DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 07 Juli 2010

Gajah dan Upil (2)


Gajah dan Upil (2)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Lanjut lagi....

Jadi, ketika saya berdialog dengan sampeyan dengan tanpa emosi alias dengan nafas yang tertata, otomatis pengalaman - pengalaman sampeyan, ilmu - ilmu, kegundahan - kegundahan atau suka cita sampeyan bisa saya serap dan rasakan juga. Bahkan ketika sampeyan tak berhadapan dengan saya.

Kegundahan sampeyan adalah hentakan gelombang yang mengantar rambatan rasa kegundahan ke saya, kebahagaiaan sampeyan otomatis juga jadi kebahagiaan saya.

Dan hal ini selalu beredar di udara keluar masuk tubuh, keluar lagi mencampur ke alam raya menjadi satu udara utuh. Kemudian siap dipancarkan dan ditangkap lagi berulang - ulang persis kayak gelombang frekwensi radio atau hp.

Inilah yang dimaksud muslim itu bagaikan satu tubuh. Naiknya sebuah kesadaran bahwa kita hidup dalam rumah besar alam raya yang satu, semesta tunggal, satu tubuh.

Tetapi Hadits seperti ini sesungguhnya tak bisa kita ikuti secara latah, atau dipaksakan tanpa didasari sebuah perjalanan dalam diri yang benar - benar sampai tahap bermukim di wilayah universal terlebih dulu.

He he...tapi semua itu cuma teori lamunan aja lho....lamunannya orang tafakur melekan malam. Saya juga gak bisa kok. Lha wong saya hare...ya jelas gak biiiisa....hiks ! wiiiis... pokoknya bagi saya yang bisa sedunia akhirat cuma Allah thok...lainnya minggiiiiiir........

Kembali lagi, hidung layaknya tower BTS alias Base Transreciever Station nya hp. Tergantung kita mau sms atau calling tangkap menangkap siaran siapa...asalkan tahu nomornya, pasti konek.

Tentu, pesawat kita sudah harus diupgrade dulu hingga mampu mencapture dengan detail setiap geseran frekwensi, partikel udara dan sejenisnya. Mengenai cara upgradenya ya persis kayak upgrade telinga saat mendengar musik dengan seksama.

BTS hidung ini juga persis tehnologi mata elektronik alias kamera. Semakin besar pixel, semakin bagus kualitas lensa, semakin tinggi kemampuan ISO, semakin banyak frame, semakin lebar rentang exposure dan aperture, maka semakin detail dan semakin luas moment yang bisa kita jepret.

Nah, yang repot kalau tower BTS nya kacau. Bisa kita amati pada tiap diri sendiri, semakin kacau pikiran dan nafsu kita, pastilah semakin kacau nafas kita. Akhirnya BTS tinggallah menara tinggi tanpa daya....

Contoh paling mudah ketika kita marah. Nafas sangat ngos - ngosan, akhirnya nafsu dan emosi tinggi. Tentu akal sehat ikut berhenti tak bisa menalar dengan jernih. Hal mudah di depan mata yang tinggal klik saja jadi terasa suliiiiiiit....

Semakin kacau nafas, asupan oksigen otak dan segala jerohan kita juga semakin error. Lha kalau sudah error....dipastikan cara pandang terhadap hidup akan errorrejing juga... Lha wong syaraf otaknya banyak yang tak teraliri energi hidup alias darah dan oksigen kok...

Akhirnya kita gampang salah paham, sempit, berfikir remang - remang yang penuh kecurigaan...

Bisa ditebak, perilaku ini akan mengakibatkan dada gampang sesak, kepala tegang...daaaaaan.....stroke. Atoooh..sakitnya reeek....!

Gak salah orang tua dulu bilang, jangan suka marah - marah nanti cepat mati...hmmh kayaknya emang lebih baik belajar sabar biar umur panjang dan cara berfikir juga ikut panjang.

He...he.. jadi mbok ayuklah sekali - kali mensyukuri adanya hidung supaya tahu kandungan ilmunya...mosok tiap hari cuma urusan kenikmatan konsumsi ilmu mata, mulut dan telinga saja.

Lha kalau hidung gak ada kenikmatan ilmunya layaknya ilmu musik pada telinga atau ilmu video pada mata, mbok dibuang ajjjaaaa...daripada bikin berat kepala...hi hi....

Padahal mata, mulut dan telinga walau ditutup satu jam gak ada masalah lho. Kita tetap seger waras. Kalau hidung ditutup satu jam ? maka nikmat apa yang kau ingkari....begitu kata Qur'an...

***

Kayaknya aneh ya...hidung ini ternyata bukan hanya urusan mencium, tetapi ternyata bisa memiliki ilmu "melihat".

Apa ini juga bagian dari ibrah bahwa kita tak boleh makan babi supaya tak terciprati sifatnya ? sebab tabiat babi dengan anugerah hidungnya yang besar itu ternyata tak bisa selektif memilih kebutuhan dan merawat kebaikan dirinya. Hidup suka dikubangan lumpur bercampur makanan dan kotorannya sendiri yang bauk....

Hidung babi hanya digunakan untuk kepuasan nafsu perutnya. Apa saja dimakan, dimuntahkan lagi, lalu dimakan sekali lagi. Sudah tahu itu bau muntahan sendiri, sudah tahu itu bau anaknya sendiri, sudah tahu bau induknya sendiri, eehhh...diembat juga.

Apakah ini juga persis seperti kita yang suka memakan bangkai kejelekan saudara sendiri. Sudah jelas bau anyir kok ya tetep dimakan....udah gitu masih dibuat kenduri rame - rame lewat penayangan media skala nasional ataupun forum pengajian.

Ya maklum saja sih, lha wong hidung kita ini dari kecil cuma buat latihan mencium bau daging - dagingan. Entah itu daging soto, rawon, gule dkk. Gak pernah dilatih buat mencium bau surga...

Tak salah, akhirnya budaya kita memang bertitik tumpu di daging. Setiap yang berbau daging selalu kita ekspose besar - besaran. Entah itu daging makanan, daging badan ataupun daging pornografi.

Ah...tapi ndhak tahu lah... dah, lanjut lagi aja aaaahhh.....

Cipratan ilmu tadzkiyatun nafs tadi bisa jadi memunculkan pengetahuan atau bashirah bisa melihat orang dibalik dinding, Out of Body Experience mengunjungi India dari tempat tidur, mengetahui cara kerja sistem dalam tubuh beserta penyakitnya, mencari info dimana tempat tinggal mantan pacar atau menemui teman lewat alam mimpi. Tapi itu semua hanyalah mainan. Tak lebih.

Bila kita bangga atau berhenti disini, hal ini malah jadi tutup atau hijab paling berbahaya untuk mencapai tujuan Akhir, lillahi ta'ala. Walaupun dalam perhentian ini kayaknya kita selalu tak pernah putus berdzikir.

Banyak sekali orang yang keenakan berhenti di sini karena merasa menjadi superman, terbukanya gudang ilmu, mendapatkan rejeki dan kemana - mana disanjung puja ribuan orang dengan berbagai macam sebutan mulia.

Tetapi biasanya para pelakunya selalu dihinggapi kebingungan - kebingungan, kesibukan - kesibukan dan keheranan terus menerus tanpa batas. Sebab ini hanyalah terminal, bukan tujuan akhir.

Lha wong namanya terminal ya jelas hiruk pikuk, banyak penumpang beserta berbagai karakternya dan kendaraan yang siap mengantar kita ke berbagai tujuan.

Tinggal piliiiih ....mau zig zag, belok kiri belok kanan, ke pasar raya hypermarket serba ada, ke kota metropolis atau rekreasi outbond menyatu dengan alam, entah alam jin atau alam DNA ....monggo kerso....kendaraan layaknya Buraq airways sudah siap mengantar kemanapun pergi....

Tapi perlu diingat, kendaraan tetaplah kendaraan. Ia bukanlah tujuan. Kalau sudah sampai tujuan hakiki, ya kendaraannya harap diparkir. Gak boleh ikut masuk.

Juga perlu kita ingat, diterminal gak mungkin ada tempat tidur yang enak. He he...apalagi seperti tempat tidur dari dipan emas yang digambarkan kayak di surga.

Hmmmhh...bidadari hatiku...sabar ya...dipanku masih dari kayu reyot....kita belum bisa berbaring tenang sambil memandang cahaya bulan dan mencecap manisnya madu....duh bulan madu surga itu ...Wadah ! jadi nglantur gara - gara ingat Srikandi surga reeeek....

Terus ah....

Padahal sesungguhnya bila kita mau meneruskan perjalanan, bisa bersyukur lebih banyak dan lebih halus akan adanya nafas ini, maka pengetahuan kita juga akan semakin halus lembut seperti partikel atom dan cahaya yang tak terbatasi lagi oleh gambaran model wujud, ruang dan waktu. Laisa kamitslihi syai'un. Tak serupa apapun........

Tapi namanya aja tak serupa apapun, jadi ya tak terdefinisi. Berarti tak ada ilmu. Ummi. Lha wong gak bisa didefinisi dan diklasifikasikan hare...

Dan akhirnya tembuslah diri kita dengan hakekat Yang Maha Lembut dan Benderang, Nur ala Nur. Inilah yang disebut ucapan alhamdulillah yang sesungguhnya. Ucapan dan kandungan apa yang diucap sudah mewujud menjadi satu, Kun fayakun.

Alhamdulillah yang benar - benar membuat diri kita diam anteng di tujuan akhir. Alhamdulillah yang sudah sadar bahwa memang semesta daya dan seluruhnya isinya milik Allah thok til. Termasuk nafas, hidung beserta upilnya...Lha mau gimana lagi wong Allah Maha Memiliki kok. Emangnya kita ini memiliki apa yaaa.... ???

Tentu semua itu bisa kita alhamdulillahi dengan benar apabila kita awali dulu dengan proses tadzkiyatun nafs membersihkan hidung, alias si upil tadi.

Kalau upilnya cuma sebesar punya adik - adik tadi sih mudah saja plen...tinggal jentikkan jari, si upil tadi sudah lompat entah kemana.

Lha tapi kalau upil kita ternyata lebih besar dari gajah, gimana cara menjentikkannya hayo...?

Yah...upil ruhani kita memang besar...upil yang berwujud kecintaan terhadap perhiasan, laptop, mobil, hp, bendera - bendera, doktrin - doktrin, gedung pencakar langit, tambang emas, ladang minyak, kesaktian - kesaktian, kecerdasan dan semua jenis kebaruan fana ini sering menghambat jalan nafas dan kelegaan dada kita...

Tak heran kalau bersin akibat kotoran hidung, kita disuruh ucap hamdallah yang bermaknakan bahwa semua ini milik Allah.....

Maka kembalikanlah kepada yang memiliki...zakatkan, pasrahkan, serahkan, Islamkan....natural dan lembut saja...seperti mengeluarkan nafas yang penuh karbon itu...Hingga kita merasa fakir, ummi dan fana karena tak mampu memiliki nafas itu sendiri.

Hmmmhh.... nafas yang di dalamnya terkandung data mikro- makro kosmos, kedigdayan, kesehatan dan pengetahuan hakiki.....sungguh menggiurkan.

Bersambung...

Dody ide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar