dapatkan di toko buku Gramedia, Gunung Agung, dan toko buku besar lainnya.

SINOPSIS

Kematian adalah hal yang tidak bisa pungkiri bagi semua makhluk hidup. Semua akan merasakan kematian jika ajalnya sudah tiba, tanpa bisa diundur atau dimajukan. Karenanya, kematian masih menjadi misteri bagi banyak orang. Terutama bagi mereka yang belum mengenal Allah SWT dan kaum rasionalis-materialisme yang selalu mengedepankan rasio. Pada akhirnya, mereka terjebak oleh pandangan semu logika yang dangkal.


Dalam buku, The Science of Death, kematian terbagi kepada tiga bagian, yaitu kematian jasmani, kematian ruhani, dan kematian hakiki. Kematian jasmani terjadi ketika kita tidur, pingsan, anfal, dan mati suri. Pada kondisi ini, ruh ruhani (ruh) kita sedang menghadap Allah. Sedangkan ruh jasmaninya (nafs) masih tetap berada dalam tubuh sehingga masih bisa bernafas.



Adapun kematian ruhani ialah matinya hati seseorang sehingga lupa terhadap Tuhannya atau bisa dibilang kematian spiritual. Banyak penyebab seseorang hingga mengalami kematian ruhani. Daya tariknya sangat memikat sehingga bisa membuat manusia berpaling dari tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah SWT.

Terakhir ialah kematian hakiki yaitu berpisahnya ruh ruhani (ruh) dan ruh jasmani (nafs) dari jasad. Kematian ini telah memisahkan seseorang dari kehidupan alam dunia menuju alam lain, yaitu alam kubur. Pada fase ini, ruh akan mengalami banyak hal tergantung amalnya masing-masing. Proses kematian hakiki ini terjadi ketika program takdir yang ditanamkan di otak belakang manusia telah kosong sehingga tidak ada lagi yang mesti diperbuat.

Hakikat kematian adalah kembalinya apa yang menjadi milik Allah yang telah diamanahkan kepada makhluk-Nya. Manusia tidak memiliki kuasa apa pun terhadap ruhnya. Manusia hanya menjalani proses hidupnya melalui izin Allah atas ruh yang ditiupkan ke dalam jasadnya sehingga ia bisa bernafas, berpikir, dan menggunakan panca indera. Jika ruhnya telah lepas, jasadnya tidak akan berfungsi dan mati.

Lalu bagaimana perjalanan ruh selanjutnya? Buku The Science of Death terbitan QultumMedia ini akan memberikan jawabannya untuk Anda. Buku ini akan mengupas segala hal tentang kematian dari berbagai sudut pandang, baik secara ilmiah (sains) maupun berdasarkan tinjauan ilahiyah menurut Al-Qur`an, hadits, dan pendapat para ulama.

Buku ini akan membuka rahasia kematian sehingga setiap orang bisa menyikapi kematian ini dengan benar. Buku ini bisa dikatakan sebagai katalog dalam membaca peta kematian. Artinya, buku ini telah memuat berbagai aspek identitas kematian dengan sudut pandang yang bisa dimengerti, baik oleh logika maupun iman sehingga bisa menuntun seseorang pada tujuan hidupnya. Peta inilah yang akan mencegah seseorang salah jalan dalam memahami arti kematian.

Buku ini juga dilengkapi keterangan tentang alam ruh dan cara mendoakan mereka yang telah meninggal dunia agar dapat kembali kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tambahan Informasi :
Setelah saya membaca buku cetakan pertama ini, ada beberapa kata yang perlu direvisi sehingga pembaca lebih memahami isi buku ini.

1.Pada halaman 40 pada paragraf terakhir tertulis surat QS. Al-Fathir (81):7....yang benar (revisi) adalah QS. At-Takwir (81):7...meskipun sudah diperjelas pada catatan kaki.

2.Pada halaman 177 pada paragraf pertama tertulis kalimat, “Inilah yang dinamakan dengan kematian kedua”.....yang benar adalah...”Inilah yang dinamakan dengan kehidupan kedua”.

NB: Demikian saya sampaikan dan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca budiman. Mengingat buku cetakan pertama ini sudah dipasarkan, semoga dengan adanya revisi ini cukup mewakili. Insya Allah, pada cetakan kedua (catatan : bila peminat masih banyak) akan kami adakan revisi pada kalimat tersebut.

Jumat, 14 Agustus 2009

Belajarlah Dari Kematian Kita


BELAJARLAH DARI “KEMATIAN” KITA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dicintai, dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.

Pernahkah anda memperhatikan bahwa lampu yang menyinari ruangan anda sebenarnya berada dalam kondisi hidup dan mati. Tentunya anda tidak mengira, hal ini dikarenakan kecepatannya (antara hidup dan mati) lampu terlampau cepat sehingga seolah-olah kelihatan hidup atau bersinar terus menerus. Padahal tidaklah demikian. Lampu yang bersinar sebenarnya berada dalam kondisi antara hidup dan mati. Kalau selama ini kita salah menyikapi karena semata-mata keterbatasan indera penglihatan kita untuk melihat, sehingga seolah-olah lampu itu hidup terus menerus.

Hal ini juga sering terjadi, selama ini kita menyangka bahwa langit berwarna biru, namun hakikatnya tidak demikian. Coba anda bayangkan ketika anda memakai pesawat luar angkasa berusaha menembus langit, maka pasti anda tidak akan menemukan warna biru, bahkan langit sendiri itu tidak ada. Sekali lagi ini semua karena keterbatasan indera penglihatan kita. Demikian pula ketika anda dari jauh melihat gunung berwarna biru, namun ketika anda dekati ternyata gunung itu tidak berwarna biru.

Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati Allah SWT, pernahkah juga anda perhatikan bahwa di dalam kehidupan kita selalu didampingi (akrab) dengan kematian? Tentu anda tidak mengira demikian atau selama ini anda tidak terlalu memperhatikan fenomena ini. Supaya anda percaya, kita ambil contoh sederhana yaitu ketika seorang pasien yang sedang dirawat di UGD dan biasanya untuk memantau kondisinya, pihak Rumah Sakit akan memberikan alat pemantau nafas sang pasien. Pada alat tersebut terlihat seperti gelombang atau grafik sebagai tanda sang pasien masih bernafas atau hidup. Ketika pasien tersebut menarik nafas atau menghembuskan nafas maka akan terlihat grafik tersebut naik turun. Coba perhatikan ketika tarikan nafas atau hembusan nafas berada pada ujung nafas, maka akan terlihat titik atau puncak batas nafas tersebut (ketika menarik nafas) dan titik atau lembah batas nafas sang pasien (ketika menghembuskan nafas). Titik atau ujung nafas inilah dimana saat-saat jantung si pasien berhenti berdegup yang artinya itulah titik kematian.

Manusia saat terlahir ke dunia (kehidupan) sebenarnya juga sudah dibarengi kapan kematiannya. Ini berarti hidup dan mati selalu berdampingan. Begitulah Allah SWT menciptakan apa-apa yang berada di bumi ini berpasang-pasangan. Hidup dan mati, siang dan malam, baik dan buruk, panas dan dingin, fujur dan taqwa, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, kuat dan lemah, dll. Tidak ada yang berada ditengah-tengah, karena pastilah diantara keduanya ada yang lebih dominan. Mari kita perhatikan ayat berikut ini,

“Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasang-pasangan semuannya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Ya Sin 36 : 36).

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah,..." (QS. Adz-Dzariyat 51 : 49).

Manusia juga sering tidak menyadari bahwa dalam tidurnya sebenarnya kita dalam kondisi “mati” karena Ar-Ruh (Ruh Ruhani) kembali berpulang kepada Allah SWT, sedangkan ruh jasmani masih menemani saat sedang tidur. Marilah kita perhatikan ayat berikut ini,

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Az-Zumar 39 : 42).

Lalu pelajaran apa yang dapat kita ambil dari “kematian” (tidur) dalam kehidupan kita sehari-hari di dunia ini?

Pertama, dari surat Az-Zumar 39 : 42 dapat kita peroleh informasi bahwa selama tidur, Ar-Ruh (Jiwa) kita pulang ke Allah SWT. Ini sekaligus memberi pelajaran kepada kita bahwa Ar-Ruh inilah diri kita (manusia) yang sebenarnya. Segala aktivitas kita selama ini digerakkan oleh Ar-Ruh yang merupakan amar dari Allah SWT. Kita ambil contoh sederhana saja, selama ini kita mengira bahwa ketika kita melihat yang melihat adalah mata kita, benarkah? Ternyata keliru. Coba perhatikan ketika ada manusia tidur, kemudian anda iseng membuka kelompak matanya. Dapatkah dia (mata miliknya) melihat meskipun matanya terbuka? Tidakkan? Jadi sebenarnya siapa yang melihat selama ini? Yaitu Ar-Ruh.

Karena pada saat tidur Ar-Ruh meninggalkan jasadnya maka manusia tidak dapat melihat! Jadi mata kita sebenarnya hanyalah sebagai alat atau perangkat, sedangkan yang dapat melihat adalah Ar-Ruh. Demikian pula telinga kita, mulut kita, otak kita, dsb.

Lalu bagaimana dengan kondisi orang mati yang sesungguhnya? Yaitu ketika Ar-Ruh (jasmani dan ruhani) bersama-sama meninggalkan jasad kita. Itulah mati yang sebenarnya.

Kedua, Tidur adalah Ma’rifat. Karena Ar-Ruh kita kembali menghadap kepada Allah SWT. Ketika shalat kita khusyu’ sebenarnya kita juga dalam posisi pulang (mi’raj) menghadap kepada Allah SWT, namun kondisi ini dibarengi dengan kesadaran. Nabi SAW pernah bersabda, “Asshalatu mi’rajul mukminin” (Shalat itu mi’rajnya orang mukmin). Namun kalau Ar-Ruh kita pulang kepada Allah SWT tanpa didasari dengan kesadaran kita maka manusia dalam posisi tidur atau pingsan.

Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi anda semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri-Penulis
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com

Kamis, 04 Juni 2009

Mati Suri, adakah?


MATI SURI, ADAKAH?

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dimuliakan dan diridhoi Allah SWT.

Pernahkah anda mendengar dan membaca berita mengenai mati suri? Benarkah mati suri itu ada dan nyata? Atau jangan-jangan mati suri itu hanya rekayasa atau untuk membuat sensasi bahkan mengada-ada saja?

Sebelum membahas mengenai topik tersebut, saya akan menampilkan salah satu cerita mengenai mati suri. Namun karena ceritanya terlalu panjang, maka akan saya ringkaskan tanpa mengurangi esensinya.

Ini tulisan saya di harian pagi Riau Pos, Ahad 1 Oktober 2006. semoga bermanfaat
Kesaksian Warga Bengkalis yang Mati Suri dalam Temu Alumni ESQ : ''Menyaksikan Orang Disiksa dan Ingin Kembali ke Dunia'', Laporan Idris Ahmad - Pekanbaru

Berikut catatan Riau Pos yang turut serta mendengarkan kesaksian Aslina dalam temu Alumni ESQ (emotional, spiritual, quotient) Ahad (24/9) di Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru.

Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.

Paman sdr. Aslina menuturkan latar belakang bahwa Aslina gadis yatim, hidupnya penuh dengan cobaan hidup umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api. Menjelang usia SMA ia termakan racun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid). Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.

''Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,'' jelas Rustam dan hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa kembali ke Mahkota sekitar pukul 12 malam itu. Ia dimasukkan ke UGD, saat itu detak jantungnya dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. ''Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut, red). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir,'' ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiaanya.

''Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur,'' begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang. ''Saya telah merasakan mati,'' ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu.

''Terasa malaikat mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya,'' tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ''Saat di ujung napas, saya berzikir,'' ujarnya. ''Sungguh sakitnya, Pak, Bu,'' ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan Assalaimualaikum kepada ruh Aslina. ''Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,'' ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ''siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.'' Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar.

Lalu ia dibawa ke alam barzah. ''Tak ada teman kecuali amal,'' tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau. Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis, badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut.

Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan ''Ayah''. ''Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,''tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ''Wahai ayah, janji saya telah sampai.'' Mendengar itu ayah saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. ''Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu.'' ruh Aslina pun menjawab. ''Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai''.

Aslina kemudian menceritakan bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ''Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,'' ujarnya bak seorang pendakwah.

Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, di sebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ''Siapa kamu?'' lalu perempuan itu menjawab.''Akulah (amal) kamu.''

Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. ''Siapa manusia ini?'' Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.

Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat bahkan tak bisa mengucapkan dunia kalimat syahadat ketika di dunia.

Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.

Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh.

Tampak pula orang berkepala babi dan berbadan babi. Orang tersebut adalah orang yang suka berguru pada babi. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia.

Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subnallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.

Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar ka’bah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah.

Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya. ''Saya mau shalat.'' Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina.

''Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,'' ungkap Aslina.

Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di dalam tepak ''husnul khatimah'' itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ''Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.''


Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ''Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah.'' Manusia-manusia itu juga memohon. ''Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.''

Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah. Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksiaan Aslina.

Bagaimana perasaan anda setelah membaca pengalaman mati suri diatas? Takut, biasa-biasa aja, mau mengubah jalan hidup anda yang masih tersisa, atau anda masih tidak percaya?

Semua saya serahkan kepada para sahabat dan sidang pembaca. Namun saya hanya menambahkan bahwa di dalam Al-Qur’an bahwa ada beberapa ayat yang menerangkan perihal mati suri, tinggal anda mau meng-iman-i atau tidak itu hak anda.

”Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (sebelum mati),...(QS. Ar-Rad 13 : 40).

”Dan jika kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka (tentulah kamu akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu)....(QS. Yunus 10 : 46).

”..maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka)...(QS. Al-Mu’min 40 : 77).


Demikian sumbangsih saya. Terima kasih, semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Fahri
SC-HSS

Kamis, 02 April 2009

Menjemput Kematian


MENJEMPUT KEMATIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Para sahabat marilah kita sedikit merenungkan sesuatu yang belum terjadi pada kita namun pasti terjadi pada kita. Entah kapan.

Banyak pakar bisnis, ilmuwan, cendikiawan, maupun orang-orang mengaku pinter berteori bahwa masa depan adalah sesuatu yang penuh ketidakpastian. Manusia hanya mampu memprediksi sesuatu dimasa yang akan datang berdasarkan data-data kemarin dan saat ini, kemudian dibuatlah planning untuk masa depan. Namun demikian teori itu tidak sepenuhnya benar. Karena ada satu hal di masa depan yang pasti, yaitu MATI.

Ya...kematian untuk sebagian orang adalah hal yang sangat menakutkan, karena tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya nanti di alam barzakh dan akhirat. Hal ini disebabkan tipisnya iman. Coba kita tengok dalam realita : banyak manusia berharap bahwa kalau bisa dia bisa hidup selama-lamanya bahkan mereka berupaya agar tetap kelihatan selalu awet muda (terbukti adanya upaya medis agar kulit tidak keriput, operasi plastik, obat-obatan untuk memperbaiki sel-sel kulit, operasi silicon, dll yang semata-mata bukan untuk penyembuhan suatu penyakit tapi agar tampil cantik, tampan,charming, tuntutan profesi, dll...pokoknya semata-mata urusan duniawilah...weleh...weleh...weleh) dan bagi mereka uang tidaklah menjadi masalah (kaum hedonis). Berapapun biayanya mereka tidak peduli asalkan bisa tetap kelihatan awet muda (coba di sodaqohkan..kan lebih bermanfaat). Jadi disini terjadi salah kaprah dalam menyikapi hidup, mereka berkorban mati-matian bukan untuk memperbaiki segi batiniah tetapi segi fisik yang jelas tidak bisa dihentikan karena ini bertentangan dengan sunatullah.

Emangnya kalau muda tidak bisa mati to? Apakah kematian hanya identik dengan yang tua? Banyak kok yang masih muda, remaja bahkan masih bayi yang telah berpulang ke rahmatullah. Emangnya enak panjang usia? Padahal masa tua itu penuh dengan penyakit, mau pergi-pergi badan dan tulang udah nggak kuat, capek dikit dan kena angin langsung masuk angin, mata rabun, pendengaran berkurang, badan gemetaran, dll. Coba apa enaknya.

Tapi ya memang begitu sifat manusia, bahkan kalau bisa mereka tawar menawar dengan Tuhan biar dipanjangkan umurnya dan tetap awet muda. Padahal sudah jelas, waktu kematian tidak bisa ditunda maupun dimajukan.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

Ali Imran 145 : “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya...

Al Hijr 5 : “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya).

Nah..dari ayat diatas sudah jelas bahwa waktu kematian sudah ditentukan (dihak patent-kan...he..he..). Berhubung kita ndak tahu waktunya kapan, makanya Allah SWT berpesan agar kita selalu berdzikir disegala aktivitas kita, harus selalu eling lan waspada (ingat atau kesadaran kita selalu tertuju kepada Allah SWT, karena sewaktu-waktu kita akan mati dan kita gak tau kapan). Yang membedakan antara satu manusia dengan lainnya adalah bagaimana caranya dan di bumi (tempat/lokasi) kita akan bertemu dengan maut.

1. Ali Imran 158 : “ Dan sungguh jika kamu meninggal (mati) atau gugur (terbunuh), tentulah kepada Allah jua kamu dikumpulkan.”

2. Luqman 34 :”...Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati...”.

Syukurlah kalau kita matinya pas berbuat baik berarti khusnul chotimah, tetapi sebaliknya kalau kita mati pas berbuat yang menjadikan Allah SWT murka berarti kita suul chotimah. Banyak kok pelajaran dari Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun dalam realita kehidupan disekeliling kita. Ada manusia yang hidupnya selalu selaras dengan tuntunan agama dan meninggalnya juga baik; ada pula manusia yang sebelum meninggal dunia kelakuannya Na’udzubilahimindzalik..melebihi binatang bahkan iblis tapi diakhir hayatnya karena rahmat dan ridho Allah diakhir perjalanannya diberikan hidayah dan mati khusnul chotimah, namun ada juga yang sebaliknya (na’udzubilahimindzalik)....dimasa kehidupannya berpegang pada jalan Allah,...eh..dimasa akhirnya malah mendapat murka Allah dan ada juga manusia yang dari awal sampai akhir hidupnya penuh dengan jalan sesat.

Untuk itu mari kita selalu eling lan waspada (berdzikir) dan selalu minta dituntun Allah SWT, dalam menjalani hidup ini dan mohon diwafatkan Allah dalam keadaan khusnul chotimah, diberikan rahmat dan ridho-Nya, tetap dalam keadaan Islam, Iman dan Ihsan disertai limpahan nur hidayah-Nya dan diangkat derajat kita disisi-Nya. Kalau perlu kita belajar “mati” sebelum mati (mati sakjroning urip).

Kenapa kita mesti minta kepada Allah? Ya karena manusia itu ndak punya daya & kekuatan apa-apa, kita ini lemah, kotor, hina, bodoh, dll. Ya kadang cuma untuk menutupi ketololannya, manusia sering mbagusi (sombong) di hadapan manusia maupun Allah. Merasa paling pandai, paling berkuasa, paling hebat, paling alim,bahkan ada yang mengaku-ngaku bahwa dia telah mampu membersihkan jiwanya yang kotor (istilah kerennya Tazkiyatun Nafs). Astaghfirullah!

Coba kita perhatikan firman Allah dalam Surat An-Nuur 21 : “...Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan munkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya”. Nah lho! Jadi Allah-lah yang membersihkan, bukan kita.

Ketahuankan manusia itu makhluk lemah, bodoh, hina, kotor, dll. Tapi ya memang begitu sifat manusia selalu sombong...aku paling pinter (berilmu), paling berkuasa, paling kaya, paling.....,paling.....Padahal kita itu nggak punya potongan untuk menyandang kesombongan. Karena kesombongan adalah pakaian Allah. Bahkan Allah sendiri dalam hadits Qudsi berkata: “ Barang siapa memakai “pakaian-Ku” (sombong) maka aku akan murka kepada-Nya. Ya...Allah-lah yang memiliki asma Sang “Mutakabbir”.

Lalu apa yang harus kita lakukan ketika akan menjelang maut? Gampang kok kita tinggal berserah diri kepada kemauan dan kehendak Allah. Jangan bawa amal dan jangan bawa ilmu. Apalah artinya ilmu, amal dan pahala dihadapan Allah. Emangnya Allah bisa kita suap? Pokoknya kita rela, pasrah total dan ikhlas kepada kehendak-Nya, sehingga Dia ridho kepada kita.

Semoga diakhir hidup, kita dapat menyambut panggilan mesra dari Allah SWT, seperti yang tertuang dalam ayat..” Hai jiwa yang tenang (nafs Muthmainah). Kembalilah kepada Tuhan-Mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-Ku (Al-Fajr 27-30). Amin.

Dan inti tulisan ini adalah KEMATIAN ADALAH RAHMAT TERBESAR DARI ALLAH SWT BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN MEREKA MERINDUKAN KEMATIAN.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fahri
SC-HSS