DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 28 Oktober 2009

Allah, Sang Maha Hadir (6)


ALLAH, SANG MAHA HADIR (6)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Merekonstruksi Pemahaman Al-Qur’an

Suatu ketika saya secara iseng menulis status di facebook yang berbunyi kurang lebih sbb: “Umat islam mengaku beriman pada Al-Qur’an (Kitabullah), namun dalam kenyataannya banyak dari umat islam sendiri yang jarang membuka, membaca, mempelajari, memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau pun umat islam mendadak rajin membaca Al-Qur’an hanya ketika bulan ramadhan atau moment pengajian, itu pun dalam hari-hari tertentu saja. Apakah ini tanda bahwa benar-benar umat islam beriman kepada Al-Qur’an?”.

Demikian tulisan saya di status facebook dan tulisan tersebut sengaja saya akhiri dengan sebuah pertanyaan. Hal ini semata-mata sebagai suatu bentuk motivasi dan berharap...Insya Allah kita semua (termasuk saya) agar selalu mau dan mau belajar Al-Qur’an. Karena kitab suci ini adalah mukjizat, pelita hati dan pedoman hidup umat islam, sehingga dengan berpegang kitabullah, Insya Allah umat islam akan mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat. Dan Insya Allah...kita semua tidak menyesal di kemudian hari. Amin.

Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia, hampir sebagian besar umat islam merasa “alergi” untuk mempelajari Al-Qur’an. Mereka tidak merasa bangga diwarisi mukjizat. Atau apakah mereka merasa begitu sulit mempelajarinya? Bukankah sekarang banyak penemuan/metode cara belajar membaca Al-Qur’an? Seandainya toh anda masih sulit membaca, bukankah Al-Qur’an banyak yang sudah diterjemahkan dan ditafsirkan? Bukankah esensi Al-Qur’an diwahyukan kepada umat islam agar memiliki perilaku yang islami dan Qur’ani? Disisi lain banyak juga yang pandai membaca Al-Qur’an namun jarang mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal penerapan perilaku inilah point terpenting dalam kehidupan, meskipun pandai membaca Al-Qur’an juga baik. Syukur Alhamdulillah bila umat islam mau dan mampu menjalankan kedua-duanya, baik pandai membaca sekaligus mengaplikasikannya.

Allah SWT sebenarnya sudah memperingatkan kepada umat islam, bahwa mempelajari Al-Qur’an itu mudah. Bahkan Allah SWT dalam surat Al-Qamar memberitahukan kepada umat islam. Untuk meyakinkan, Allah SWT sampai mengulang ayat tersebut sebanyak 4 kali.

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS. Al-Qamar 54 : 17, 22, 32, 40).

Yang perlu dicermati umat islam adalah membedakan antara membaca dengan memahami Al-Qur’an. Ini jelas beda. Secara tekstual/tersurat bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an tidak akan berubah sampai kapanpun karena Allah SWT yang langsung menjaganya. Tetapi secara pemahaman/tersirat makna Al-Qur’an dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi zaman. Ini-lah keistimewaan Al-Qur’an, sehingga kitabullah tidak akan pernah lapuk ditelan zaman, tetapi tetap up to date sampai akhir zaman (kiamat).

Jalan spiritual antara Rasulullah SAW dan umat islam dalam memahami Al-Qur’an adalah sama. Mengapa? Karena pemahaman tersebut bukan hasil olah pikir manusia, tetapi Allah SWT yang memahamkan. Dalam setiap perjalanan perilaku spiritual, maka Allah SWT akan menjelaskan ayat demi ayat yang menyertai perjalanan spiritual Sang Salik. Sang Salik hanya tinggal melangkah berdasarkan petunjuk yang diberikan kepadanya atas kemurahan Allah SWT. Sungguh suatu bentuk hubungan antara Sang Abdi dan Sang Khalik yang begitu mesra. Maka tidak heran, Sang Abdi tidak pernah bersedih dalam menjalani hidup ini. Tidak ada rasa sedih gembira, susah senang, duka cita karena itu semua sudah berada dalam genggamannya. Mereka semua berjalan di atas rasa. Bahkan syurga dan neraka-pun tidak pernah dipikirkan. Karena syurga dan neraka adalah makhluk (diciptakan). Hanya kerinduan dan kedekatan disisi Sang Khalik-lah yang diidam-idamkan serta tidak mau dilepas sedikitpun. Sang Abdi merasa damai dalam dekapan dan belaian-Nya.

Manusia yang telah tunduk, patuh, menyerahkan shalat, ibadah, hidup dan matinya kepada Allah SWT, maka hidupnya begitu tentram dan damai. Totalitas Sang Abdi ini-lah yang...Insya Allah akan mendapatkan limpahan karunia dan hidayah dari Allah SWT. Bahkan untuk memahami Al-Qur’an-pun mereka dituntun dan dijelaskan oleh Allah SWT. Karena Allah-lah pemilik asma Al-Alim, Dia-lah Sang Guru Sejati. Maha Guru atas segala makhluk-Nya.

”Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya”. (Al-Qiyamah 75 : 16-19).

Yang menarik untuk dikaji dan dicermati dari umat silam sekarang ini adalah salah kaprah dalam memahami Al-Qur’an. Mereka menggunakan otak atau hanya berdasar olah pikir. Maka tidak heran dari hasil pemahaman ini menghasilkan out put yang berbeda, akibatnya banyak dari umat islam terpecah menjadi beberapa golongan, saling mengklaim paling benar, gontok-gontokan bahkan saling mengkafirkan. Na’udzubilahi min dzalik!. Karena pemahaman Al-Qur’an bukan berdasarkan olah pikir atau berada dalam wilayah otak. Al-Qur’an dipahamkan oleh Allah SWT yang diturunkan dalam hati hamba-hamba-Nya yang mau menghamba secara ikhlas, sabar, tawakal dan istiqomah kepada-Nya secara totalitas.

Sebenarnya perpecahan ini tidak perlu terjadi kalau umat islam mau meniru/mencontoh (sunnah Rasulullah SAW) dalam berspiritual. Karena bagi Sang Abdi saling menyalahkan, perpecahan, dsb tidak akan pernah terjadi. Karena pemahaman mereka sama, sebab Allah SWT-lah yang memahamkan. Bagaimana pemahaman bisa berbeda kalau sumber pemahamannya sama yaitu dari Allah SWT. Tidak mungkinkan?

Bersambung...

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar