DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Senin, 26 Oktober 2009

Allah, Sang Maha Hadir (4)


ALLAH, SANG MAHA HADIR (4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Adakah Masalah?

Hidup ini penuh dan dihiasi dengan masalah. Namun ada dan tidaknya masalah, semua tergantung dari masing-masing manusia dalam menyikapinya. Masalah muncul apabila kejadian/kenyataan yang bersifat atau berurusan dengan hal-hal duniawi tidak sesuai dengan apa yang manusia inginkan/dipikirkan atau yang direncanakan.

Misalnya anda berkeinginan bekerja di tempat X yang anda sukai, namun anda malah bekerja di tempat Y yang anda tidak/kurang sukai atau bahkan keinginan anda bekerja di tempat X, justru lamaran kerja anda ditolak. Contoh lain, ada seorang pedagang yang menargetkan bulan ini mendapatkan keuntungan sebesar A, namun justru profit yang diperoleh hanya sebesar A minus (untung tapi tidak mencapai target) atau rugi atau bahkan mendapat A plus (untung melebihi target, meskipun ini membuat pedagang senang namun ini tergolong masalah karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan semula).

Sering kali manusia terjebak pada keinginan-keinginan, bukan kebutuhan. Sehingga apabila keinginan tersebut tidak terpenuhi maka akan timbul masalah, kegelisahan, dan kekecewaaan. Padahal keinginan itu sendiri bukanlah sesuatu yang harus dipenuhi. Misalnya anda berkeinginan memiliki mobil dengan merek X, tahun Y, warna Z. Namun karena kondisi keuangan anda tidak mendukung maka anda hanya mampu membeli mobil dengan merek A, tahun B, dan warna C. Hal ini terjadi karena anda sewaktu menginginkan (menargetkan) sesuatu tidak berdasarkan kesadaran diri, namun berpedoman kepada nafsu anda.

Bila manusia dalam kehidupan ini masih dibelenggu oleh nafsu (an-nafs yang berkuasa) maka manusia tersebut masih memiliki atau dikuasai oleh rasa, baik itu rasa sedih atau gembira, susah atau senang, duka atau cita, dsb. Jadi rasa (an-nafs) menjadi tolok ukur atau standarisasi kehidupannya. Sementara an-nafs ini sendiri memiliki kecenderungan kepada sesuatu yang bersifat duniawi. Manusia jenis ini menganggap bahwa sesuatu yang diinginkan berdasarkan keinginannya (an-nafs) adalah selalu baik baginya. Dan bila keinginannya tidak terpenuhi maka dia akan gelisah dan menganggapnya sebagai masalah. Betulkah demikian?

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, apadahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah 2 : 216).

Hal ini berbeda bila seseorang telah memasuki wilayah kesadaran (ar-ruh yang berkuasa) maka disitu tidak ada suasana atau rasa sedih gembira, susah senang, duka cita. Dll. Karena ar-ruh sendiri tidak pernah atau dibelenggu oleh suasana rasa itu. Ar-ruh hanya memiliki kecenderungan dan selalu ingin berdekat-dekatan dengan Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Disinilah sebenarnya fungsi manusia yang sebenarnya ketika hidup di dunia.

An-nafs cenderung kepada sifat egois, pingin menang sendiri, sombong, dan bermegah-megahan kepada sesuatu yang sebenarnya sifatnya sepele dan temporer yaitu duniawi. Manusia jenis ini menganggap apa-apa yang dimiliki selama di dunia ini adalah miliknya. Kekayaan (harta) dianggap miliknya, istri/suami dan anak adalah miliknya, kekuasaan adalah miliknya, dsb. Padahal ini semua bersifat temporer. Apabila suatu hari apa-apa yang merasa mereka miliki diambil oleh Allah SWT, maka akan merasa sedih, kecewa, gelisah bahkan sampai pada tingkat depresi atau stress. Manusia jenis ini dalam Al-Qur’an termasuk atau tergolong sebagai makhluk. Maka tidak mengherankan bila Allah SWT dalam Al-Qur’an Al-Karim menyindir bahwa manusia jenis ini lebih buruk dibandingkan dengan binatang ternak. Hal ini sebabkan binatang dalam memenuhi hidupnya hanya berdasarkan kenyang tidaknya isi perut. Bila telah kenyang maka binatang akan tenang hidupnya. Sementara manusia tidak hanya puas dengan perut yang kenyang, tetapi mencari dan mencari untuk menumpuk-numpuk hartanya untuk memenuhi perutnya dihari-hari berikutnya.

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. At-Taghabun 64 : 15).

Sementara bila dalam diri manusia yang berkuasa adalah ar-ruh maka dia berhak disebut atau digolongkan sebagai khalifatullah (wali/wakil Allah SWT di dunia). Manusia jenis ini menganggap bahwa harta, jabatan, istri/suami atau anak adalah titipan dari Sang Illahi. Manusia ini tidak merasa terikat oleh sesuatu yang bersifat duniawi. Dia telah terlepas dari dunia (tidak membuang). Maka tidak heran bila sifat pengasih dan penyayang selalui menyertainya. Hartanya didistribusikan untuk manusia lain, dia hanya mengambil seperlunya, sementara jabatan yang disandangnya digunakan untuk menyejahterakan dan memakmurkan manusia lain. Manusia jenis ini tidak pernah mementingkan dirinya, justru sebaliknya yaitu ingin membahagiakan, dan menolong orang lain. Bahkan manusia jenis ini selalu ridha dengan kehendak Illahi, kapanpun harta, jabatan dan anggota keluarganya diambil oleh Allah SWT, dia selalu siap. Karena semua itu hanya titipan.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Yunus 10 :62).

Kalau kita mengaku sebagai umat Rasulullah SAW maka seharusnya target inilah yang mesti diperjuangkan dalam hidup ini, yaitu menjadi khalifatullah. Muhammad SAW tidak pernah menyimpan hartanya, bahkan Beliau takut bila hari ini masih ada hartanya yang belum disedekahkan. Beliau memegang amanah sebagai kepala negara dengan memanfaatkan jabatannya untuk kesejahteraan dan memakmurkan rakyatnya, tidak memperkaya diri sendiri. Maka betapa terharunya para sahabat ketika memasuki rumah Rasululloh SAW ketika Beliau wafat. Rumahnya kecil dan sederhana, Beliau hanya tidur beralaskan daun kurma, tidak ada harta yang disimpannya. Dan dalam kehidupan Beliau sehari-hari tidak pernah sedih, kecewa, gelisah, dll, karena pada diri Beliau yang berkuasa adalah Ar-ruh (khalifatullah). Beliau dalam kehidupannya tidak menganggap semua yang bersifat duniawi menjadi masalah. Justru sebaliknya masalah terjadi kalau hubungannya dengan Allah SWT tidak terjalin dengan mesra.

Bersambung...

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar