ALLAH, SANG MAHA HADIR (7)-Selesai
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Allah, Sang Maha Hadir
Sampailah kita pada pokok bahasan terakhir dari artikel ini. Sebelumnya saya mohon maaf kalau dalam tulisan ini ada bagian-bagian tertentu yang tidak saya sampaikan kepada para sahabat. Kenapa? Pertama, perjalanan spiritual bukanlah cerita, sehingga mau tidak mau anda harus terjun langsung menjalani dan mengalami. Apabila saya menceritakan sesuatu kepada anda, yang mana anda belum pernah mengalami, saya takut terjadi fitnah atau anda mengatakan saya tukang cerita atau pembohong.
Kedua, bagi para sahabat yang memang saat ini sedang “on the track”, saya tidak akan menceritakan pengalaman/perjalanan spiritual saya dan apa saja yang pernah saya alami. Kenapa? Hal ini untuk mencegah agar anda tidak terperangkap pada apa-apa yang saya alami. Sehingga anda akan “memaksa”-kan diri untuk meraihnya atau ingin mengalami. Kalau ini terjadi maka anda bermain dengan pikiran/imajinasi/prasangka. Dan ini berarti saya menjerumuskan anda.
Pencapaian pengalaman spiritual disetiap “maqam” adalah pemberian dari Allah SWT, sedangkan setiap orang membutuhkan waktu dan pencapaian yang berbeda tergantung keistiqomahan masing-masing orang. Spiritual bukanlah permainan pikiran/imajinasi/prasangka. Biarlah anda mengalami sendiri dan apabila ada yang kurang dimengerti dalam perjalanan spiritual anda, barulah anda menanyakan apa yang pernah anda alami kepada kami (SC-HSS). Untuk itu dalam tulisan terakhir ini, saya hanya mengupas kulit luarnya saja. Semoga anda termotivasi untuk mendalaminya.
Sungguh unik memang cara Allah SWT memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Di puncak perkenalan kepada para hamba-Nya Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman : “.....Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah).....(QS. Asy-Syura 42 : 11).
Membaca ayat di atas, dapat saya pastikan bahwa otak anda langsung bekerja untuk mencari file memori yang berada di otak anda tentang Allah SWT. Saya juga dapat memastikan bahwa otak anda tidak akan menemukan file memori tersebut untuk membayangkan wujud Allah SWT. Karena panca indera anda tidak mungkin pernah melihat-Nya dan disisi lain panca indera anda penuh dengan keterbatasan. Dan hasilnya pasti kebingungan. Kenapa ini terjadi? Karena alat yang anda gunakan untuk “berjumpa” dengan Allah SWT salah.
Ibarat anda ingin menggali sumur, alat yang anda gunakan adalah ballpoint atau potlot. Alat ini-kan tidak mungkin untuk menggali sumur dan menemukan sumber mata airnya. Seharusnya anda menggunakan mesin bor, atau paling tidak yang lebih konvensional adalah cangkul. Pasti anda dapat menggalinya dan menemukan sumber mata air.
Otak dan panca indera bukanlah alat untuk mengenal dan “berjumpa” dengan Allah SWT. Otak adalah alat untuk berfikir/ilmu pengetahuan (logic dan hafalan), misalnya matematika, bahasa inggris, kimia, sejarah, dll. Otak hanya dapat menyimpan memori ketika panca indera anda berfungsi dengan baik. Apa yang anda lihat, anda rasakan, anda dengar, anda cium, maka seketika itu juga otak akan menyimpan memori, berdasarkan panca indera mana yang berfungsi.
Sementara alat untuk mengenal dan “berjumpa” dengan Allah SWT adalah hati/qolbu (bukan dalam arti fisik). Maka di dalam salah satu hadits Allah SWT berfirman, “Tidak sanggup alam semesta ini menampung Dzat-Ku, kecuali hati para Kekasih-Ku”. (terjemahan bebas tanpa mengurangi esensi hadist tersebut).
Sedangkan di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dia tidak diperdapat dengan penglihatan (mata) dan Dia mengadakan penglihatan dan Dia Maha Lembut dan Maha Mengetahui”. (QS. Al-An’am 6 : 103).
“....Sedang mereka tidak ada pengetahuan tentang (hakikat Dzat-Nya).” (QS. Ath-Thaha 20 : 110).
Namun bagi para hamba-hamba pilihan-Nya, perkenalan dan perjumpaan dengan Allah SWT bukan sesuatu yang mustahil. Karena Allah SWT-lah yang memperkenalkan kepada hamba-Nya. Sementara sang hamba tinggal menerima. Allah SWT akan membuka hijab-Nya mulai dari tajally Asma, tajally sifat, tajally af’al dan tajally Dzatullah (untuk masalah ini sekali lagi maaf tidak dapat saya uraikan lebih jauh karena ini perjalanan dan pengalaman spiritual sang Abdi yang berada dalam wilayah Allah SWT).
Untuk lebih menyederhanakan “identitas” Allah SWT, sehingga para sahabat dan pembaca agak “ngeh” dapat saya analogkan dengan angin (meskipun wujud Allah SWT ini jauh dari apa yang dapat anda bayangkan dan saya contohkan, namun paling tidak analog ini membantu anda).
Ketika saya bertanya apakah angin itu ada? Maka pasti anda menjawab ADA. Kalau angin ADA, lalu bentuknya bagaimana? Maka pasti anda menjawab TIDAK TAHU. Jadi kesimpulannya bahwa angin itu ADA, tetapi bentuknya TIDAK TAHU. Sekali ADA tapi TIDAK BERWUJUD.
Begitu pula dengan Allah SWT, bagi anda yang tingkat kesadaran mulai terkuak maka anda akan menyaksikan bahwa Allah SWT itu ADA. Karena Dia-lah Sang Maha ADA.
Contoh lain yang mungkin dapat menggugah kesadaran anda adalah nafas. Seringkali kita menganggap bahwa nafas ini milik kita. Betulkah? Tentu saja salah. Kalau anda meng-klaim bahwa nafas adalah milik anda coba tahan nafas anda barang 15 atau 20 menit. Mampukah anda? Dapat saya pastikan bahwa anda tidak mampu. Logikanya kalau nafas itu milik anda, maka anda seharusnya berhak mengatur-atur sesuai dengan selera dan keinginan anda. Sebagaimana anda mengaku memiliki kertas, maka terserah anda apakah kertas itu mau anda corat-coret, anda buang, bakar, jadi terserah anda. Tapi untuk nafas dapatkah anda mengatur-atur sesuka anda? Dan kenyataannya anda tidak bisa melakukannya. Kalau toh mampu hanya sebatas mengatur keluar masuknya saja. Itupun untuk beberapa waktu (15 menit, 30 menit atau 1 jam, seperti pada olah nafas, meditasi, dll). Anda tidak akan mampu mengaturnya selama 24 jam.
Lalu siapa pemilik nafas ini? Allah SWT. Begitu sayangnya Dia kepada manusia sehingga untuk bernafaspun manusia tidak susah-susah menggerakkan dan mengaturnya. Allah-lah yang menggerakkan dan mengaturnya secara otomatis, karena Dia-lah Al-Qahar dan Al-Muhith. Perhatikan pula jantung berdetak, darah mengalir, lapisan kulit yang lama diganti dengan yang baru disetiap detiknya, rambut dan kuku bertambah panjang, dll (secara mikrokosmos). Dan perhatikan pula alam semesta ini (makrokosmos). Semua diatur, ditata, dan digerakkan dengan rapi, teliti, dan cermat.
Dari beberapa contoh diatas seharusnya anda mulai tersadar bahwa Allah SWT adalah Sang Maha Hadir. Namun sayang banyak manusia yang terhijab dari contoh-contoh yang sederhana namun sebenarnya dari contoh tersebut menggiring kesadaran manusia untuk menyadari adanya Allah SWT.
Maka dari itu Allah SWT mempertanyakan kepada manusia dalam surat Ar-Rahman nikmat-nikmat ini semua, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Dari 78 ayat dalam surat Ar-Rahman ini, pertanyaan Allah SWT tentang nikmat-nikmat ini sampai dipertanyakan sebanyak 31 kali. Jadi hampir separo surat Ar-Rahman berisikan pertanyaan (ayat) yang sama!.
Allah adalah Sang Maha Hadir, Allah Maha Dekat, oleh karena itu ketika kita punya masalah (sakit, problem kerja, keluarga, dll) atau saat kesulitan memahami ayat-ayat Al-Qur’an atau rindu untuk berjumpa dengan-Nya, maka kita tinggal berdoa kepada-Nya. Dan pasti Allah SWT akan memberikan solusi atau jawaban. Meskipun dikabulkan atau tidaknya adalah hak preorogatif Allah, SWT namun tetap ada jawaban atas doa tersebut. Sehingga manusia tinggal menerima. Tidak usah mempertanyakan,” Kok jawaban Allah SWT tidak mengabulkan doa saya?”. Karena Allah SWT lebih mengetahui apa yang akan terjadi besok.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqarah 2 : 186).
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, apadahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah 2 : 216).
Yang perlu kita garis bawahi adalah, “Sudahkah kita memenuhi perintah Allah? Dan sudahkah kita di-iman-kan oleh Allah (bukan meng-iman-kan diri sendiri)”. Sebelum berdoa akan kebutuhan kita, sudahkah hak Allah SWT anda penuhi? Jangan sampai kita menuntut hak sementara kewajiban belum kita penuhi.
Demikian sekilas bahasan artikel mengenai Allah, Sang Maha Hadir. Semoga bermanfaat. Sampai bertemu kembali pada pokok bahasan yang lain.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Allah, Sang Maha Hadir
Sampailah kita pada pokok bahasan terakhir dari artikel ini. Sebelumnya saya mohon maaf kalau dalam tulisan ini ada bagian-bagian tertentu yang tidak saya sampaikan kepada para sahabat. Kenapa? Pertama, perjalanan spiritual bukanlah cerita, sehingga mau tidak mau anda harus terjun langsung menjalani dan mengalami. Apabila saya menceritakan sesuatu kepada anda, yang mana anda belum pernah mengalami, saya takut terjadi fitnah atau anda mengatakan saya tukang cerita atau pembohong.
Kedua, bagi para sahabat yang memang saat ini sedang “on the track”, saya tidak akan menceritakan pengalaman/perjalanan spiritual saya dan apa saja yang pernah saya alami. Kenapa? Hal ini untuk mencegah agar anda tidak terperangkap pada apa-apa yang saya alami. Sehingga anda akan “memaksa”-kan diri untuk meraihnya atau ingin mengalami. Kalau ini terjadi maka anda bermain dengan pikiran/imajinasi/prasangka. Dan ini berarti saya menjerumuskan anda.
Pencapaian pengalaman spiritual disetiap “maqam” adalah pemberian dari Allah SWT, sedangkan setiap orang membutuhkan waktu dan pencapaian yang berbeda tergantung keistiqomahan masing-masing orang. Spiritual bukanlah permainan pikiran/imajinasi/prasangka. Biarlah anda mengalami sendiri dan apabila ada yang kurang dimengerti dalam perjalanan spiritual anda, barulah anda menanyakan apa yang pernah anda alami kepada kami (SC-HSS). Untuk itu dalam tulisan terakhir ini, saya hanya mengupas kulit luarnya saja. Semoga anda termotivasi untuk mendalaminya.
Sungguh unik memang cara Allah SWT memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Di puncak perkenalan kepada para hamba-Nya Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman : “.....Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah).....(QS. Asy-Syura 42 : 11).
Membaca ayat di atas, dapat saya pastikan bahwa otak anda langsung bekerja untuk mencari file memori yang berada di otak anda tentang Allah SWT. Saya juga dapat memastikan bahwa otak anda tidak akan menemukan file memori tersebut untuk membayangkan wujud Allah SWT. Karena panca indera anda tidak mungkin pernah melihat-Nya dan disisi lain panca indera anda penuh dengan keterbatasan. Dan hasilnya pasti kebingungan. Kenapa ini terjadi? Karena alat yang anda gunakan untuk “berjumpa” dengan Allah SWT salah.
Ibarat anda ingin menggali sumur, alat yang anda gunakan adalah ballpoint atau potlot. Alat ini-kan tidak mungkin untuk menggali sumur dan menemukan sumber mata airnya. Seharusnya anda menggunakan mesin bor, atau paling tidak yang lebih konvensional adalah cangkul. Pasti anda dapat menggalinya dan menemukan sumber mata air.
Otak dan panca indera bukanlah alat untuk mengenal dan “berjumpa” dengan Allah SWT. Otak adalah alat untuk berfikir/ilmu pengetahuan (logic dan hafalan), misalnya matematika, bahasa inggris, kimia, sejarah, dll. Otak hanya dapat menyimpan memori ketika panca indera anda berfungsi dengan baik. Apa yang anda lihat, anda rasakan, anda dengar, anda cium, maka seketika itu juga otak akan menyimpan memori, berdasarkan panca indera mana yang berfungsi.
Sementara alat untuk mengenal dan “berjumpa” dengan Allah SWT adalah hati/qolbu (bukan dalam arti fisik). Maka di dalam salah satu hadits Allah SWT berfirman, “Tidak sanggup alam semesta ini menampung Dzat-Ku, kecuali hati para Kekasih-Ku”. (terjemahan bebas tanpa mengurangi esensi hadist tersebut).
Sedangkan di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dia tidak diperdapat dengan penglihatan (mata) dan Dia mengadakan penglihatan dan Dia Maha Lembut dan Maha Mengetahui”. (QS. Al-An’am 6 : 103).
“....Sedang mereka tidak ada pengetahuan tentang (hakikat Dzat-Nya).” (QS. Ath-Thaha 20 : 110).
Namun bagi para hamba-hamba pilihan-Nya, perkenalan dan perjumpaan dengan Allah SWT bukan sesuatu yang mustahil. Karena Allah SWT-lah yang memperkenalkan kepada hamba-Nya. Sementara sang hamba tinggal menerima. Allah SWT akan membuka hijab-Nya mulai dari tajally Asma, tajally sifat, tajally af’al dan tajally Dzatullah (untuk masalah ini sekali lagi maaf tidak dapat saya uraikan lebih jauh karena ini perjalanan dan pengalaman spiritual sang Abdi yang berada dalam wilayah Allah SWT).
Untuk lebih menyederhanakan “identitas” Allah SWT, sehingga para sahabat dan pembaca agak “ngeh” dapat saya analogkan dengan angin (meskipun wujud Allah SWT ini jauh dari apa yang dapat anda bayangkan dan saya contohkan, namun paling tidak analog ini membantu anda).
Ketika saya bertanya apakah angin itu ada? Maka pasti anda menjawab ADA. Kalau angin ADA, lalu bentuknya bagaimana? Maka pasti anda menjawab TIDAK TAHU. Jadi kesimpulannya bahwa angin itu ADA, tetapi bentuknya TIDAK TAHU. Sekali ADA tapi TIDAK BERWUJUD.
Begitu pula dengan Allah SWT, bagi anda yang tingkat kesadaran mulai terkuak maka anda akan menyaksikan bahwa Allah SWT itu ADA. Karena Dia-lah Sang Maha ADA.
Contoh lain yang mungkin dapat menggugah kesadaran anda adalah nafas. Seringkali kita menganggap bahwa nafas ini milik kita. Betulkah? Tentu saja salah. Kalau anda meng-klaim bahwa nafas adalah milik anda coba tahan nafas anda barang 15 atau 20 menit. Mampukah anda? Dapat saya pastikan bahwa anda tidak mampu. Logikanya kalau nafas itu milik anda, maka anda seharusnya berhak mengatur-atur sesuai dengan selera dan keinginan anda. Sebagaimana anda mengaku memiliki kertas, maka terserah anda apakah kertas itu mau anda corat-coret, anda buang, bakar, jadi terserah anda. Tapi untuk nafas dapatkah anda mengatur-atur sesuka anda? Dan kenyataannya anda tidak bisa melakukannya. Kalau toh mampu hanya sebatas mengatur keluar masuknya saja. Itupun untuk beberapa waktu (15 menit, 30 menit atau 1 jam, seperti pada olah nafas, meditasi, dll). Anda tidak akan mampu mengaturnya selama 24 jam.
Lalu siapa pemilik nafas ini? Allah SWT. Begitu sayangnya Dia kepada manusia sehingga untuk bernafaspun manusia tidak susah-susah menggerakkan dan mengaturnya. Allah-lah yang menggerakkan dan mengaturnya secara otomatis, karena Dia-lah Al-Qahar dan Al-Muhith. Perhatikan pula jantung berdetak, darah mengalir, lapisan kulit yang lama diganti dengan yang baru disetiap detiknya, rambut dan kuku bertambah panjang, dll (secara mikrokosmos). Dan perhatikan pula alam semesta ini (makrokosmos). Semua diatur, ditata, dan digerakkan dengan rapi, teliti, dan cermat.
Dari beberapa contoh diatas seharusnya anda mulai tersadar bahwa Allah SWT adalah Sang Maha Hadir. Namun sayang banyak manusia yang terhijab dari contoh-contoh yang sederhana namun sebenarnya dari contoh tersebut menggiring kesadaran manusia untuk menyadari adanya Allah SWT.
Maka dari itu Allah SWT mempertanyakan kepada manusia dalam surat Ar-Rahman nikmat-nikmat ini semua, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Dari 78 ayat dalam surat Ar-Rahman ini, pertanyaan Allah SWT tentang nikmat-nikmat ini sampai dipertanyakan sebanyak 31 kali. Jadi hampir separo surat Ar-Rahman berisikan pertanyaan (ayat) yang sama!.
Allah adalah Sang Maha Hadir, Allah Maha Dekat, oleh karena itu ketika kita punya masalah (sakit, problem kerja, keluarga, dll) atau saat kesulitan memahami ayat-ayat Al-Qur’an atau rindu untuk berjumpa dengan-Nya, maka kita tinggal berdoa kepada-Nya. Dan pasti Allah SWT akan memberikan solusi atau jawaban. Meskipun dikabulkan atau tidaknya adalah hak preorogatif Allah, SWT namun tetap ada jawaban atas doa tersebut. Sehingga manusia tinggal menerima. Tidak usah mempertanyakan,” Kok jawaban Allah SWT tidak mengabulkan doa saya?”. Karena Allah SWT lebih mengetahui apa yang akan terjadi besok.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqarah 2 : 186).
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, apadahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah 2 : 216).
Yang perlu kita garis bawahi adalah, “Sudahkah kita memenuhi perintah Allah? Dan sudahkah kita di-iman-kan oleh Allah (bukan meng-iman-kan diri sendiri)”. Sebelum berdoa akan kebutuhan kita, sudahkah hak Allah SWT anda penuhi? Jangan sampai kita menuntut hak sementara kewajiban belum kita penuhi.
Demikian sekilas bahasan artikel mengenai Allah, Sang Maha Hadir. Semoga bermanfaat. Sampai bertemu kembali pada pokok bahasan yang lain.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
Shalat Center Halaqah Sampangan Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar